Mohon tunggu...
Paulina Sihaloho
Paulina Sihaloho Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

Aku pelajar SMA Bintang Timur, Pematang Siantar. Aku menulis untuk mengasah dan mempertajam pikiran, serta menjadikan hidupku lebih baik dari hari ke hari.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Apa Yang Membuat Anak Sekolah Itu Tidak Kreatif?

28 Oktober 2024   10:48 Diperbarui: 28 Oktober 2024   11:11 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

                                                                                      (https://www.youtube.com/watch?v=HgQlQgoZvL8)


Sebelum Saya Masuk Sekolah. 

Saya pun baru sadar ketika melihat foto-foto saya pada waktu kecil, usia sebelum masuk PAUD. Foto-foto itu kembali mengingatkan saya bagaimana salah satu kebiasaan saya pada masa-masa itu: Bertanya bertanya bertanya. Setiap hari, itulah salah satu pekerjaan saya: bertanya.

Apa saja saya tanyakan terutama pada mamak dan bapak. Mereka berusaha menjawab setiap pertanyaan saya. Iya, berusaha. Kadang mereka senyum atau tertawa saja karena mungkin mereka tidak bisa jawab atau mungkin pertanyaan-pertanyaan itu lucu dan aneh.

Dari foto-foto itu jelas saya bisa melihat bahwa saya memiliki ragam ekspressi mulai dari senang, sedih, menangis, antusias, penuh semangat, dst.

Setelah Saya Masuk Sekolah

Ya ampun, saya sempat merinding mengetahui betapa berbeda saya sekarang dengan ketika saya masih belum masuk sekolah. Perbedaan yang membuat saya merasa begitu adalah perbedaan sikap terhadap kehidupan.

Kenapa ketika saya kecil saya merdeka menjadi diri saya sendiri? Saya merdeka mengekspressikan diri saya. Saya merdeka mempertanyakan apa saja. Tak ada batasan dan tak ada larangan.

Orang tuam keluarga atau orang-orang di sekitar saya tak ada yang melarang saya bertanya. Mereka sedapat mungkin menjelaskan kepada saya jawaban-jawaban dari segala macam pertanyaan yang saya ajukan.

Kenapa setelah saya masuk sekolah, bahkan sejak PAUD, sejak itu sampai sekarang, saya berada di bangku SMA, saya tak lagi mempunyai kebiasaan bertanya?

Apa yang membuat saya sehingga saya menjadi manusia yang tidak terampil bertanya seterampil ketika saya masih belum masuk sekolah?

Kenapa justru ketika saya sudah sekolah, kemampuan saya bertanya justru melenyap dalam perjalanan waktu? Kenapa?

Kenapa saya justru kehilangan harta yang sangat berharta dalam diri saya sebagai seorang manusia: BERTANYA? Kenapa kehilangan ini justru terjadi di sekolah?

Katakanlah saya sekali-sekali masih mau bertanya, tetapi kalau di sekolah, itu sangat jarang terjadi. Saya, seperti kebanyakan teman-teman sebaya, dapat saya katakan, terutama hanya mengikuti dan mematuhi apa kata guru. Kami jarang bertanya. Apalagi mempertanyakan hal-hal secara mendalam, bukan sekedar bertanya karena apa yang dijelaskan oleh guru tidak dimengerti.

Pagi ini saya membuat video berkaitan dengan apa yang saya amati, mengapa murid/siswa sekarang ini, secara umum, kurang atau tidak kreatif. Yang kreatif pasti ada tetapi kalau dibandingkan dengan jumlah yang tidak kreatif, yang belakangan ini jumlahnya menurut saya jauh lebih banyak daripada yang pertama.

Berdasarkan pengalaman saya:

1. Begitu masuk sekolah, terutama SD, murid dikondisikan bahkan dipaksa untuk duduk selama berjam-jam di kursi di dalam ruangan. Kondisi ini membuat manusia yang masih kecil itu semakin jauh dari Alam, semakin tidak terhubung dengan alam. Akibatnya bisa fatal, manusia sekecil itu tak lagi bersahabat dengan Alam.

2. Langsung atau tidak langsung, murid-murid, sejak kelas I SD, sudah dikondisikan dan dipaksa malah agar DIAM, DIAM dan DIAM. Kalau murid berbicara bahkan dengan teman di sampingnya saja, itu sudah dianggap keributan. Bayangkan, selama berjam-jam di sekolah di dalam ruangan itu, murid-murid jarang mempergunakan mulut mereka untuk berbicara. Jarang. Saya kira ini bukan hanya pengalaman saya.

3. Tuhan menciptakan hampir semua manusia lengkap dengan kaki dan tangan. Kalau kita perhatikan bentuk tubuh manusia, proporsi kaki dan tangan itu, mulai dari paha sampai telapak kaki, lengan sampai jari-jemari tangan, proporsinya itu besar, lebih dari separoh bagian tubuh. Saya yakin, Tuhan tidak bermaksud agar manusia mengurung diri mereka di dalam ruangan, duduk di kursi selama berjam-jam setiap hari, hampir-hampir tidak mempergunakan kaki dan tangan mereka. Tangan digunakan terutama hanya untuk menulis apa yang diminta oleh guru, pada umumnya itu saja kan. Sementara kedua kaki, mulai dari paha, tidak punya pekerjaan sama sekali, nganggur.

Dari semua itu, bagi saya pribadi, yang paling mengejutkan bagi saya adalah menyadari bahwa saya telah kehilangan antusiasme bertanya yang ada dalam diri saya ketika saya belum masuk sekolah (PAUD sampai SMA).

Saya bertanya-tanya: Bagaimana caranya ya, biar saya bisa memperoleh kembali salah satu harta yang paling berharga dalam diri saya sebagai manusia, yaitu antusiasme bertanya? ***

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun