Keteladanan,sikap keteladanan dari yang dewasa, dalam hal ini pejabat publik dan pemerintah jarang yang nasionalis, banyak yang takut dan menjadi sektarian, padahal aslinya nasionalis.
Fanatik itu penting bahka harus namun ke dalam, artinya bahwa jangan sampai agamaku menjadikan aku jauh dari Tuhan dan sesama, namun bukan keluar. Jika ke dalam itu membangun pribadi yang militan, namun toleran dan bisa melihat perbedaan sebagai hal yang wajar dan manusiawi. Â Berbeda ketika fanatis ke luar, apa yang terjadi adalah pemaksaan kehendak dan melihat yang di luar dirinya salah dan harus dibenarkan.
Artikel ini bukan soal sebuah agama, namun fenomena di mana-mana, bahwa yang besar bisa melakukan apa saja dan menekan yang dianggap lemah dan sebagai pihak yang harus nurut apa kata yang besar. Besar dan banyak belum tentu lebih baik dan bisa mendiktekan kebenaran.
Alangkah indahnya jika dunia akademik itu bisa memberikan yang ideal, memberikan yang berbeda, sikap toleran yang sudah jarang ada di dunia organisasi kita. Apa tidak malu dengan  pendahulu yang sudah menumpahkan darah, coba mosok kita yang tinggal  menikmati malah melakukan seperti ini, yang bertolak belakang dengan ide pendiri.
Note: Ini kisah nyata, bukan buatan atau hanya ilustrasi, soal tidak menyebut lokasi bukan karena tidak ada, namun ini hanya kasus yang ada di tempat lain yang berbeda tempat namun konteks yang sama.
Salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H