6. Ibu pengusaha butik, salah satu ibu baik yang ada, di mana ia mengalah demi kebahagiaan anaknya, ibu yang perhatian terhadap anak dan rekan-rekan anaknya. Hanya satu ini yang lumayan baik, bandingkan dengan kelima ibu di atas. Gambaran hitam dan putih yang khas cerita kita.
Hiburan memang diciptakan untuk menghibur, namun apakah hiburan juga lepas dari nilai pendidikan? Tentu saja tidak bukan?
Media dengan hiburannya tentu memberikan pengajaran yang baik baik remaja. Belum lagi segmen yang disasar adalah anak muda awal yang masih sering mencari jati diri. Apa yang mau dicapai dengan model keteladanan seperti di atas?
Sinetron satu ini telah berulang-ulang diulas, ditulis, dan ada juga laporan ke KPI, namun sama saja, masih melenggang dengan keanehan yang makin jelas dan lugas.
Unsur hiburan, ketawa-tawa tanpa isi, bolehlah, namun apakah hal itu saja yang mau dipelajari bangsa ini? Apakah cukup kegiatan dan ritual keagamaan itu untuk menutupi kejahatan yang amat sangat di dalamnya? Tentunya tidak bukan. Pembelajaran menuju masyarakat dewasa dan kritis membutuhkan lebih jauh lagi cerita yang faktual, relevan, dan realistis.
Drama memang menarik ketika pro dan kontra itu dibangun dengan keterpisahan yang sangat jelas. Apakah mengeksplorasi yang amat jahat dan amat baik itu realistis?
Kisah nyata sehari-hari banyak dan bisa diolah dengan baik. Novel-novel berkarakter namun tidak perlu didramatisir juga tidak kurang melimpah. Sayangnya novel yang disinetronkan malah jauh lebih buruk lagi, karena hanya pinjam judul dan dompleng ketenaran saja.
Tidak heran ketua BPK mengatakan lebih baik masyarakat melihat kisahnya “berseteru” dengan gubernur Jakarta dari pada nonton sinetron, padahal sama-sama buruk, sama-sama tidak mengajarkan apa-apa selain kebodohan yang dipelihara.
Bagaimana Ibu Kartini menyaksikannya ya? Habis gelap terbitlah terang itu mungkin belum bisa terjadi, karena gelap demi gelap hadir dengan dinamika yang berbeda dan disetujui dengan aklamasi sangat bulat oleh sidang masyarakat.
Kebanggaan Ibu Kartini tentu dengan duka mendalam kala menyaksikan sisi gelap itu hadir seiring dan sejalan dengan terang yang ia rindukan. Bebas dan emansipasi yang nyata, namun dihiasi dengan bopeng-noktah gelap yang berpotensi menghilangkan terang yang meredup itu.
Era pakaian terbuka atau eksploitasi perempuan dalam ketelanjangan vulgarnya lewat, kini hadir dengan penggambaran perempuan yang modern namun kosong dalam moral, etis, dan intelektual seperti kisah di atas.