India dan Jepang memiliki histori kerjasama yang cukup baik sejak tahun 1952. Hal ini dibuktikan dengan adanya penandatanganan perjanjian antara kedua pihak yang berfokus pada kerjasama di bidang diplomatik.Â
Selanjutnya, dipelopori oleh penandatanganan kerjasama dengan Japan International Coorporation (JICA), India dan Jepang sepakat untuk meningkatkan hubungan kerjasama ekonomi yang berorientasi pada pembangunan berkelanjutan.Â
Badan kerja sama internasional Jepang atau yang lebih dikenal dengan JICA menyiapkan rencana pembangunan proyek kereta cepat India dengan bantuan pinjaman resmi dari Japan International Development Assistance.
Dalam bantuan dan kerjasama internasional, terdapat dua teori pembangunan yang membagi negara menjadi kelompok pemberi dan penerima bantuan. Yang pertama adalah paradigma modernisasi dimana negara pemberi bantuan cenderung memberikan bantuan dengan harapan mampu meningkatkan ekonomi, pertumbuhan sosial, serta nilai individu bagi negara penerima bantuan.Â
Sementara yang kedua adalah paradigma dependensi dimana bantuan yang diberikan oleh suatu negara justru akan menimbulkan keterbelakangan yang disebabkan oleh ketergantuan negara lain.
Berdasarkan teori pembangunan yang dibagi menjadi dua paradigma besar, negara Jepang dan India masuk pada kategori yang berbeda. Jepang merupakan negara dunia pertama yang diketagorikan sebagai negara penguasa teknologi.Â
Negara ini telah sepenuhnya mampu mencukupi kebutuhan teknologi maupun infrastruktur yang dibutuhkan oleh masyarakatnya. Dalam hal ini, Jepang selanjutnya memperluas misinya dalam mendorong pembangunan di negara lain yang masuk dalam ketegori negara dunia kedua maupun ketiga.
Jepang dan India berkolaborasi bersama dalam pembangunan proyek kereta cepat Mumbai-Ahmedabad melalui pinjaman dana sebesar 400 juta yen. Dilansir dari JICA (Japan International Coorporation Agency), proyek ini bertujuan untuk mengembangkan sistem transportasi masal dengan membangun rel kereta api berkecepatan tinggi dengan gaya Shinkansen Jepang sepanjang lebih dari 500 km antara Mumbai dan Ahmedabad.Â
Proyek pembangunan telah disepakati sejak tahun 2014 dan proses pembangunan masih terus berlangsung hingga pada saat artikel ini diterbitkan.
Selain bantuan yang berbentuk hutang luar negeri, Jepang juga memberikan bantuan lain dalam pentuk pelatihan tenaga konstruksi yang diharapkan dapat menunjang dan meningkatkan pengetahuan tenaga pembangunan.Â
Jepang menyediakan bahan baku rangka kereta serta mengimpor peralatan persinyalan dalam sistem gerbong kereta. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan kualitas pembangunan gerbong kereta cepat.