Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

8 Alasan Sinetron Anak Jalanan Patut Dihentikan

21 Januari 2016   06:23 Diperbarui: 22 Desember 2016   10:21 18055
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

6.       Pelecehan profesi guru

Guru diledek dan sikap sebagaimana temannya. Baik dan bagus bahwa guru itu teman dan fasilitator bagi murid, namun bukan harus digambarkan mudah dikelabui, tidak laku, berkendaraan butut, dan kejelekan lainnya. Ingat sosok guru lah yang memberikan kemampuan ada sinetron, artis, kameramen, penulis, sutradara, dan semuanya. Membuat dramatis janganlah hanya dengan memperolok sebuah profesi.

7.       Memberi contoh sikap anak sekolah dan anak-anak yang tidak patut

Anak minta pindah sekolah demi lawan jenis yang diincar. Cara berpakaian, cara bergaul yang glamour, bisa membuat anak-anak pelosok bermimpi bahwa hidup itu seperti itu. Adegan di sekolah dalam kegiatan belajar mengajar pun sangat naif, sekolah hanya menjadi latar belakang yang hendak menggambarkan muda dan remaja, sebagai sasaran empuk mereka. Menggunakan hp sepanjang waktu di sekolah, ini merusak tata tertib di sekolah senyatanya. Anak sekolah mengandaikan adegan di sinetron itulah kehidupan yang sebenarnya, tidak heran mereka menuntut yang sama di sekolah. Perilaku disiplin menjadi susah ditegakkan. Pakaian yang tidak rapi, sepatu yang seenaknya, kerapian rambut dan kuku yang sudah banyak diabaikan.

8.       Bohong itu biasa, boleh dilakukan

Demi mendapatkan keinginannya, bisa berbohong dan itu biasa sekali. Demi bisa nraktir pacarnya, meminta uang untuk servis motor. Dan naif lagi, orang tuanya juga memberikan begitu saja. Agar mendapatkan cowok idamannya, bersama kelompoknya, menghasut, mengadu domba, atau merekayasa apapun. Itu bukan hanya sekali, berkali-kali.

 

Hampir sebagian besar pelaku dan waktu adegan mengenakan seragam, ada di sekolah, dan kegiatan di lingkungan sekolah. Jam tayang, pukul 18-20-an, di mana anak-anak dan remaja masih mantengin televisi dari pada buku. Tentu saja sangat potensial bagi pemodal untuk menarik iklan, namun abai dengan nilai apa yang au ditawarkan. Pengulangan kebohongan, kekerasa, rekayasa, dan intrik membuat anak secara tidak sadar akan tertanam.

PGRI dan Serikat Guru harusnya peduli dan tidak diam saja dengan sosok mereka yang digunakan sebagai olok-olokan. Benar guru bukan malaikat, namun sikap yang dipertontonkan sangat merendahkan. Selain itu lingkungan sekolah dipakai bukan untuk memberikan pembelajaran malah menghancurkan pendidikan. Lebih jauh lagi isi cerita yang ada sangat minim nilai, peran organisasi guru bisa berperan lebih.

Media memang besar karena iklan, namun tentu tidak boleh hanya mengejar nilai rupiah dengan menggunakan segala cara dan sering tidak peduli bahwa itu merusak secara tidak langsung. Apa yang dipaparkan hanya salah satu dari sekian banyak acara yang tidak jelas dan pantas bagi anak-anak dan remaja.

Salam Damai

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun