Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Menko Luhut: Gerakan Intoleran akan Ditindak Tegas

6 April 2016   09:27 Diperbarui: 6 April 2016   09:54 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Alasan Terjadinya

Pembiaran

Pembiaran demi pembiaran, terutama post reformasi. Perilaku seenaknya sendiri menjadi. Reformasi bukan berarti liar dan tidak beradab tentunya. Bagaimana dulu lalu lintas itu masih bisa diatur, kini? Polisi menghentikan saja masih bisa diprotes (bukan dalam konteks polisi semena-mena), misalnya menyeberangkan pejalan kaki.  Mana mau memberikan kesempatan bagi penyeberang jalan. Ini hal relatif kecil, yang besar jelas saja, polisi dengan dalih kalah personel, demi ketenteraman namun membela kekerasan dan pemaksaan kehendak.

Pembiaraan pelanggaran demi pelanggaran  yang bergerak bak bola salju dan kini makin liar dan tidak terkendali. Walikota, bupati, polisi bisa mengubah surat keputusannya sendiri demi aman dan tidak ada keonaran. Ketenteraman semu yang diciptakan oleh pejabat sendiri. Dalih demi ketenteraman yang dasarnya demi kedudukan sendiri aman.

Kuasa/kursi

Orientasi masih kekuasaan dan kursi. Isu paling seksi itu soal SARA dan itu yang paling banyak disukai oleh sebagian masyarakat bangsa ini. Tidak heran paling ramai dan heboh soal SARA kalau ada pilkada atau bahkan pilpres. Jika pengbdian yang dicari, maka orang tidak akan menggunakan cara kotor di dalam

Merasa yang Paling dan Mengingkari Perbedaan

Kesadaran diri bahwa dunia ini beragam dan berbeda masih lemah. Merasa paling benar, paling baik, dan paling yan lain maka menilai berbeda itu salah dan bisa disalahkan dan “dimusnakahkan.” Sikap yang perlu disadari tidak tepat dan menebarkan permusuhan. Pencipta memberikan perbedaan untuk saling melengkapi dan menyempurnakan, bukan sebaliknya, mosok Tuhan menciptakan salah kan tidak mungkin.

Harapan.

Beberapa kepala daerah berani menyatakan sikap, bahwa tidak akan kalah dengan tekanan yang melanggar hukum. Pelanggaran hukum dengan memaksakan kehendak oleh kekerasan tidak mengalahkan keputusannya, harapan besar yang jarang, selama ini sering pejabat takut tidak populer, takut dimusuhi mestipun tidak takut melanggar hukum.

Pendidikan yang mengajarkan intoleran telah diatasi, meskipun banyak yang masih tidak toleran, namun makin kecil. Kelompok intoleran telah dilemahkan dengan sikap tegas aparat negara. Sikap tegas dari pemerintah juga mendidik anak negeri untuk menghormati dan toleran terhadap yang lain.

Salam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun