Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Galaunya Demokrat dan Ruhut pun Dipecat

23 Agustus 2016   10:04 Diperbarui: 23 Agustus 2016   10:18 2676
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ruhut dipecat menjadi koordinator Demokrat menjadikan berita di berbagai media kembali panas di antara keruwetan pilkada DKI. Kejadian ini memberikan banyak kelucuan dan bisa dijadikan bahan menulis di K terutama dengan berbagai sudut pandangnya.  Ada sisi bagaimana Demokrat dan Pak Beye-nya yang malah seperti tidak respek dengan RS (Ruhut Sitompul), dan malah diam dan bisa dimaknai  membiarkan RS (Roy Suryo).  Apakah tidak berlebihan jika Demokrat diam saja pada maling?

Berbagai alasan dan raba-raba baik oleh petinggi Demokrat ataupun oleh Ruhut sendiri soal mengapa ia dipecat. Ada berbagai pernyataan, dari Ruhut karena pilihan politik sejak pilpres, hingga kini pilkada DKI, dan paling berat soal dukungannya pada KPK. Petinggi lain menyatakan bukan soal itu, namun memang soal gaya komunikasinya. Yang jelas tidak ada satu alasan pasti misalnya, soal dukungan pilkada, hanya dikatakan berkali-kali ditegur tidak mengindahkan, sedang Ruhut menyatakan tidak pernah ada teguran.

Pak Beye pengin PDI-P. Malu untuk berbuat seperti PDI-P karena menyandang nama DEMOKRAT. Namun periilakunya mirip, identik, dan jauh lebih parah. Mana ada partai modern, bapak dan anak jadi ketum dan sekjend?  Meskipun sementara sekalipun. Ketika Anas masuk bui, ketum langsung di tangan Pak Beye, kini koordinator jubir dipecat jabatan pun di tangan Pak Beye. Nama modern dan keren Demokrat namun malah kuno, jauh lebih kuno daripada yang namanya tidak demokrat.

Galaunya Demokrat.

Tidak punya kader yang bersaingi.Melihat Pak Beye yang “anti” PDI-P susah buat beliau untuk dukung yang kuat selama ini, semua berbau PDI-P, Ahok toh tidak lepas dari PDI-P, Risma apalagi, mau yang lain toh gak menjual. Eh malah Ruhut dukung Ahok, siapa yang tidak panas?

Kog pakai SMS? Ini mirip abg galau, saking ngebetnya untuk bubaran langsung saja di-sms bukan surat resmi. Apalagi yang dikirimi pesan Ruhut, langsung saja dipakai untuk menghantam orang yang ia “tuduh” sebagai pembisik. Malah makin parah Demokrat jadi bahan lelucon.

Waktu makin dekat, mau ajukan calon lain sama sekali tidak menjual, tidak mencalonkan, malu lah, mau koalisi kanan kiri ada duri, mau main dua kaki dengan istilah penyeimbang, tidak lagi bisa dan menarik lagi.

Penjaringan pun tidak menjanjikan,mau Yusril? Pernah ngadalin berkali-kali Pak Beye. Lulung, apalagi, yang lain, sama sekali tidak memberikan banyak keuntungan di tengah kegalauan mendekatnya 2019, toh sudah banyak kerugian selama ini. Mau berupaya naik malah blunder demi blunder.

RS vs RS, melihat arah Demokrat

Menarik membandingkan kedua RS, bintang media Demokrat ini. Bagaimana jika alasan perilaku dalam hal ini adalah pernyataan Ruhut menjadi catatan, sedangkan RS Roy adalah perilaku, dalam arti tindakan, dan maaf, malah ngemplang, iventaris negara, juga soal pernyataan mengenai “rival” politik ke Jokowi dan Ahok juga buruk, tidak santun. Apa artinya, bahwa santun itu kalau bukan untuk Ahok dan Jokowi. Perbuatan untuk Jokowi dan Ahok tidak santun, boleh? Atau bahasa lain meskipun buruk asal segaris dengan tujuan partai bolehlah.

Ruhut  mengatakan para pembisik benci saya membela KPK,ini hal serius yang menohok Demokrat, karena apa? berapa banyak pentolan partai lho yang maling. Menyimak ocehan Ruhut yang mengatakan kalau  Amir dkk jengkel karena dia mengatakan Putu tangkap tangan.... Jika demikian, bagaimana Demokrat menangani maling kalau sikap mereka saja seperti ini. Hal ini jauh lebih serius daripada sikap Ruhut yang sering tidak sejalan dengan garis partai. Ruhut hanya berkaitan dengan dukungan pada pilpres dan pilkada, lha mereka malah tidak segaris dalam kebijakan pemberantasan korupsi. Ini sangat serius, atau Pak Beye tahu tapi mau? Parai mengatakan TIDAK PADA KORUPSI, tapi para kadernya IYA KORUPSI ASAL TIDAK KETAHUAN. Ini jauh lebih serius.

Artinya, di dalam Demokrat banyak penghianat yang berlaku jahat namun perilaku dan bahasa santun, sepanjang disukai Pak Beye. Soal isi dan tindakan berbeda tidak masalah? Jika demikian tentu mengerikan dan sangat menakutkan bukan? Tidak heran jika sang anak menteri pada periode lalu maling proyek dan menjadikan pesuruhnya  pesakitan, dan bos di kementrian terkait sama sekali tidak tersentuh? Apakah kalau menterinya mengatakan apa yang tidak segaris dengan Pak Beye baru dipecat, soal kerjamasa proyek boleh?

Kata-kata tidak segaris kebijakan partai tidak pernah dikatakan kalau ada maling yang ditangkap tangan ataupun berlarut-larut seperti pada Anas, Angie, Andi, Nazar, dan pada Ruhut ada kata-kata itu ada. Apakah segaris itu termasuk maling tersebut? Berlebihan kah kalau dikatakan Demokrat sejalan dengan kebijakan maling para kadernya? Pasti akan marah dan mengatakan penghinaan pada partai, namun sikap mereka yang mengatakan hal itu.

Misalkan Ruhut dipromosikan sekalipun blunder sms ini tidak bisa dihilangkan dan jauh lebih merugikan Demokrat sendiri. Mau bangkit malah memilih pilihan buruk untuk partai. Susah mengembalikan kesalahan ini, bukan soal cara, namun termasuk sikap elit partainya.

Salam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun