Mohon tunggu...
Patricia RegitaSari
Patricia RegitaSari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Katholik Musi Charitas

Saya seorang mahasiswa yang mengambil studi S1 Psikologi, dengan ketertarikan tambahan pada isu sosial

Selanjutnya

Tutup

Bola

LGBT Dalam Gemerlap Sepak Bola Jerman

19 Desember 2022   11:10 Diperbarui: 20 Desember 2022   10:59 346
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Terdapat beberapa negara yang memang melegalkan untuk kampanye LGBT, salah duanya yaitu Jerman dan Inggris. Dengan basis yang cukup besar tersebut, ada keinginan dari kelompok hingga masing-masing individu untuk menyebarkan pemahaman serta mengkampanye kan hal tersebut. Kampanye yang dilakukan mereka cenderung menekan pada kebebasan, hak memilih, hingga kesetaraan minoritas dalam hal seksual.

Namun, langkah yang mereka lakukan tersebut dapat disebutkan tanpa pertimbangan. Sistem liberal yang dianut membuat mereka yakin bahwa seharusnya dunia turut mengakui keberadaan mereka. Bahkan, yang menjadi masalah adalah ketika mereka masih memaksakan hal tersebut di suatu negara yang memiliki kultur keagamaan dan budaya yang kental. Tentu akan terdapat penolakan dari masyarakat negara tersebut. 

Seperti hal nya yang terjadi di Qatar turut menarik perhatian seluruh dunia, salah satunya Indonesia. Masyarakat Indonesia yang berada di negara beragama tentu sangat kontra akan hal ini, banyak yang menyikapi hal ini sebagai tindakan negatif dari beberapa negara barat yang tetap memaksakan kampanye LGBT mereka di Qatar.

Cara menyikapi

Kebanyakan masyarakat menganggap dengan menghina, menjauhi hingga mengucilkan kelompok LGBT akan membuat kondisi lebih baik. Namun sebagai manusia secara tidak langsung kita tidak sadar bahwa hal tersebut dapat membuat mereka lebih strees, hingga depresi. Dan hal tersebut malah dapat membuat kasus LGBT semakin meluas.

Melihat fakta yang ada, kelompok LGBT semakin berani unutuk melakukan sosialisasi, kampanye dan promosi diri mengenai nilai seksual yang mereka pilih. Yang biasanya melalui olahraga, industri musik hingga film dengan harapan publik memahami dan menerima hal tersebut. Hal it uterus terjadi karena media menjadi tempat yang strategis untuk mencakup segala kasta sosial.

Sehingga, sejauh ini yang dapat dilakukan untuk menyikapi hal tersebut adalah menjadi pendengar yang baik, ditambah pemberian informasi yang tepat serta membimbing sesuai dengan normal yang ada. Dan tentunya dari diri sendiri kita perlu untuk berperilaku yang tepat, dapat beradaptasi dengan kondisi yang ada, menjaga diri, dan ingat akan norma yang harusnya dijalani. Hal tersebut sangat lah penting agar dapat menjadi penopang perilaku kita apabila berada di sekitar kelompok tersebut atau pun berinteraksi secara langsung.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun