Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

SBY, antara Stand Up Comedy, Iri dan Unjuk Gigi

30 September 2015   14:25 Diperbarui: 30 September 2015   14:42 1521
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Tidak ada angin tidak ada badai, tiba-tiba Presiden keenam Indonesia, Pak Beye menyatakan akan pasang badan bila TNI akan melakukan kudeta. Pernyataan tidak biasa itu memang sangat kontekstual ketika dikemukakan di depan  bedah buku "Transformasi TNI: Dari Prajurit Kemerdekaan Menuju Tentara Profesional dalam Demokrasi" karya Letnan Jenderal (Purn) Agus Widjojo di kantor Centre for Strategic and International Studies. Meskipun kontekstual namun perlu dimengerti posisinya sebagai Presiden keenam. Pemilihan mantan presiden seolah-olah begitu lengser dan tidak lagi menjabat sudah lepas tangan, lha paspampres saja masih kog. Bukan pasukan pengamanan mantan presiden kan?

Pernyataan yang disampaikan bukan presiden, pengamat, atau militer tentu akan berbeda reaksinya. Melihat sikap beliau selama ini, hal ini ada unsur kesengajaan. Atas alasan apa yang menjadi latar belakang?

Stand up Comedy

Seperti biasanya, bagaimana Pak Peye seolah membuat lelucon dalam bertindak. Anehnya beliau ini kan tipe serius beda dengan Pak Jokowi atau Pak Ahok, namun kelucuannya tingkat dewa dan melebihi Srimulat. Apalagi puternya juga ikut-ikut ngomik, baru saja mengatakan i want back SBY. Hal yang senada dengan isu soal kudeta. Lucu-lucuan karena tentara, intelijen, ataupun presiden sendiri tidak pernah melontarkan isu ini. Atau mirip soal pilkadasung waktu itu, ketika direspon dewan dengan lucu, rakyat marah,beliau pura-pura lupa? Untung tidak ada yang tertawa dan tepuk tangan kali ini.

Iri

Soal gelar kehormatan dari TNI. Beliau setelah sekian lama menjabat baru diberikan gelar warga kehormatan. Kalau tidak salah ingat lebih dari dua tahun. Pak Jokowi yang beliau pandang sebelah mata, karena bukan militer, tidak sampai satu tahun telah memperoleh gelar yang sama. Wajar kalau beliau mengatakan isu bahwa TNI dilarang kudeta, kalau tidak berhadapan dengan Pak Beye. Enakan Pok Jokowi ngumpet, kan badannya kecil banget, ide bagus kalau begitu.

Tentara berangkat ke daerah yang sedang panen kabut. Padahal beliau 10 tahun alami yang sama tidak ada pergerakan itu. Padahal beliau sebagai jenderal tahu persis kerja tentara itu bagaimana, eh ketika Pak Jokowi yang sipil bisa, ada isu begini. Nampaknya jauh kalau tentara akan melakukan kudeta, ingat ada banyak tentara yang baik di pemerintahan. Baik secara konstitusi ataupun kesetiaan pada negara dan pemerintah. Ada Pak Luhut, Pak Wiranto, Pak Hendro Priyono, Pak Ramisyad ada pula Pak Sutiyoso yang kabin.

Mengganti panglima dan kepala staf dengan mulus. Bisa beliau sakit hati kog aman dan tidak ada gejolak ya? He...he....

Akan berbeda dengan polisi, yang sangat tidak mulus dalam pemerintahan kali ini. Ada saja riak yang menggoda pemerintahan. Kapolri yang  pencalonannya ribet karena adanya kasus di KPK. Perselisihan dengan KPK, dan kinerja Pak Budi W yang “luar kendali.” Polisi yang lebih “liar” dari pada TNI. Alasan kurang bisa masuk akal kalai dinyatakan ada isu kudeta.

Belum lagi tentara malah banyak mengambil peran positif dalam segi keamanan bukan langsung, seperti menangkap berbagai mafia, ikut bersihkan kali Ciliwung. Padahal selama beliau di puncak kekuasaan beberapa hal iti tidak ada.

Unjuk Gigi

Merasa lebih sebagai tentara. Di hadapan para tentara, buku tentara, wajar supremasi atas sipil bisa timbul. Intimidasi secara tidak langsung, meskipun tidak pula berperan.

Merasa paling demokratis. Beliau selalu menyatakan diri sebagai demokrat sejati sama dengan partai miliknya, meskipun sering lucu demokrasinya. Pernyataannya hendak mengatakan jangan seperti orang lain, namun seperti saya yang demokratis, kalau ada yang mengganggiu demokrasi berhadapan dengan saya.

Apakah benar?

Ada dua kemungkinan memang bisa iya meskipun sangat kecil. Kecil kemungkinan Pak Sutiyoso selalu kepala intelijen dikadalin anak buahnya dan melapor ke Pak Beye. Namun kemungkin sekecil apapun perlu ditanggapi dengan serius. Jika benar, aneh ketika berteriak, bukannya lebih baik kalau bicara langsung ke presiden. Demi bangsa dan negara terutama demokrasi yang beliau agung-agungkan.

Lebih buruk kalau itu tidak ada, presiden berbicara atas dasar kalau, andai, dan jika. Sayang sekali, implikasinya sangat besar lho, jangan dianggap biasa, karena yang menyatakan adalah presiden keenam.

Cara bicara antarpresiden perlu banyak belajar dari Pak Habibie. Bagaimana beliau selalu menempatkan diri sebagai senior, bapak bangsa, negarawan, memberikan masukan secara khusus, tidak perlu berkoar-koar, apalagi melalui media sosial. Komunikasi antarelit yang bisa menyejukkan bagi bangsa bukan malah menambah keruh keadaan.

Mengapa seolah kalau berganti seperti tidak memiliki tanggung jawab? Karena mantan, bukan lagi presiden yang memiliki tanggung jawab dan perasaan memiliki. Presiden akan selalu melekat karena berkelanjutan. Memangnya bisa peran  Pak Karno , Pak Harto, Pak Habibie, Gus Dur, Bu Mega, dan Pak Beye itu dibuang dan dianggap tidak ada, sama sekali tidak bisa. Mau tidak mau, suka tidak suka, ataupun rela atau berat hati tetap saja ada hal yang ada di masing-masing pribadi itu hingga detik ini.

Bukan mantan, namun presiden terdahulu. Lihat  pembicaraan pilkada serentak itu bukan hanya kali ini, BPJS juga bertahun lalu. Pemilu presiden langsung telah digagas sejak Pak Habibi.

Salam Damai

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun