Memang saya bukan pimpinan MPR, mantan ketua MPR, atau mantan cagub, yang jelas menuangkan gagasan secara umum keadaan negara. Juga tidak menggunakan sesat pikir atau logika, karena logika juga tidak lulus pas kuliah. Hanya mau mengerti pola pikir dan cara bertindaknya bagi negara ini. Ingat posisi beliau yang tinggi, memiliki banyak pendengar yang banyak, dan tidak mungkin bahwa apa yang ia katakan itu diyakini sebagai kebenaran, ingat bisa saja lho, jangan sensi dulu.
Beberapa bulan lalu, kala ada kasus soal perkosaan beliau juga seolah lepas esensi persoalan dengan menyatakan soal pemerkosa anak jangan hanya pelaku, namun juga soal penjualan dan penyebar pornografi, bukan membela penyuka miras dan penikmat prrnografi, namun tidak signifikan soal perkosaan. Hal itu bisa dibaca di sini: Surat Terbuka kepada Bapak Hidayat Nurwahid
Mengomentari kasus ketua DPD, beliau mengatakan hal ini, KPK jangan mengurusi korupsi yang nilainya kecil.Hemat saya bukan soal besar kecilnya nilai maling, namun soal siapa pelakunya. Beda jelas dengan maling sandal di rumah tetangga apalagi buat beli makan. Ini pejabat tinggi negara lho. Soal siapa pelakunya, bukan nilainya. Ini pertama.
Kedua, apa KPK tahu nilai yang mau digrebeg ini Cuma Rp. 100.000.000,00? Jangan lupa, ini OTT, bukan sebuah penelusuran panjang seperti kasus di Sultra yang memang besar-besaran. Jelas nilainya tidak ada yang tahu karena langsung. Bisa saja yang seratus itu bagian kecil bukan?
Ketiga, jika pola pikirnya demikian, hanya kecil, KPK dapat informasi kemudian diberitahukan kepada kepolisian atau kejaksaan, dan akhrinya tidak dilakukan penangkapan, KPK salah lagi, mengapa tidak disergap saja. Lha malah menyelamatkan maling.
Keempat, maling dan terutama korupsi ini bukan soal besar kecilnya uang yang sedang ada di tangan sebagai bukti, namun soal kejahatan yang jauh lebih besar dan luar biasa jahatnya bagi bangsa dan negara.
Kelima, jangan sampai bahwa hal ini telah ada di jajaran elit untuk melepaskan diri dari jerat KPK, ingat KPK masih jadi momok maling elit ini. Meskipun konon telah membagi tugas KPK di level tertentu (pembatasan juga akhirnya), hal ini jangan menjadi alasan untuk membatasi OTT, masih banyak orang enggan lapor ke penegak hukum lain, lebih percaya kepada KPK.
Keenam, sekali lagi nilai tidak menjadi pembenar untuk “membela” maling dan “menyalahkan” KPK. Mana bisa KPK OTT kemudian “dilepas”, karena bingkisannya cuma sepele???
Ketujuh, perlu adanya kesepahaman bahwa maling bukan soal besaran bukti, namun niat dan adanya bukti meskipun itu sehelai baju, jika pejabat negara. Apalagi setinggi ketua DPD.
Bebas memang mengatakan apapun dan untuk tema apapun, namun jika menjadi bumerang bagi pembangunan bangsa tentu harus dicermati lagi, apalagi pejabat tinggi negara. Kritik bagi pemerintah dan kritis apalagi partai di luar pemerintahan itu juga harus, bagus, dan sebuah prestasi yang patut mendapatkan apresiasi, namun bukan asal dan malah menjatuhkan semangat pembangunan dan prestasi yang dianggap rival.
Kritik dan masukan itu harus dan memang penting, agar jalannya pemerintahan tidak seenaknya sendiri, namun tentu perlu bijak dan tidak asal berbeda.
Esensi sering diabaikan demi hasrat kritis dan kritik yang asal bukan bermartabat dan penting bagi bangsa dan negara. Melihat keadaan yang ada, negara dengan kekayaannya ternyata lebih banyak untuk kepentingan pribadi dan kelompok.
Kelompok dan pribadi memang tidak boleh dilupakan, namun tentu tidak boleh melupakan yang lebih besar yaitu negara dan rakyat yang lebih besar. Rakyat sebagai pemilik negara dan mandataris sering malah dijadikan tunggangan dan atas nama ketika melakukan kritik, pas jaya dan dapat fasilitas, lupa.
Hati-hati, serangan kepada KPK, makin banyak dan seolah-olah, konstitusional, logis, dan demi kebaikan KPK, padahal esensinya melemahkan KK agar bisa bebas berkeliaran untuk kembali maling dan maling.
Menelisik mana mendukung KPK atau melemahkan.
Lihat rekam jejaknya pernah maling atau kekayaannya melimpah namun tidak jelas asal-usulnyanya. Jika iya cenderung melemahkan KPK dengan berbagai cara.
Siapa di belakangnya, biasa mendukung atau menyerang KPK. Bisa saja orang ini seperti mendukung namun malah menelikung dengan idenya yang menyesatkan. Hal ini bisa dilihat kelompok atau partainya. Benar bahwa bisa saja tidak demikian, namun bisa menjadi indikasi.
Suka atau tidak, KPK masih terdepan dalam menjadi penghalang maling, dan itu berat bagi pejabat tamak, semua usaha dijadikan cara untuk menggusur KPK. Bahwa ada kekurangan, beda fokus penindakan, itu tentu sangat wajar dan bukan alasan untuk menyalahkan atau menyerang KPK sebagai lembaga tentunya.
Bangsa ini sudah darurat maling, janganlah beri celah sedikitpun untuk bisa melakukan maling dengan dalih apes, tidak mungkin hanya segitu untuk jabatan setinggi itu, dan sejenisnya. KPK bukan malaikat namun tidak juga harus menjadi bulan-bulanan dengan berbagai tuduhan. KPK sudah banyak belajar, tidak masuk ranah politik praktis, tidak lagi gegabah dan terlalu cepat, mulai cermat dan hati-hati, ini patut mendapatkan dukungan.
Salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H