Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Kader dan Non Kader dalam Pilkada dari Risma hingga Jokowi

2 September 2016   07:14 Diperbarui: 2 September 2016   07:43 710
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Tujuh, masih lebih menjanjikan dengan uang daripada berjuang dari pengalaman berorganisasi di parpol. Bukan lagi rahasia umum ketika ada istilah serangan fajar, politik uang, dan sembako politik. Ini semua menjadi jalan tol daripada susah-susah yang belum tentu sukses.

Delapan, pengusaha dan penguasa masih bisa berkolaborasi. Ini ranah etis di mana seharusnya mereka saling berjarak. Tidak heran susah maju karena saling melindungi kepentingan, jangan heran kalau rakyat hanya menjadi penonton dan pemirsa atas dagelan mereka di elit sana.

Sembilan, sikap kanak-kanak yang masih merasa iri dan cemburu berlebihan. Jika sudah dewasa dan matang dan berpikir soal pembangunan bukan lagi saatnya membesar-besarkan soal label atau pakaian, model asal-usul ini.

Hidup matinya parpol memang berdasar atas adanya kader dan proses atau kaderisasi yang baik. Namun tentunya bukan kader berarti itu tidak bisa berbuat bagi bangsa dan negara. Apa yang perlu dilakukan parpol untuk ke sana?

Pertama, sadari keberadaan parpol sebagai pelayan atau abdi masyarakat, maka wakli rakyat namanya, bukan malah menguasai rakyat. Jika demikian yang menjadi pertimbangan dan fokusnya adalah masyarakat. Kesejahteraan rakyat dan   pembangunan menjadi yang utama. Siapapun yang terbaik bgai rakyat akan didukung.

Kedua, aktif di parpol bukan menjadi profesi.  Artinya bahwa aktivitas di parpol itu bukan untuk mencari uang atau matapencaharian. Jika demikian jangan heran akan maling kala bisa dan mendapatkan kesempatan.

Ketiga, penguatan ideologi partai, sehingga maling akan malu, menyeberang partai sebagai sebuah cela, dan pelaku kriminal, terutama korupsi jangan lagi diterima di partai manapun. Sekarang dipecat A di partai B menjadi pahlawan. Memerlukan kesamaan persepsi sehingga maling uang negara bukan lagi apes, sial, atau dizolimi. Apes bisa dimengerti jika hidupnya sederhana namun di rekeningnya ada dana siluman. Bukan lagi apes kalau hidup mewah, minta uang suap lagi, sedang pekerjaan tidak jelas.

Keempat, penyederhanaan parpol. Hal ini menjadi penting sehingga benar-bear bisa militan dan memegang teguh norma.

Benar bahwa banyak yang idealis dan cenderung utopis, namun jika selalu mengatakan menuju ke sana, permisif atas pelanggaran dan bahkan kriminal sekalipun, jangan harap akan beranjak maju. Apakah bisa? Bisa sepanjang ada kemauan dan kehendak yang kuat.

Salam

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun