‘saya setuju dengan pendapatmu’, kataku. Tapi bagaimana dengan teman-teman yang lain?’ lanjutku.Â
Dengan berat hati, Ranti dan Mimi pun sepakat dengan pendapat Edo.
Surya mulai menyembunyikan wajahnya, inilah waktunya untuk bergegas ke sumur tua itu. Seperti pencuri, kami mengendap- endap di sekitar rerumputan untuk menghindar dari puluhan pasang bola mata yang sedang mengawasi kami. Sampailah kita di sumur tua itu, tiba-tiba suara Texan menggelagar menghentakkan alam semesta. Secepatnya kami menoleh ke arah Texan. Wajah Texan memerah bagaikan tomat masak, dan tubuh Texan terlihat seperti di setrum listrik 240 volt, di tambah tetesan-tetesan air yang berjatuhan dari celana Texan.Â
Didalam ketakutan yang hampir meremukan jantung ku, ku memberanikan diri untuk bertanya ada apa dengan Texan. Dengan bibir yang gemetar ‘ apa yang terjadi Texan?’. Saya melihat hantu berpakaian tentara, layaknya prajurit zaman dulu dengan tubuh berlumuran darah. Bulu kuduk kami berdiri apalagi Ranti yang notabenenya adalah seorang penakut. Ketakutan menyelimuti kami semua malam ini. Dalam kegelapan malam ku dengar derap langkah kaki yang sangat jelas, kami pun langsung berlari sekuat tenaga kami, tetapi derap langkah kaki semakin lama semakin kuat, Mimi pun terjatuh akibat tersandung tumbuhan melata, secepatnya kami menolonnya, cahaya senter menyilaukan pandangan kami, ‘apa yang kalian lakukan disini anak muda, tanya seorang paruh baya berpakaian loreng.Â
Ketika ku memalingkan wajahku kepadanya, sebuah pistol mendarat di kepalaku. ku menoleh kekanan dan ke kiri , teman-temanku sudah diborgol oleh beberapa orang tentara. Kami di bawa ke pos penjagaan, dan di intrograsi. Beralaskan keberanian dan kejujuran, kami menjawab semua pertanyaan dengan baik. Kami di pulangkan, dalam perjalanan pulang dihiasi keindahan lautan nusantara, terdengar tentara – tentara itu tertawa terbahak-bahak, terkesan membuat kami terheran-heran dan tersinggung. Bugi memberanikan diri untuk bertanya ‘ apa gerangan, sehingga bapak tertawa?’. Yang kalian alami di pulau itu hanyalah rekayasa yang kami buat, agar jika kalian ingin kepulau ini, kalian harus minta ijin jangan dengan bersembunyi- sembunyi. Pecahlah suara kami dengan ledakan tawa kami bersama tentara-tentara yang baik hati itu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H