Kita ini Bangsa Indonesia, satu, Bhineka Tunggal Ika, didirikan dengan berlumuran keringat dan darah, eh malah kala mengisi malah dicemari dengan kepentingan diri sendiri dan kelompok yang sangat katrok. Hal yang paling diperangi masa pergerakan dan masa kemerdekaan. Bagaimana malah mundur lagi jauh ke belakang. Pejabat itu pelayan bukan juragan. Jika masih minta fasilitas, mau cepat padahal jalanan macet, dan duduk di kendaraan berpendingin udara, sedang rakyatnya berpeluh penuh debu dan oli, mental juragan yang lebih kuat, bukan pelayanan. Mau lewat berkilo-kilo dibersihkan agar bisa melaju dengan mulus. Jalanan menjadi bagus kalau mau dikunjungi atasan dan kawasan kumuh menjadi bersih dalam sekejab.
Pendidikan elitis, dalam arti ekonomi sulit susah mendapat pendidikan berkualitas, jangan heran akan menciptakan juragan-juragan berseragam. Pendidikan mahal menyingkirkan orang pintar untuk memberikan kursinya kepada anak-anak manja namun memiliki bapak beruang tak berseri. Jangan heran ada anak kemarin sore bisa menjadi bupati, dan tidak bisa bekerja, eh malah nyabu. Ada anak tidak mau ditertibkan karena merasa memiliki bapak, paman, kakek, atau nenek moyang pejabat. Ke mana anak-anak cerdas tersingkir?
Apakah keadaan demikian akan terus dihidupi oleh bangsa ini? Saatnya berubah, aparat tidak boleh kalah oleh pelanggar, dan negara tidak boleh diintervensi oleh kepentingan sesaatdan pribadi. Â
Salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H