Peran Prilaku Keuangan Terhadap Keputusan Investasi di Bursa Efek Indonesia (BEI)
Oleh : Pattama Putta Laksmi Sanjaya, S.E.
Program Studi : S2 Imu Manajemen (Universitas Pendidikan Ganesha)
I. Pendahuluan
Setelah mengalami pandemic covid 19 pada awal 2020 sampai dengan tahun 2022, pada tahun 2023 perekonomian Indonesia mulai mengalami pemulihan dan terus bertumbuh. Data resmi dari Badan Pusat Statistik (BPS), perekonomian Indonesia menunjukkan pertumbuhan pada periode triwulan II tahun 2023 tercatat sebesar 5,17% (yoy), meningkat dari pertumbuhan pada triwulan sebelumnya sebesar 5,04% (yoy). Dengan semakin bertumbuhnya perekonomian Indonesia pada saat ini, masyarakat mulai mencoba untuk mencari sumber penghasilan lebih di luar gaji yang mereka terima setiap bulannya. Penghasilan di luar gaji sangatlah dibutuhkan bagi masyarakat yang ingin memiliki penghidupan yang lebih layak dan masa depan yang lebih baik. Satu dari banyak cara yang masyarakat dapat lakukan untuk mendapat penghasilan selain gaji yang mereka terima adalah dengan melakukan investasi di pasar saham yang saat ini banyak diminati oleh masyarakat karena mudah diakses oleh masyarakat.
Bursa Efek Indonesia (BEI) menyebutkan jumlah investor dalam negeri di pasar saham Indonesia hingga akhir Juli 2023 mencapai angka 11.379.502 investor, mengutip data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI). Angka tersebut naik 1,65% dari periode 2022 dan melonjak 547,23% dalam lima tahun terakhir atau sejak 2018. Dalam melakukan investasi di pasar saham, para investor tentunya harus selektif, lebih berhati-hati dan membuat analisa sebelum membuat suatu keputusan investasi, baik itu membeli maupun menjual saham. Membuat keputusan investasi merupakan pekerjaan yang harus dilakukan dengan teliti oleh para investor saham karena, investasi di pasar saham memiliki ketidakpastian dan resiko yang tinggi. Memaksimalkan keuntungan dan mengurangi tingkat kerugian atau meminimalisir resiko merupakan tuntutan pengambil keputusan dalam menentukan pilihan (Naiborhu, 2008). Nofsinger (2005) menyatakan bahwa pengambilan keputusan keuangan konvensional menggunakan 2 (dua) asumsi yaitu keputusan yang rasional dan keputusan yang tidak bias akan prediksi masa depan. Namun pada prakteknya, pengambilan keputusan yang rasional tidak bisa sepenuhnya dilakukan oelh investor karena keterbatasan kemampuan berpikir yang dimiliki oleh investor, maka selain melakukan analisa teknikal dan fundamental saham diperlukan juga cabang ilmu keuangan yang berbasis pada prilaku yaitu prilaku keuangan (Behavioral Finance). Behavioral finance menjelaskan fenomena psikologi mempengaruhi perilaku keuangan. Behavioral finance juga menjelaskan tentang pola-pola investor termasuk faktor emosional dan derajat dari aspek tersebut mempengaruhi proses pengambilan keputusan investasi (Ricciardi, 2000). Penjelasan tersebut memaparkan secara jelas bahwa behavioral finance merupakan pendekatan yang dapat menjelaskan bagaimana manusia melakukan suatu keputusan investasi yang dipengaruhi oleh faktor psikologi.
Khan (2020) menguji pengaruh dari bias kognitif pada keputusan investasi yang dilakukan oleh investor di negara Pakistan dimana literasi keuangan pada investor memiliki peran yang sangat penting. Sebuah model penelitian dikembangkan untuk menggambarkan dampak herding bias, efek disposisi dan akuntabilitas mental pada keputusan investasi, dengan variabel literasi keuangan sebagai moderasi. Hasil temuan dari penelitian ini menunjukkan bahwa herding bias, disposition effect dan mental accounting berpengaruh positif signifikan terhadap keputusan investasi. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Dr. Van K. Tharp trading plan hanya berperan 10% dalam portofolio yang memberikan keuntungan optimal. Dalam penelitian tersebut juga ditemukan bahwa psikologi memiliki peranan yang paling besar dalam portofolio yang optimal yakni sebesar 60% dan money management berkontribusi sebesar 30% (Ellen May, 2014).
II. Kajian Pustaka
A. Prilaku Keuangan (Behavioral Finance)
Behavioral finance menurut Riciardi (2000) merupakan cabang ilmu yang di dalamnya ada interaksi dari berbagai disiplin ilmu (interdisipliner) dan terus berintegrasi sehingga dalam pembahasannya tidak bisa dilakukan isolasi. Behavioral finance tumbuh dari berbagai asumsi dan ide dari perilaku ekonomi. Dalam behavioral finance juga melibatkan emosi, sifat, kesukaan dan berbagai macam hal yang ada pada diri manusia sebagai makhluk intelektual dan social yang akan berinteraksi melandasi munculnya keputusan dalam melakukan tindakan. Nofsinger (2001) mendefinisikan perilaku keuangan merupakan cabang ilmu yang mempelajari bagaimana manusia berperilaku dalam sebuah penentuan keuangan. Khususnya, mempelajari bagaimana psikologi mempengaruhi keputusan keuangan, perusahaan dan pasar keuangan. Pada konsep yang diuraikan diatas secara jelas menyatakan bahwa prdilaku keuangan merupakan sebuah pendekatan yang menjelaskan bagaimana manusia melakukan keputusan investasi atau keputusan yang berhubungan dengan keuangan dapat dipengaruhi oleh faktor psikologi.
B. Keputusan Investasi
Investment decision atau keputusan investasi merupakan keputusan (menjual, membeli, atau mempertahankan) yang diambil investor terkait investasi saham yang dimiliki (Puspitaningtyas, 2012). Sharpe (1964) menyatakan bahwa setiap investor ingin 19 mendapatkan tingkat pengembalian yang diinginkan dari investasi mereka dengan membuat keputusan investasi yang optimal. Menurut Kasmir (2009) Keputusan Investasi adalah suatu kebijakan atau keputusan yang diambil oleh investor untuk menanamkan modal pada satu atau lebih aset dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan di masa yang akan datang.
C. Pasar Modal
Pengertian pasar modal menurut UU Pasar Modal RI No 8 tahun 1995 didefinisikan sebagai “kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga profesi yang berkaitan dengan efek”. Pasar saham merupakan tempat untuk melakukan transaksi jual-beli saham publik. Kegiatan jual-beli saham ini dilakukan melalui Bursa Efek Indonesia (BEI). Pasar saham bisa disebut juga bursa saham, di pasar saham Indonesia Bursa Efek Indonesia (BEI) bertindak selaku pengelolanya. Penjualnya adalah perusahaan sekuritas dan pembelinya adalah para investor. Sementara barang yang diperjual belikan adalah saham.
III. Pembahasan
Hasil penelitian dari beberapa peneliti yang telah dilakukan menyimpulkan bahwa prilaku keuangan (behavioral finance) dapat berpengaruh dan sudah menjadi pertimbangan bagi para investor dalam mengambil keputusan yang tepat dalam berinvestasi di pasar saham. Oleh sebab itu, prilaku keuangan (behavioral finance) sangat penting bagi para investor dan pelaku pasar karena akan membantu mengurangi kesalahan dengan cara memberikan mereka sinyal-sinyal kewaspadaan atau mengingat kesalahan tersebut untuk tidak terulang kembali (Sitinjak 2013). Dalam prilaku keuangan membahas bahwa investor membuat keputusan investasi menggunakan 2 (dua) asumsi yaitu keputusan yang rasional dan keputusan yang tidak bias akan prediksi masa depan. Namun pada prakteknya dalam proses pengambilan keputusan yang dilakukan oleh investor dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satunya adalah faktor psikologis investor yang juga menyebabkan pengambilan keputusan dilakukan secara tidak terprediksi dan tidak rasional. Terdapat sejumlah bias psikologi dapat mempengaruhi proses pengambilan keputusan investasi oleh investor yang masih kurang disadari oleh beberapa investor. Berikut ini beberapa macam bias psikologi yang dapat membuat investor kehilangan kendali dalam pengambilan keputusan :
A. Herding Bias : Herding behavior adalah suatu kondisi di mana investor mendasarkan keputusan investasinya pada sentimen pasar atau keputusan investor lain, daripada mengikuti analisis atau informasi yang dimilikinya sendiri. Seorang investor atau trader saham yang memiliki bias ini biasanya akan sangat bergantung pada informasi yang disampaikan media berita, media sosial, broker dan influencer.
B. Overconfidence Bias : Bias overconfidence merupakan suatu bias prilaku keuangan dimana investor memiliki persaaan kepercayaan diri yang berlebihandalam membuat suatu keputusan investasi. Investor yang memiliki overconfidence bias akan cenderung melebih-lebihkan kemungkinan akurasi analisis dan prediksi serta kekuatan mereka.
C. Self-Attribution Bias : Investor yang memiliki bias kognitif ini biasanya lebih menyukai informasi pribadi dan mengabaikan sinyal dari informasi eksternal. Self-attribution bias mengacu pada perilaku investor yang ketika mengalami keuntungan cenderung mengakui bahwa keberhasilan tersebut berasal dari kemampuan dan pengetahuan mereka. Sebaliknya, ketika mengalami kerugian, investor cenderung menyalahkan orang lain atau beranggapan bahwa kegagalan yang terjadi merupakan kesalahan faktor eksternal yang berada di luar kendali mereka
D. Greed Bias : Bias greed merupakan bias psikologi yang membuat investor serakah dan berharap mendapatkan harga yang naik lebih tinggi dari saham yang dibeli. Investor bisa mengambil keputusan investasi yang tidak berdasarkan pada kemampuannya. Para trader dengan bias ini cenderung lebih memilih bertahan di posisinya dengan harapan harga akan naik lebih tinggi.
E. Loss Aversion Bias : Loss Aversion Bias merupakan kondisi psikologis seseorang investor yang cenderung lebih sensitif terhadap kerugian dibandingkan keuntungan. Semakin tinggi tingkat Loss Aversion Bias seseorang investor, maka ia akan semakin berhati-hati dalam mengambil keputusan berinvestasi.
F. Confirmation Bias : Bias konfirmasi atau sering dikenal dengan istilah cocoklogi merupakan suatu bias prilaku investor dimana kecenderungan bagi investor untuk mencari bukti yang mendukung pendapat atau kepercayaannya serta mengabaikan bukti yang menyatakan sebaliknya. Seorang investor yang memiliki confirmation bias akan mengambil keputusan hanya berdasarkan opininya sendiri dan investor dengan bias ini akan meyakini bahwa saham yang akan dibelinya adalah saham yang baik tanpa mempertimbangkan informasi dan fakta.
IV. Penutup
A. Kesimpulan
Berdasarkan beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya menemukan bahwa bahwa prilaku keuangan (behavioral finance) dapat berpengaruh terhadap pengambilan keputusan investasi yang dilakukan oleh investor. Dalam membuat keputusan investasi, investor tidak dapat selalu berfikir rasional. Bermaksud untuk memberi harga pada semua informasi yang diketahui publik secara sempurna dan instan, seperti asumsi hipotesis pasar efisien, informasi tersebut sering kali dapat dipengaruhi oleh bias kognitif dan psikologi. Proses pembuatan keputusan investasi tentunya dapat dipengaruhi oleh informasi yang ada dan pastinya informasi yang didapat tanpa sadar sudah kita seleksi dan akhirnya berakhir bias. Bias tersebut dapat menyebabkan investor mengambil keputusan investasi yang tidak rasional yang hanya mengutamakan keuntungan jangka pendek, dan sering kali mengorbankan jangka panjangnya.
B. Saran
Saran bagi investor agar dapat secara rasional dalam membuat keputusan investasi yaitu jika investor mendapatkan informasi mengenai berita buruk maupun berita baik hendaknya jangan terburu-buru untuk bertindak dan berpikiran secara irasional serta emosional karena berita atau informasi yang didapat belum tentu kebenarannya. Maka diperlukan analisis lebih dalam mengenai efek atau dampak dari informasi tersebut lebih dalam. Menerapkan strategi investasi seperti menetapkan tujuan investasi yang jelas, mengadopsi strategi investasi jangka panjang yang sistematis, melakukan diversifikasi, melakukan analisa mendalam tentang saham yang hendak dibeli baik secara fundamentgal maupun teknikal dan menambah literasi keuangan dapat membantu mengurangi dampak bias yang ada saat ini. Pada akhirnya investor dapat membuat keputusan investasi yang mampu mengoptimalkan keuntungan yang diperoleh dan meminimalisir risiko kerugian yang dialami.
Daftar Pustaka
Uji Agung Santosa (2020). Inilah Faktor Psikologis dan Emosi yang Mempengaruhi Keputusan Investasimu.https://review.bukalapak.com/finance/faktor-psikologis-dan-emosi-dalam-keputusan-investasi
HRB Tradersmart (2022). 11 Bias Psikologi dalam Investasi Saham, Kamu Yang Mana?. https://rhbtradesmart.co.id/article/11-bias-psikologi-dalam-investasi-saham-kamu-yang-mana/
Badan Pusat Statistik (BPS) .2023. Data pertumbuhan perekonomian Indonesia (Tahun 2023). bps.go.id. (diakses pada tanggal 08 Oktober 2023).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H