Mohon tunggu...
Paul O. S.
Paul O. S. Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Berpikir dan bernafas sama-sama penting

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Independen Menang, Parpol Mengerang

10 Maret 2016   16:17 Diperbarui: 10 Maret 2016   20:13 416
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Ahok Memilih Jalur Independen"][/caption]Beberapa belakangan ini, keputusan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) berada di jalur independen dalam pemilihan gubernur DKI Jakarta tahun 2017 menjadi sorotan berbagai media. Keputusan tersebut merupakan keputusan yang cukup beresiko. Ahok sendiri mengakui bahwa keputusan itu merupakan tantangan terberatnya, karena sampai saat ini belum pernah ada gubernur yang menang di DKI Jakarta melalui jalur independen. Sudah menjadi pemahaman umum bahwa kendaraan yang aman dan berpeluang besar untuk maju dalam pilkada ialah melalui partai politik (parpol). Namun, Ahok yang berada di DKI Jakarta malah mengambil keputusan yang mungkin akan sedikit diambil calon pemimpin di daerah lain. 

Apakah Ahok tidak berpikir matang terlebih dahulu dan bangun dari mimpinya bahwa dia sekarang tidak berada di Belitung? Mustahil bahwa Ahok tidak menyadari bahwa DKI Jakarta merupakan arena yang cukup berat untuk melaju melalui jalur independen. Bahkan, bagi calon lain belum ada kepastian akan menang bila menunggangi sebuah parpol dan didukung oleh berbagai parpol. Bukankah keputusan berada di jalur independen terasa sia-sia dan tergesa-gesa?
   

Tapi, hal yang semakin membahayakan, setidaknya bagi berbagai parpol ialah jika Ahok dan Heru yang melangkah secara independen dapat mengalahkan pasangan lainnya yang diusung oleh berbagai parpol. Ini menjadi tamparan yang menikam eksistensi sekaligus esensi parpol di Indonesia. Jika Ahok dan Heru menang maka peristiwa ini akan menjadi peristiwa yang lebih menarik dibandingkan dengan pilihan presiden kemarin. Saya melihat ada beberapa aspek yang perlu kita perhatikan jika Ahok-Heru nantinya bisa menang secara independen.

 Jalur Independen, Jalur Berkualitas

Tidak dapat kita mungkiri jika Ahok-Heru mampu lolos sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta melalui jalur independen. Hal itu akan menjadi sorotan berbagai lapisan masyarakat di berbagai daerah. Peristiwa tersebut akan menggugah semangat dan harapan masyarakat yang ingin dipimpin oleh pemimpin yang berkualitas. Masyarakat tidak lagi aktif hanya pada mencoblos di Tempat Pemungutan Suara (TPS), tetapi akan aktif sebelum kampanye  itu sendiri dilangsungkan. Masyarakat sendiri yang akan mempersiapkan, akan mencari “jagoannya” untuk bertanding di arena. Mereka akan sangat memperhatikan kualitas calon pemimpin di daerahnya. Jika sama sekali calon pemimpin yang diusung partai tidak ada yang memenuhi standar kualitas masyarakat di daerah tersebut, maka mereka tidak segan-segan memunculkan calon lainnya yang sesuai dengan harapan mereka.

Melalui peristiwa seperti ini kita dapat melihat bahwa penyeleksian calon kepala daerah sudah dimulai sebelum pemilu itu sendiri. Penyeleksian tersebut juga bukan dilakukan oleh partai politi sesuai organisasi. Melainkan dilakukan oleh masyarakat itu sendiri. Mereka tidak lagi duduk diam menunggu siapa calon pemimpin yang diusung parpol, tetapi mereka akan bergerak mencari siapa pemimpin yang layak untuk memimpin mereka. Masyarakat akan melihat rekam jejak calon jagoannya. Calon pemimpin yang tidak berkualitas lambat laun akan tergusur sendiri karena masyarakat itu sendiri yang memilih dan menentukan jagoannya.    

Jalur independen, Jalur Suara Tuhan

Vox populi, vox dei merupakan asal dari jargon “suara rakyat, suara Tuhan”, mungkin jargon itu sudah tidak asing lagi di telinga kita. Jargon tersebut ingin memberi pesan bahwa suara rakyat merupakan suara Tuhan. Di sini saya tidak ingin membahas lebih dalam apakah jargon tersebut seutuhnya benar atau tidak. 

Tetapi yang perlu kita perhatikan ialah kini krisis kepercayaan terhadap parpol sebagai wadah bagi suara rakyat menjadikan parpol tidak lagi menjadi satu-satunya tempat berkumandangnya suara rakyat. Parpol kian tergerus oleh krisis kepercayaan tersebut. Suara rakyat di dalam parpol semakin terlihat sayup tanda hilangya minat rakyat terhadap parpol.

Jalur independen menjadi solusi lain yang rakyat pilih agar harapan  mereka terhadap pemimpin yang berkualitas dapat terpuaskan. Jalur independen menjadi jalan lain yang menggairahkan mereka dalam pesta demokrasi. Jalur independen menjadi jawaban mereka atas sistem parpol yang terlalu menganak tirikan rakyat itu sendiri.  

Kini jalur independen menjadi jalur suara Tuhan itu berdiam diri. Jalur di mana suara Tuhan itu dapat bersuara lantang bila calon pemimpinnya tidak pantas memimpin. Jalur independen menjadi pisau yang mampu menghunus parpol yang menelantarkan suara Tuhan yang selama ini dibungkam.

Jalur Independen: Secercah Tanda, Bukti Dari Revolusi Mental

Tidak berlebihan jika saya mengatakan bahwa kini pola pikir dan cara pandang masyarakat secara umum terhadap politik tidak lagi pesimis. Masyarakat semakin sadar bahwa dirinya tidak boleh diam dan hanya menunggu bola saja. Masyarakat semakin tahu bahwa suaranya bukanlah suara yang dapat dibeli begitu saja. Masyarakat semakin memahami bahwa kesejahteraan dirinya ditentukan juga kepada siapa dia memberi amanat untuk memimpin pemerintahan.

Kini sikap pesimis dan pasif terhadap unsur politik telah beralih karena pola pikir dan cara pandang yang telah tercerahkan tersebut. Masyarakat kini tidak lagi mau berpangku tangan pada parpol yang hanya menentukan calon pemimpin tanpa ada pertimbangan dari masyarakat itu sendiri. Masyarakat sudah gerah dengan kondisi mereka yang tak kunjung membaik dipimpin oleh pemimpin usungan parpol. Masyarakat sudah sadar bahwa perubahan yang lebih baik tidak akan terjadi jika mereka hanya diam saja menunggu pemimpin yang lahir dari parpol. Pemimpin yang tidak sesuai dengan harapan dan juga kualitas yang mereka inginkan.

Sudah saatnya dan memang sewajarnya parpol mengerang jika jalur independen dapat menang. Sudah saatnya dan memang sewajarnya masyarakat tidak lagi diam menentukan jagoannya. Sudah saatnya dan memang sewajarnya perubahan itu lahir dari masyarakat itu sendiri. Sudah saatnya dan memang sewajarnya parpol mewanti-wanti apakah dia dapat mengalahakan keinginan rakyat yang menggebu. Keinginan yang selama ini diabaikan. Keinginan untuk dipimpin oleh pemimpin yang berkualitas, yang teruji komitmennya, yang sungguh-sungguh bekerja bagi kesejahteraan masyarakat bukan kesejahteraan parpol, kelompok tertentu, apalagi kesejahteraan pribadi.

             

           

           

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun