Bukankah sistem pendidikan itu justru yang membuat bahkan memaksa anak-anak yang tadinya antusias, penuh energi, dan polos itu menjadi ragu dengan diri mereka?
Selama 12 tahun sekolah, sebelum mereka masuk universitas, kalau mereka misalnya mau menjadi dokter, perjalanan yang panjang itu, potensial membuat mereka tidak mampu bertahan dan semakin ragu. Belum tentu mereka bisa mencapai nilai tinggi selama tahun-tahun sekolah itu. Belum tentu mereka bisa berada di ranking 1 sampai 5. Kalau hanya yang berada di top 5 saja yang punya peluang masuk di fakultas yang dianggap bergengsi macam itu, peluang akan semakin kecil, sebab, bisa saja kebanyakan yang nilainya tinggi itu malah tidak punya bakat atau niat menjadi dokter.
Penyeragaman di sekolah itu bisa melelahkan dan membosankan. Kenapa harus begitu ya? Dalam satu kelas, misalnya ada 40 orang murid. Atas dasar apa bahwa semua dari yang 40 orang ini harus mempelajari hal-hal yang sama?
Itu baru satu kelas, belum lagi kelas-kelas paralel di satu sekolah, di satu provinsi, dan di satu negara. Apa nggak ngeri, setiap pelajar yang seusia denganku sekarang, kelas III SMA, harus mempelajari hal-hal yang hampir sama, mungkin hanya sedikit variasi yang membedakan.
Semua serba seragam: baju seragam, sepatu seragam, dasi seragam, mata pelajaran juga hampir semuanya seragam (sedikit perbedaan saja antara yang swasta dan negeri, sekolah biasa dan sekolah bonafit). Dan, yang paling seram adalah: pikiran juga diseragamkan, sengaja atau tidak sengaja. Itu kan yang terjadi?
Jadi, apakah tidak mungkin bahwa sekolah atau pendidikan formal yang berlangsung selama ini bisa jadi tak ubahnya seperti pabrik yang mengeluarkan jenis barang yang sama; sekolah adalah cetakannya?***
Silahkan berkunjung ke Channel YouTube saya di: https://www.youtube.com/@paulinasihaloho2899, di mana saya berbagi cerita tentang berbagai macam hal terutama dengan hal-hal mengenai pendidikan berdasarkan pola pandang saya sebagai murid. Terima kasih untuk dukungan Anda, men-subscribe, like dan share.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI