Ketujuh, cepat sekali membalik keadaan ketika masyarakat menghujat idenya untuk pilkada via DPRD. Coba Pak Beye lamban jelas saja sekarang ini, DPRD menjadi penguasa absolut. Padahal ide sendiri dibantah sendiri. Ini karena cepatnya bereaksi dan melakukan tugasnya.
Kedelapan, para pembantu presiden tidak boleh rangkap jabatan. Begitu Anas masuk bui karena mengamankan uang negara, Pak Beye dengan cepat mengangkat diri menjadi ketum Demokrat dan puteranya sebagai Sekjen. Ini paling cepat tanpa perlu susah-susah masyarakat menunggu reaksi beliau dalam menyikapi keadaan genting “negara” ini.
Kesembilan, pembangunan Hambalang itu sangat cepat, tidak heran ada Anas, Andi M, Nazar, Angie masuk penjara. Hingga hari ini pun masih jelas kinerja beliau yang cepat dan sangat tidak lamban itu, sehingga wajar kalau anggaran banyak yang menguap. Saking cepatnya uang sering terbawa angin sehingga tidak berbekas.
Sembilan tambahan kecepatan Pak Beye, beliau tentu sungkan kalau mengaku cepat, kan saru saat seorang presiden dan negarawan itu memuji hasil dan prestasi sendiri. Tidak heran beliau hanya mengaku satu saja kecepatan beliau membentuk kabinet.
Selain kecepatan dan kecakapan beliau di atas, masih banyak lagi, soal demo membawa kebo, langsung beliau larang. Kasihan kebonya, binatang tidak tahu apa-apa kog difitnah seperti presiden. Ada juga cepat sekali dalam mengganti kode penerbangan SBY untuk Surabaya, maka diganti dengan SUB, agar tidak kacau antara nama kota dan nama presiden. Saking cepatnya beliau dalam bekerja hingga tidak tahu kalau Jakarta itu macet, maka ketika beliau sebagai negarawan senior beliau datang ke istana, beliau mengatakan itu kepada presiden ketujuh. Kecepatan beliau pula membuat semua lini bangsa ini bisa bekerja cepat, garam daripada membuat, gampang dan cepat menggambil dari negara lain. Coba kalau mengeringkan sendiri kan lama. Cabai mahal, ah cepat kirim pesawat kosong ke China dan tidak lama pasar kembali pedas penuh dengan lombok.
Sungguh terlalu yang mengatakan Pak Beye lamban. Sangat cepat sehingga kita tidak tahu seperti apa hasil yang ditaburkan.
Salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H