Mohon tunggu...
Paulina Aliandu
Paulina Aliandu Mohon Tunggu... Dosen - sebuah jiwa, seorang peziarah

Sebagai pencinta spiritualitas, saya juga tertarik pada sejarah, filsafat dan politik. Berkecimpung dalam bit-bit digital untuk pembelajaran mesin dalam perjalanan panjang mencapai kebijaksanaan digital.

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Pendakian Gunung Karmel : Hasrat yang Mencemari Jiwa dan Perbandingannya dalam Kitab Suci (I-9)

25 Januari 2025   10:56 Diperbarui: 27 Januari 2025   08:48 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Rayleigh Scattering (credit: Marek Piwnicki dari pexels)

Santo Yohanes dari Salib melanjutkan dengan menggambarkan betapa keragaman dan kekotoran yang ditimbulkan oleh keinginan-keinginan ini sangat besar. Bahkan, dosa-dosa ringan dan keinginan-keinginan terhadap dosa berat dapat menodai jiwa secara sempurna. Meskipun mungkin tampak bahwa beberapa hasrat itu kecil atau tidak signifikan, kenyataannya adalah setiap keinginan bahkan yang paling kecil sekalipun dapat mencemari jiwa kita.

Dengan demikia, melalui ajaran ini, kita diajak untuk lebih peka terhadap setiap keinginan dan hasrat yang muncul dalam hati kita. Jangan biarkan diri kita terjebak dalam godaan duniawi yang hanya akan membawa kita menjauh dari Tuhan. Sebagaimana Yehezkiel menunjukkan kepada kita, keragaman keinginan ini dapat mencemari jiwa yang sejatinya harus menjadi tempat suci untuk berkomunikasi dengan Tuhan. Setiap hasrat, betapapun kecilnya, dapat meninggalkan noda di jiwa kita, dan kita harus berusaha untuk menjaga jiwa kita tetap bersih dan terfokus pada Tuhan.

Ah tak terasa kita sudah tiba di pos yang baru. Rute yang baru kita lewati memberikan kita pengajaran bahwa untuk dapat mendekatkan diri kepada Tuhan, kita harus menjaga agar pikiran, kehendak, dan ingatan kita tetap tertata dan tidak terjerumus dalam keinginan yang merusak. Sepertinya memang kita harus selektif terhadap setiap afeksi kita terhadap ciptaan. Dan lihatlah teman pendakianku, mulai terbenam. Efek Rayleigh Scattering yang ada di depan kita sungguh indah. Entah bagaimana Allah mendefinisikan semua fenomena ini dalam algoritma ketika partikel-partikel di atmosfer dapat memecah cahaya dan menciptakan pola warna yang berbeda. Menciptakan efek spektral bernuansa merah keemasan yang teramat indah. Entah dekomposisi spektral apa yang dapat menjelaskan pemandangan di depan kita. Namun aku yakin Allah pasti pencinta matematika. Itu pasti. 

Epilog

Aku tersadar dalam kekotoranku, berusaha memurnikan setiap jelaga
Memusatkan seluruh afeksi pada Kekasih dan Pencipta Kemurnianku
Cahaya Cinta-Nya menguapkan semua noda, membersihkan jiwa yang gelap
Dan aku pun bercahaya indah, memancarkan kemurnian citra-Nya

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun