Hasil Percobaan Watson:
Albert yang berumur 11 bulan ditempatkan di sebuah ruangan bersama dengan seekor tikus. Awalnya Albert tidak menunjukkan rasa takut (Natural Stimulus). Dalam eksperimen ini, tikus dianggap sebagai Uncondition Stimulus, maka hasil reaksi natural (Natural response) yang ditunjukkan oleh Albert adalah ingin menyentuh yakni sebuah Uncondition Response.
Kemudian, assiten Watson memukul batang baja dengan palu setiap kali Albert ingin menyentuh tikus tersebut. Suara keras yang dihasilkan adalah Uncondition Stimulus. Hal ini membuat Albert menjadi takut. Pada Akhirnya, Albert tanpa suara keras berubah dari menyukai tikus menjadi takut pada tikus.
Pada akhirnya, tikus putih berubah menjadi Condition Stimulus, dan takut menjadi Condition Response. Hal ini menunjukkan bahwa Albert mengalami Emotional Conditioning.
Percobaan Watson terhadap Albert menggambarkan Emotional Conditioning Negative. Akan tetapi teori Watson ini juga pada prinsipnya dapat menghasilkan Emotional Conditioning Positive. Misalnya seperti contoh berikut ini:
Penjelasan gambar diatas menunjukkan Emotional Conditioning Positive. Biasanya siswa/I kelas kecil akan menangis jika orang tua meninggalkan mereka di Sekolah pada minggu awal Sekolah. Sekolah menjadi hal yang sangat menakutkan.
Biasanya siswa/I kelas kecil senang bertemu dengan orang yang baik. Dengan demikian, jika di Sekolah siswa/I kelas kecil bertemu dengan guru yang baik maka mereka akan senang. Hal ini akan menghasilkan sebuah kondisi dimana siswa/I akan merasa senang ke sekolah tanpa bersama dengan guru yang baik.
Buntus F. Skinner “Operan Conditioning”.
Skinner menganggap reward dan reinforcement sebagai factor terpenting dalam proses belajar. Skinner berpendapat bahwa tujuan Psikologi adalah meramal dan mengontrol tingkah laku. Skinner mirip dengan Thorndike berkesimpulan bahwa pengaruh dari reinforcement dan hukuman tidak simetris. Reinforcement dapat merubah kemungkinan munculnya respon, sedangkan hukuman tidak.