‘Bisa, jika kalian ingin pergi kesana. Dulu pulau itu adalah tempat tinggal ibu saya.
 Tetapi,seiring berjalannya waktu masyarakat di pulau itu migrasi dengan alasan yang tidak jelas.’ Kata Texan
‘Itu kan, kami bisa pergi sana. Kita datang kesini untuk liburan kan?. Tidak apa apa, jika sesekali kita ke tempat wisata yang adat tantangannya’ Kata Bugi membela dirinya.
‘Saya tidak ingin kesana, saya takut terjadi apa-apa.’ Kata Ranti menyela pembicaraan kami.
‘Kamu harus belajar untuk menjadi seorang pemberani, sampai kapan kamu harus takut?’ kata Bugi.
‘Ya sudah, saya akan menunjukkan padamu, aku lebih berani darimu’ kata Ranti dengan sinis.
Saya hanya terdiam terpaku, entah saya harus setuju atau tidak. Perasaan takut dan rasa ingin tahu berkecamuk di kepalaku. Saya hanya menundukkan kepalaku meminta penyertaan Tuhan.
‘Inna, kamu setuju atau tidak?’ Kata Jacob. Pertanyaan itu menghentikan lamunanku.
‘Saya itu mana- mana saja. Jika semua setuju, saya juga setuju’ jawab saya.
‘Baik, bersiap-siaplah untuk kita berkemah disana selama satu hari’ Jelas Texan.
Kami pun bersiap-siap, membawa setiap perlengkapan yang dibutuhkan untuk tinggal satu hari pulau tak berpenghuni. Kami berangkat ketika surya tak lagi memamerkan wajahnya. Perlahan-lahan kami mengendap masuk ke bibir pantai dan setelah itu berlari terbirit-birit mencari tempat untuk bisa mendapat tempat yang bagus untuk berkemah,Â