pusara tanah merah
masih basah
sepi senja tak sepikan rasaku membuncah
: ada resah mendesah-desah,
hati menahan serasa pecah
"kepingan kenangan melintas
jiwa menangis rindu sesal mengharu biru"
beribu masa mencari sekedar pelepas dahaga,
dalam peluk sekejap tanpa kata,
sebelum kembara,
: kini pusara membasah merah,
rasa tak berwarna, mata air mengering,
sebuah lisan jiwa yang tak terucap,
hanya diam dan tatap sunyi,
: ayah,
mengapa pergi sebelum kupuas meminum,
air hidup dari batu hidupmu,
mengapa pergi saat kembara lalu,
dan
kini tinggal pusara,
nisan
namamu.
: aku yang menangis karena belum sempat belajar,
memanggilmu, ayahku....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H