Mohon tunggu...
Patrik Rantetana
Patrik Rantetana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Kata tetaplah huruf mati, sampai ia dibaca dan dikhayati

Mahasiswa S2

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Bapaku adalah Sang Khalik Semesta

2 Desember 2023   18:19 Diperbarui: 2 Desember 2023   18:31 280
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Orang Kristen tidak akan pernah menyebut hari itu sebagai tragedi atau Jumat Kelabu melainkan selamanya akan disebut sebagai "Good Friday". Di sanalah jawaban dari segala penderitaan yang Tuhan ijinkan kita alami.

Sebagai simpulan, Katekismus Heidelberg menutup penjelasannya dengan menyatakan bahwa tidak ada yang mustahil bagi Allah yang Mahakuasa (Kej 18:14) dan bahwa Dia akan menyediakan segala hal baik bagi kita karena Dia adalah Bapa yang setia. Khalik langit dan bumi itu akhirnya kita boleh panggil  sebagai "Bapa" karena karya Yesus Kristus. Sungguh suatu kelegaan bagi kita!

Catatan Kaki;

[1] Awalnya dipakai sebagai bahan katekisasi di bagian barat kekaisaran Jerman. Akhirnya menyebarluas dan menjadi salah satu dari tiga dokumen keesaan gereja-gereja reformed yang sangat bersejarah.
[2] Kerangka pembahasan dalam artikel ini diadopsi dari Jawaban Katekismus Heidelberg nomor 26 yang dibahas pada Hari Tuhan ke-9.
[3] William Kinney dari Universitas Buffalo di dalam penelitian terakhirnya meyakini bahwa alam semesta ini tidak kekal; "I feel like we've demonstrated something fundamental about the universe, which is that it probably had a beginning." James Riordon, "The Universe Began with a Bang, Not a Bounce, New Studies Find," Scientific American, diakses 29 November 2023, https://www.scientificamerican.com/article/the-universe-began-with-a-bang-not-a-bounce-new-studies-find/.
[4] Di dalam terminologi Ibrani, kata langit (h*ma*yim) dapat juga berarti sorga, yakni realita yang tidak dapat terlihat oleh manusia secara kasat mata.
[5] Zacharias Ursinus, The Commentary of Dr. Zacharias Ursinus on the Heidelberg Cathecism, ed. oleh Eric D. Bristley, trans. oleh G.W. Williard, Electronic Version 1.5 (Ohio: Olive Tree Communications, t.t.), 272.
[6] Fred H. Klooster, A Mighty Comfort: The Christian Faith according to the Heidelberg Catechism (Grand Rapids, MI: CRC Publications, 1990), 31.
[7] Analogi populer ini dikemukakan oleh William Paley dalam bukunya Natural Theology (1802)
[8] R.C. Sproul, Kebenaran-Kebenaran Dasar Iman Kristen, trans. oleh Tanudjaja Rahmiati, 11 ed. (Malang: Literatur SAAT, 2018), 82.
[9] R. J. Berry, ed., The Care of Creation: Focusing Concern and Action (Leicester [England]: Inter-Varsity Press, 2000), 7--9
[10] Parafrase pertanyaan Dawkin pada menit '7.25 dan '33.52. Has Science Buried God? Debate, 2017, https://www.youtube.com/watch?v=OVEuQg_Mglw.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun