Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

10 Masukan Demokrat untuk Pemerintahan, Matahari Kembar, dan Peran Bulan dan Matahari

21 Maret 2016   15:25 Diperbarui: 21 Maret 2016   18:37 1368
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Soal narkoba dan teroris, memangnya baru kali ini ada di bumi Indonesia? Jauh sebelum ini sudah ada, demi persahabatan malah memberikan grasi, ketika ada hukuman mati mengatakan jaga perasaan negara sahabat. Bangsamu sendiri, rakyatmu sendiri meregang nyawa demi kepuasan pencarian cinta dirimu sendiri. Mencari kawan bukan lawan dengan tumbal rakyat yang bergelimpang karena sekarat mengonsumsi narkoba. Hukuman mati ditunda-tunda biar dikenal baik hati, tidak kejam, namun sangat kejam membunuh rakyat sendiri dengan pembiaran menikmati narkoba. Pelakunya bebas, mendapat grasi, dan pemerintah yang menegakkan hukum malah disalahkan.

Soal korupsi, siapa dulu yang mengatakan TIDAK pada KORUPSI? Nyatanya? Semua bintangnya masuk bui, kecuali karena masih menjaga perasaan dan penghormatan saja, bisa menghirup nafas bebas. Semua anak buah masuk bui, apakah tidak karena atasannya juga terlibat? Anak buah mlangkrak didiamkan yang penting menjadi sahabat.

Bulan itu juga bermanfaat dan memberikan keindahan kog. Berganti tugas dengan matahari. Kalau sudah lingsir dan harus berubah menjadi bulan, janganlah memaksa jadi matahari. Ketika bulan beersinar,  tidak ada yang mencari-cari matahari pun sebaliknya, karena tahu memang bukan waktunya. Tidak perlu pula matahari mengatakan jasanya pada malam, karena semua sudah tahu bahwa memang berjasa. Mengapa harus mengatakan jasa dan prestasi? Karena hanya sedikit yang dibuat, sehingga khawatir akan dilupakan. Jika prestasinya tidak terhitung pasti malah bingung mau mengatakan yang mana. Pendekar yang banyak mulut, biasanya baru tahu satu dua jurus dan belum pernah ikut kejuaraan. Jawara kelas tinggi akan diam, tenang, dan tidak membanggakan capaianya.

Dunia ini rusak itu bukan karena banyaknya orang jahat yang melakukan kejahatannya, justru orang baik yang tidak melakukan kewajibannya dengan benar. Diam saja atau melakukan sepanjang prosedur semata.

 

Salam

 

 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun