Mohon tunggu...
Patrick Waraney Sorongan
Patrick Waraney Sorongan Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis

Ende gut, alles gut...

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Trans-Sulawesi, Jalur Penyelundupan Cap Tikus hingga Senpi Filipina

5 Desember 2020   18:56 Diperbarui: 5 Desember 2020   19:14 0
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Keamanan. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Pixelcreatures

PENYELUNDUPAN apa saja, terutama untuk minuman keras (miras) jenis cap tikus antarprovinsi di Pulau Sulawesi,  relatif aman, di sepanjang jalan trans-Sulawesi, Maklum,  panjang jalannya saja sekitar 1.773,49 kilometer. Jarak yang berpatokan antara Kota Manado, Ibu Kota Sulawesi Utara (Sulut)-Kota Makassar, Ibu Kota Sulawesi Selatan (Sulsel) ini, jika ditempuh dengan kendaraan roda empat nonstop, berdurasi 11,9 jam.

Kontur jalan yang membelah hutan di pegunungan, melipir ngarai, atau menyusuri pesisir ini, minus ditunggui aparat kepolisian. Razia hanya dilakukan pada momentum-momentum tertentu. Itu pun kerap digelar hanya di dekat perbatasan daerah baik kota maupun kabupaten.

Kondisi jalur trans-Sulawesi seperti inilah yang membuat kendaraan roda empat baik truk angkutan niuaga, bus antarprovinsi, antarkota, terutama mobil pribadi, cenderung memilih berombongan jika harus melewati wilayah-wilayah tertentu semisal di kawasan Kebun Kopi.

Jalur ini rawan longsor walaupun sepanjang jalannya sejak awal 2000-an, sudah lumayan bagus. Jalan panjang yang menghubungkan antarprovinsi, yakni Sulut, Sulsel, Gorontalo, Sultra, dan Sulbar ini, juga masih menyisakan trauma bagi warga yang kerap melintas di situ.

Ketika konflik SARA dua kali meletus di Poso, Sulteng pada 1998 dan 2000, kawasan Kebun Kopi dikuasai kelompok tertentu. Mereka menghadang dan menyeleksi orang-orang yang dianggap bukan 'kaumnya', dan berakhir dengan penganiayaan.

Pada awal dekade 2000-an, sebagian Trans-Sulawesi sudah laik darat termasuk di kawasan Kebun Kopi. Maka tak heran, jika aksi-aksi penyelundupan semisal captikus, semakin menggeliat. Di Kota Palopo, Sulsel, kawasan jantungnya Sulawesi, begitu mudah diperoleh miras tradisional Suku Minahasa dari Sulut ini.

Menjelang Natal, Tahun Baru atau Paskah, para pedagang daging dogi dan kelelawar dari Sulut, mencari 'bahan baku' hingga bergerilya ke pelosok-pelosok Sulsel, walaupun perjalanan pulang-pergi antardua provinsi ini, membuat badan terasa remuk.

Rawan Penyelundupan Senpi

Jalur panjang ini setidaknya juga menjadi 'surga' penyelundupan senjata api rakitan bagi para gerombolan gerakan pengacau keamanan (GPK) lokal hingga luar Sulawesi, yakni GPK Papua. Senpi-senpi rakitan ini diduga kuat berasal dari Mindanao, selatan Filipina.

Dari Davao City, Ibu Kota Mindanao. Di wilayah paling miskin negeri jiran ini, tak sedikit beroperasi industri rumahan yang merakit senpi baik laras pendek, laras panjang, atau senpi otomatis.  Dari Davao, senpi-senpi ini diselundupkan hingga ke Manado lewat jalur 'tradisionbal', yakni pesisir atau perairan pulau-pulau kecil, dekat tapal batas Indonesia-Filipina.

Adapun pulau paling terluar dalam wilayah Indonesia di tapal batas ini adalah Miangas, wilayah Kabupaten Kepulauan Talaud, Sulut. Pulau seluas 3,15 kilometer persegi berpenduduk hampir seribu jiwa ini,  masuk dalam kawasan desa dan kecamatan bernama sama. Dengan jarak Miangas-Davao yang hanya 45 mil laut ditambah kedekatan antarwarga, tak heran jika warga antardua negara ini kerap saling berkunjung.

"Apalagi jarak Miangas ke Melonguane (Ibu Kota Talaud) lumayan, sekitar 60 mil laut, sedangkan ke Manado (ibukota provinsi), sangat jauh, sekitar  274 mil laut. Warga di pulau-pulau ini banyak yang masih berhubungan darah," kata Iverdixon Tinungki, tokoh warga Talaud yang berdomisili di Manado.

Perahu-perahu kecil yang membawa barang ilegal ini memang 'boboy' (bahasa Tagalog, baca: nakal), kerap lolos dari pantauan kapal-kapal perang TNI Angkatan Laut. Sejumlah sumber di Talaud mengakui, kala mengetahui adanya kapal patroli, perahu-perahu kecil ini, semisal Kakorotan, Marampit Karatung, Mangupun, Malo, Intata, Garat, Saraa, atau Karang Napombal, diduga kera lolos.

Mereka bersembunyi secara berantai hingga lolos ke Manado atau ke 'pelabuhan-pelabuhan tikus' di pesisir wilayah Sulut. Bahkan, tak jarang yang nekat menaiki kapal feri hingga ke Pelabuhan Manado, pelabuhan penumpang yang berada di tengah Kota Manado.

Dari Manado, senpi-senpi ini dibawa ke pemesan. Order umumnya datang dari kelompok GPK Mujahidin Indonesia Timur (MIT) yang bersarang di Pegunungan Tinombala, kawasan Poso selain GPK di Papua. Dilansir LKBN Antara (18/11), Tim khusus Direktorat Reserse Kriminal Umum (Ditreskimum) Polda Papua Barat berhasil menggagalkan perdagangan senjata api ilegal yang dipasok dari Filipina.

Menurut Kapolda Irjen Pol Tornagogo Sihombing pada konferensi pers di Manokwari, tiga tersangka berhasil diringkus dalam operasi yang dilaksanakan tim khusus Ditkrimum sejak 3 November 2020.  Dari ketiga tersangka, dua di antaranya warga Manokwari, dan seorang lainnya adalah iburumah tangga, warga Sulut. Ketiganya berinisial SM, SK serta RB.

"Mereka diamankan secara bertahap pada waktu dan tempat berbeda. Pertama kita amankan SM di Manokwari, lalu dari hasil pengembangan kami mendapat dua pelaku lain yakni SK dan RB," ucap Tornagogo Sihombing.

Dalam operasi itu, lanjut Tornagogo, polisi berhasil mengamankan barang bukti berupa enam pucuk senjata api, 43 butir peluru kaliber 45 serta tiga buah magasin. Tim khusus juga memperoleh barang bukti lain berupa handphone serta uang ratusan ribu rupiah. Senpi-senpi  itu diselundupkan dari Filipina ke Papua Barat, melalui Manado. Selain Papua Barat, diduga perdagangan juga sudah masuk ke Papua melalui Kabupaten Nabire.

"Tersangka RB ini sudah punya jaringan dengan pelaku kejahatan yang ada di Filipina. Melalui Jalur laut, senjata api masuk dari Filipina ke Manado, lalu dari Manado ke Sorong, Manokwari dan Nabire-Papua," papar-nya.

Perdagangan senpi jaringan Filipina sendiri bukan baru sekali terjadi di Papua Barat. Kasus serupa sudah pernah tertangani sebelumnya dan tersangka sudah divonis di Pengadilan Negeri Manokwari. "Ini sudah kesekian kalinya kita tangani. Pada kasus yang sekarang ini bukan senpi rakitan, tapi ini asli buatan pabrik. Kami terus melakukan pendalaman untuk mengungkap tersangka lain yang terlibat dalam jaringan RB," ujarnya.

Pihaknya pun akan berkoordinasi dengan Polda Sulawesi Utara untuk mengungkap jaringan penyelundupan senjata api impor tersebut. Begitu pula dengan Polda Papua untuk mengungkap jaringan distribusi dan perdagangan senjata api ilegal di provinsi itu.

Aksi ini sudah kerap terjadi, dan diduga pelakunya licin sehingga kerap luput dari endusan aparat. Pada media Maret 2020 misalnya,  Tim Resmob Polda Sulut, di bawah pimpinan Iptu Batara Indra Aditya, berhasil pula menangkap dua tersangka, penyelundupan senjata amunisi dari Filipina ke Papua.

Sebanyak satu pucuk Revolver hitam enam selinder, sebuah magasin, sebutir amunisi sembilan milimeter, delapan  unit ponsel berbagai jenis, dan satu buku tabungan BRI.

Kedua tersangka,  yakni FRK alias Didik (34), warga Kelurahan Bailang, Kecamatan Bunaken, Manado, dan RI alias Rat (22) warga Duhu Gesa, Kabupaten Manokwari Selatan. Keduanya ditangkap di lokasi berbeda-beda. Didik ditangkap di rumahnya, sementara Rat ditangkap di Kecamatan Wanea, Manado, Sulut, Senin, 23 Maret 2020.

Penangkapan tersebut dari hasil Operasi Nemangkawi. Didik memesan senjata dari Filipina, dikirim ke Manado lewat kapal laut, dan menampung senjata di Manado kemudian dikirim ke Papua yang juga masih lewat kapal laut.

Jalur laut penyelundupan senpi ini, menurut Kapolri Dai Bachtiar pada 2002, terkait dengan pemesan GPK di Poso. Enam pelaku pemboman restoran cepat saji  McDonald`dan Kantor Haji Kalla pada 8 Desember 2002  malam, juga masih  berhubungan dengan kelompok teroris di Poso. 

Mereka yang juga membawa senpi dari Filipina lewat Manado ini, yakni Azhar Daeng Salam (tewas di lokasi kejadian), Mukhtar Daeng Lau, Masnur, Agung Hamid, Usman, dan Ilham, Azhar Daeng Salam misalnya, aktif dalam serangkaian aksi teroris dan peledakan bom di Poso. Sedangkan Daeng Lau, warga Jalan Nuri, Makassar, pernah belajar merakit bom dan ilmu perang di Moro, Mindanao, serta Afghanistan.

Bukti adanya pasokan senpi ke gerombolan MIT di Poso, terbukti pada 26 Mei 2015. Detasemen Khusus 88 ketika itu, menangkap hiudup-hidup tujuh teroris, dan menembak mati bandit lainnya dalam baku tembak di Desa Gayatri, Poso, Minggu, 24 Mei 2015. Dari tangan kedua orang yang tewas, disita sepucuk senjata laras panjang M-16, dua bom rakitan pipa atau bom lontong, parang, dua magazin, serta 20 peluru kaliber 5,56 milimeter.

Kapolri Jenderal Badrodin Haiti di Mabes Polri, Kalarta, 26 Mei 2015 menyatakan, asal senpi-senpi tersebut dari berbagai sumber baik dalam negeri maupun dari Filipina. Hal ini diakuinya bisa terjadi, karena Indonesia mempunyai banyak pintu masuk, wilayah perairan, dan  pantai.

Suplai senpi dari Filipina lewat Manado juga mengucur ke kaum separatis Papua, antara lain  pimpinan Egianus Kogoya. Sebanyak 25 senpi laras pendek dan panjang itu, dibeli di wilayah Filipina serta beberapa di antaranya dari Papua Nugini.

"Senjata-senjata itu didapat dari jalur penyelundupan secara gelap yang dilakukan kelompok tersebut dengan membeli beberapa senjata di wilayah Papua Nugini maupun di wilayah Filipina," kata Karo Penmas Divisi Humas Polri Brigjen Dedi Prasetyo kepada wartawan di Mabes Polri, Jalan Trunojoyo, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Rabu, 12 Desember 2018.

Adapun kualitas senpi buata Filipina memang hampir persis dengan aslinya. Dilansir tempo interaktif dari koran Asahi, pembuatan senpi ini terjadi sejak perang dunia II. Bahan baku logamnya dari besi-besi tua yang diolah lagi dengan panas ribuan derajat selsius kemudian dicetak bentunya. Pistol atau senjata api lain buatan Amerika Serikat juga dengan mudah dipalsukan. Sepucuk pistol ini dijual murah-meriah, yakni Rp 2,4 juta.(*)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun