Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sudahkah Kita Merdeka?

17 Agustus 2016   06:24 Diperbarui: 17 Agustus 2016   07:46 255
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bebas untuk menjadi diri sendiri...

Salah satu ciri hakiki kemerdekaan adalah menjadi diri sendiri. Bagaimana mau menjadi diri sendiri ketika masih banyak orang yang merasa diri lebih daru orang lain. menekan kelompok kecil sebagai musuh yang tidak boleh berkembang. Perbedaan dianggap sebagai lawan dan bisa ditekan sesuai kehendaknya sendiri. Apalagi di media sosial, bisa bersikap seolah menjadi yang paling benar dan mengintimidasi yang berbeda. Merdeka salah satunya adalah memberikan kesempatan orang berkembang sesuai dengan kemampuannya. Tidak memaksakan untuk sama dan seragam. Melihat semua harus sama adalah ciri bangsa kerdil dan masih terjajah.

Bebas berekspresi...

Bagaimana berekspresi ketika sedikit-sedikit dikatakan sebagai kelompok kecil tidak usah berulah. Ikut saja kata yang banyak. Menyatakan ide, gagasan, dan artikel sebagai apa adanya akan dicemooh, padahal belum tentu yang mencemooh itu lebih baik dan benar. Biarkan saja berekspresi sebagai sarana belajar dan berkembang bersama. Kritik itu boleh, namun bukan mencela.

Memahami kebebasan secara hakiki, bukan semata kognisi...

Selama ini, ilmu pengetahuan, pendidikan, dan limpahan pustaka tidak bisa disangsikan lagi. Pengetahuan  masih sebatas kognisi, sebatas pengetahuan belum mampu diaplikasikan. Kata-kata manis di atas mimbar rumah ibadah, di podium lapangan upacara, dan seminar, namun masih jauh dari hidup sehari-hari. Kebebasan dan kemerdekaan itu bukan ide namun kenyataan. Bagaimana melihat orang lain seperti musuh mengaku merdeka?

Memahami perbedaan sebagai hal yang alamiah dan kodrati, tidak memaksakan untuk sama...

Kita semua lahir dari orang tua yang berbeda jenis kelamin. Telah ada perbedaan sejak awali. Mengapa menghendaki semua orang harus sama dan seragam? Apakah bukan sebuah bentuk hendak menyatukan air dan minyak dengan cara diaduk. Melihat perbedaan dengan kaca mata baru sehingga tidak ingin menyeragamkan. Kacamata baru berarti bahwa perbedaan itu wajar, alamiah, dan tidak luar biasa. Apalagi bangsa ini lahir di atas perbedaan bermacam-macam, dari bahasa, suku, agama, dan banyak lagi.

Taat azas dan aturan...

Merdeka yang sejati itu taat azas sehingga semua orang bisa mendapatkan persamaan. Jaminan kebebasan di atas perbedaan berarti ada aturan dan azas yang diterima bersama sebagai bentuk ikatan kebersamaan. Jika belum bisa taat azas dan aturan, apa artinya merdeka? Kita bisa melihat dan menyaksikan bagaimana aturan bisa dipakai sesuai kehendak dan keinginan sendiri dan kelompok.

Berani mengatakan kebenaran dan kesalahan sebagai adanya...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun