Investment decision atau keputusan investasi merupakan keputusan (menjual, membeli, atau mempertahankan) yang diambil investor terkait investasi saham yang dimiliki (Puspitaningtyas, 2012). Sharpe (1964) menyatakan bahwa setiap investor ingin 19 mendapatkan tingkat pengembalian yang diinginkan dari investasi mereka dengan membuat keputusan investasi yang optimal. Menurut Kasmir (2009) Keputusan Investasi adalah suatu kebijakan atau keputusan yang diambil oleh investor untuk menanamkan modal pada satu atau lebih aset dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan di masa yang akan datang.
C. Pasar Modal
Pengertian pasar modal menurut UU Pasar Modal RI No 8 tahun 1995 didefinisikan sebagai “kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga profesi yang berkaitan dengan efek”. Pasar saham merupakan tempat untuk melakukan transaksi jual-beli saham publik. Kegiatan jual-beli saham ini dilakukan melalui Bursa Efek Indonesia (BEI). Pasar saham bisa disebut juga bursa saham, di pasar saham Indonesia Bursa Efek Indonesia (BEI) bertindak selaku pengelolanya. Penjualnya adalah perusahaan sekuritas dan pembelinya adalah para investor. Sementara barang yang diperjual belikan adalah saham.
III. Pembahasan
Hasil penelitian dari beberapa peneliti yang telah dilakukan menyimpulkan bahwa prilaku keuangan (behavioral finance) dapat berpengaruh dan sudah menjadi pertimbangan bagi para investor dalam mengambil keputusan yang tepat dalam berinvestasi di pasar saham. Oleh sebab itu, prilaku keuangan (behavioral finance) sangat penting bagi para investor dan pelaku pasar karena akan membantu mengurangi kesalahan dengan cara memberikan mereka sinyal-sinyal kewaspadaan atau mengingat kesalahan tersebut untuk tidak terulang kembali (Sitinjak 2013). Dalam prilaku keuangan membahas bahwa investor membuat keputusan investasi menggunakan 2 (dua) asumsi yaitu keputusan yang rasional dan keputusan yang tidak bias akan prediksi masa depan. Namun pada prakteknya dalam proses pengambilan keputusan yang dilakukan oleh investor dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satunya adalah faktor psikologis investor yang juga menyebabkan pengambilan keputusan dilakukan secara tidak terprediksi dan tidak rasional. Terdapat sejumlah bias psikologi dapat mempengaruhi proses pengambilan keputusan investasi oleh investor yang masih kurang disadari oleh beberapa investor. Berikut ini beberapa macam bias psikologi yang dapat membuat investor kehilangan kendali dalam pengambilan keputusan :
A. Herding Bias : Herding behavior adalah suatu kondisi di mana investor mendasarkan keputusan investasinya pada sentimen pasar atau keputusan investor lain, daripada mengikuti analisis atau informasi yang dimilikinya sendiri. Seorang investor atau trader saham yang memiliki bias ini biasanya akan sangat bergantung pada informasi yang disampaikan media berita, media sosial, broker dan influencer.
B. Overconfidence Bias : Bias overconfidence merupakan suatu bias prilaku keuangan dimana investor memiliki persaaan kepercayaan diri yang berlebihandalam membuat suatu keputusan investasi. Investor yang memiliki overconfidence bias akan cenderung melebih-lebihkan kemungkinan akurasi analisis dan prediksi serta kekuatan mereka.
C. Self-Attribution Bias : Investor yang memiliki bias kognitif ini biasanya lebih menyukai informasi pribadi dan mengabaikan sinyal dari informasi eksternal. Self-attribution bias mengacu pada perilaku investor yang ketika mengalami keuntungan cenderung mengakui bahwa keberhasilan tersebut berasal dari kemampuan dan pengetahuan mereka. Sebaliknya, ketika mengalami kerugian, investor cenderung menyalahkan orang lain atau beranggapan bahwa kegagalan yang terjadi merupakan kesalahan faktor eksternal yang berada di luar kendali mereka
D. Greed Bias : Bias greed merupakan bias psikologi yang membuat investor serakah dan berharap mendapatkan harga yang naik lebih tinggi dari saham yang dibeli. Investor bisa mengambil keputusan investasi yang tidak berdasarkan pada kemampuannya. Para trader dengan bias ini cenderung lebih memilih bertahan di posisinya dengan harapan harga akan naik lebih tinggi.
E. Loss Aversion Bias : Loss Aversion Bias merupakan kondisi psikologis seseorang investor yang cenderung lebih sensitif terhadap kerugian dibandingkan keuntungan. Semakin tinggi tingkat Loss Aversion Bias seseorang investor, maka ia akan semakin berhati-hati dalam mengambil keputusan berinvestasi.
F. Confirmation Bias : Bias konfirmasi atau sering dikenal dengan istilah cocoklogi merupakan suatu bias prilaku investor dimana kecenderungan bagi investor untuk mencari bukti yang mendukung pendapat atau kepercayaannya serta mengabaikan bukti yang menyatakan sebaliknya. Seorang investor yang memiliki confirmation bias akan mengambil keputusan hanya berdasarkan opininya sendiri dan investor dengan bias ini akan meyakini bahwa saham yang akan dibelinya adalah saham yang baik tanpa mempertimbangkan informasi dan fakta.