Kasus Cita Citata: Â Ma Lima,Perilaku Anggota Dewan, inilah Wajah DPR-RI
Ma lima, madhat, mabuk, madon, main, lan maling,dalam terjemahan bebas bisa berarti suka akan candu yang kini bisa beragam jenis, mabuk yang bisa karena berbagai jenis, baik minuman keras ataupun  zat additif lainnya, main lawan jenis, ingat kekinian bukan hanya laki-laki yang berzina, di periode lalu nyatanya ada anggota dewan perempuan yang tersebar video pornonya dengan laki-laki yang bukan suaminya, dan ini sih rajanya soal maling.
Entah harus bagaimana mendidik anak taman kanak-kanak ini. ketika gaya hidup hedonis, pamer kekayaan dan materi namun maaf beribu maaf otak dan emosi kosong melompong, sehingga yang terjadi pakaian parlente, parkiran bak show room mobil mewah, namun kinerja nol besar, malah salin ribut, bahkan hingga banting  meja dan sembunyikan palu. Ini bahkan lebih rendah dari anak TK ala mendiang Gus Dur.
Satu demi satu gaya hidup hedonis ma limaterekspose sebagai perilaku dan gaya hidup mereka.
Mapertama, madhat,kala lampau, madat hanya berkaitan dengan candu, kekinian bisa yang lain, ada heroin, sabu, dan ratusan jenis penyebab bisa menjdi madat. Tentu kelas mereka tidak akan karena kecubung atau lem aica aibon. Tidak heran mereka resisten ketika  ada wacana pemeriksaan urin yang dikemas dengan dalih pemborosan anggaran. Belum lagi jika cek darah apalagi rambut. Jika berani hebat mereka melakukan cek darah dan rambut. Pra duga bersalah boleh dong, jika sudah dilakukan uji rambut, tentunya harapan menghasilkan UU terutama soal narkoba bisa lebih dipercaya. Bukti tangkap tangan seorang anggota dewan dengan tentara, entah kasusnya bagaimana, karena kalau tidak salah, ia dipecat karena kasus kriminal lainnya.
Ma kedua, mabuk,ini jauh lebih luas dari sekadar mabuk miras. Mabuk kuasa dan sok mengawasi jauh lebih berbahaya. Mabuk miras jarang lah bagi orang kini, akan lebih parah mabuk pada ranah obat dan zat adiktif, persoalan berkepanjangan karena bisa ke mana-mana. Disiplin diri yang rendah, pola pikir pendek karena otaknya sudah tercemar, fokus pikiran juga buruk, tidak heran kalau hasil mereka sangat rendah. Bukti, jika sudah lupa kemarin ada staf sus seorang anggota dewan yang mengaku dipukul matanya, alibi yang dikemukakan kan karena mabuk merebut kemudi kena sikut si sopir. Jelas bukan MABUK. Â Bagi yang gemar gosip soal beer, lebih baik minggir dari pada malu. Beer hanya buat kencing bukan mabuk.
Ma,ketiga, madon,paling gres dan kekinian banget, artis CT yang hendak melapor ke penegak hukum dan MKD karena merasa tertipu oleh salah seorang anggota dewan. Bukan hanya satu korban dari kalangan artis. Gila bener jika benar cincin untuk satu orang seharga segitu, lha kapan kerja untuk rakyat, jika uangnya untuk kesenangan sendiri seperti itu. Soal zina dan madon,jelas bisa diperluas, bagaimana beberapa waktu lampau ada anggota dewan perempuan yang tertangkap basah di hotel. Alibinya sih soal kerjaan bukan untuk selingkuh. Periode lampau anggota dewan mengintip bokep di ruang sidang, main cium di lift, buat video panas dengan bukan pasangan resminya. Bukti tidak kurang pokoknya.
Ma,main, judi. Wah ini susah untuk pembuktian, karena sudah cenderung dianggap wajar, gaya hidup, dan bukan lagi perilaku buruk. Taruhan dalam berbagai bentuk bisa saja menjadi mayang ini. bola, pilkada, kalau kuping tidak karena mereka hanya bercanda, juga soal mau pindah warga negara, jalan kaki, atau sejenisnya, bukan yang ini, ini jauh lebih serius, seperti togel, kartu, kasino, dan sebagainya. Susah buktinya, karena jarang yang dibawa ke polisi, tapi melihat gaya hidup dan kemewahan, hal ini bisa terjadi. serius kalau yang ini kurang bukti, hanya indikasi, dan praduga bersalah yang bisa saja terjadi.
Ma,kelima, maling, ah ini sih memang gudangnya. Bagaimana orang di komisi III bidang hukum dapil Bali, bisa mengurus jalan raya di Sumbar. Belum genap satu periode, hampir semua fraksi sudah mengirimkan perwakilannya menuju KPK. Semuanya karena maling, kalau merunut sejarah panjang dewan, dari ketua hingga anggota biasa, dari anggota parpol hingga ketua umum, dari anggota fraksi hingga yang berlabuh jadi menteri, ada pula bekas menteri yang sekarang di dewan pun masih membawa pulang inventaris rumah dinas. Ketua dewan pun harus tersungkur menjaid ketua fraksi karena jadi maling.
Lengkap memang gaya hidup hedonis para anggota dewan. Mewakli rakyat di dalam kemewahan dan nyamannya bekerja, Â jika soal perjuangan untuk menyejahterakan rakyat ya nanti dulu. Yang mereka wakili yang menguntungkan mereka dulu.
Bagaimana ma lima,mereka hidupi dengan gagah perkasa atas nama wakil rakyat, sedangkan derita rakyat mereka tidak tahu. Sidang saja mangkir, apalagi tahu persoalan yang dihadapi rakyatnya. Oknum itu kalau hanya satu dua, dan mereka mundur, kalau ini merasa tidak bersalah, ada pembelaan dan pelapor seolah malah malingnya, dan selalu berkedok praduga tak bersalah yang membuat mereka bisa berbuat suka-suka.
MKD harus jauh lebih bertaring sehingga perilaku etis mereka bisa menjadi teladan, jangan berkilah kasus pidana dan perdata ke ranah hukum saja, bagaimana jika pejabat negara namun perilakunya seperti itu? Apa ya pantas kalau maling, madat, main lawan jenis, mabuk, dan berjudi menjadi gaya hidup para wakil rakyat. Selain kasih negara juga kolega mereka yang bekerja keras dan sungguh-sungguh ternodai perilaku rekannya sendiri.
Moral dan etis jauh lebih mendasar daripada sekadar hukum positif, karena mengatur cara hidup mana yang boleh dan tidak, hukum masih bisa ditolerir, sedang baik dan buruk itu tidak ada nilai nisbi. Bagaimana jika mereka malah sumir akan kebaikan dan keburukan, dan mereka bahagia hidup dengan tidak jelas ranah etiknya?
Salam Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H