Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

SBY, antara Stand Up Comedy, Iri dan Unjuk Gigi

30 September 2015   14:25 Diperbarui: 30 September 2015   14:42 1521
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Merasa lebih sebagai tentara. Di hadapan para tentara, buku tentara, wajar supremasi atas sipil bisa timbul. Intimidasi secara tidak langsung, meskipun tidak pula berperan.

Merasa paling demokratis. Beliau selalu menyatakan diri sebagai demokrat sejati sama dengan partai miliknya, meskipun sering lucu demokrasinya. Pernyataannya hendak mengatakan jangan seperti orang lain, namun seperti saya yang demokratis, kalau ada yang mengganggiu demokrasi berhadapan dengan saya.

Apakah benar?

Ada dua kemungkinan memang bisa iya meskipun sangat kecil. Kecil kemungkinan Pak Sutiyoso selalu kepala intelijen dikadalin anak buahnya dan melapor ke Pak Beye. Namun kemungkin sekecil apapun perlu ditanggapi dengan serius. Jika benar, aneh ketika berteriak, bukannya lebih baik kalau bicara langsung ke presiden. Demi bangsa dan negara terutama demokrasi yang beliau agung-agungkan.

Lebih buruk kalau itu tidak ada, presiden berbicara atas dasar kalau, andai, dan jika. Sayang sekali, implikasinya sangat besar lho, jangan dianggap biasa, karena yang menyatakan adalah presiden keenam.

Cara bicara antarpresiden perlu banyak belajar dari Pak Habibie. Bagaimana beliau selalu menempatkan diri sebagai senior, bapak bangsa, negarawan, memberikan masukan secara khusus, tidak perlu berkoar-koar, apalagi melalui media sosial. Komunikasi antarelit yang bisa menyejukkan bagi bangsa bukan malah menambah keruh keadaan.

Mengapa seolah kalau berganti seperti tidak memiliki tanggung jawab? Karena mantan, bukan lagi presiden yang memiliki tanggung jawab dan perasaan memiliki. Presiden akan selalu melekat karena berkelanjutan. Memangnya bisa peran  Pak Karno , Pak Harto, Pak Habibie, Gus Dur, Bu Mega, dan Pak Beye itu dibuang dan dianggap tidak ada, sama sekali tidak bisa. Mau tidak mau, suka tidak suka, ataupun rela atau berat hati tetap saja ada hal yang ada di masing-masing pribadi itu hingga detik ini.

Bukan mantan, namun presiden terdahulu. Lihat  pembicaraan pilkada serentak itu bukan hanya kali ini, BPJS juga bertahun lalu. Pemilu presiden langsung telah digagas sejak Pak Habibi.

Salam Damai

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun