Mohon tunggu...
Patrick Waraney Sorongan
Patrick Waraney Sorongan Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis

Ende gut, alles gut...

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Trans-Sulawesi, Jalur Penyelundupan Cap Tikus hingga Senpi Filipina

5 Desember 2020   18:56 Diperbarui: 5 Desember 2020   19:14 0
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Keamanan. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Pixelcreatures

Sebanyak satu pucuk Revolver hitam enam selinder, sebuah magasin, sebutir amunisi sembilan milimeter, delapan  unit ponsel berbagai jenis, dan satu buku tabungan BRI.

Kedua tersangka,  yakni FRK alias Didik (34), warga Kelurahan Bailang, Kecamatan Bunaken, Manado, dan RI alias Rat (22) warga Duhu Gesa, Kabupaten Manokwari Selatan. Keduanya ditangkap di lokasi berbeda-beda. Didik ditangkap di rumahnya, sementara Rat ditangkap di Kecamatan Wanea, Manado, Sulut, Senin, 23 Maret 2020.

Penangkapan tersebut dari hasil Operasi Nemangkawi. Didik memesan senjata dari Filipina, dikirim ke Manado lewat kapal laut, dan menampung senjata di Manado kemudian dikirim ke Papua yang juga masih lewat kapal laut.

Jalur laut penyelundupan senpi ini, menurut Kapolri Dai Bachtiar pada 2002, terkait dengan pemesan GPK di Poso. Enam pelaku pemboman restoran cepat saji  McDonald`dan Kantor Haji Kalla pada 8 Desember 2002  malam, juga masih  berhubungan dengan kelompok teroris di Poso. 

Mereka yang juga membawa senpi dari Filipina lewat Manado ini, yakni Azhar Daeng Salam (tewas di lokasi kejadian), Mukhtar Daeng Lau, Masnur, Agung Hamid, Usman, dan Ilham, Azhar Daeng Salam misalnya, aktif dalam serangkaian aksi teroris dan peledakan bom di Poso. Sedangkan Daeng Lau, warga Jalan Nuri, Makassar, pernah belajar merakit bom dan ilmu perang di Moro, Mindanao, serta Afghanistan.

Bukti adanya pasokan senpi ke gerombolan MIT di Poso, terbukti pada 26 Mei 2015. Detasemen Khusus 88 ketika itu, menangkap hiudup-hidup tujuh teroris, dan menembak mati bandit lainnya dalam baku tembak di Desa Gayatri, Poso, Minggu, 24 Mei 2015. Dari tangan kedua orang yang tewas, disita sepucuk senjata laras panjang M-16, dua bom rakitan pipa atau bom lontong, parang, dua magazin, serta 20 peluru kaliber 5,56 milimeter.

Kapolri Jenderal Badrodin Haiti di Mabes Polri, Kalarta, 26 Mei 2015 menyatakan, asal senpi-senpi tersebut dari berbagai sumber baik dalam negeri maupun dari Filipina. Hal ini diakuinya bisa terjadi, karena Indonesia mempunyai banyak pintu masuk, wilayah perairan, dan  pantai.

Suplai senpi dari Filipina lewat Manado juga mengucur ke kaum separatis Papua, antara lain  pimpinan Egianus Kogoya. Sebanyak 25 senpi laras pendek dan panjang itu, dibeli di wilayah Filipina serta beberapa di antaranya dari Papua Nugini.

"Senjata-senjata itu didapat dari jalur penyelundupan secara gelap yang dilakukan kelompok tersebut dengan membeli beberapa senjata di wilayah Papua Nugini maupun di wilayah Filipina," kata Karo Penmas Divisi Humas Polri Brigjen Dedi Prasetyo kepada wartawan di Mabes Polri, Jalan Trunojoyo, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Rabu, 12 Desember 2018.

Adapun kualitas senpi buata Filipina memang hampir persis dengan aslinya. Dilansir tempo interaktif dari koran Asahi, pembuatan senpi ini terjadi sejak perang dunia II. Bahan baku logamnya dari besi-besi tua yang diolah lagi dengan panas ribuan derajat selsius kemudian dicetak bentunya. Pistol atau senjata api lain buatan Amerika Serikat juga dengan mudah dipalsukan. Sepucuk pistol ini dijual murah-meriah, yakni Rp 2,4 juta.(*)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun