Selama proses menulis, tentu ia juga dihadapkan dengan sejumlah tantangan dalam hal membagi waktu. “Saya tetap main game, olahraga, mengerjakan tugas-tugas, tapi tulisan saya di literasi tetap bisa saya kerjakan. Setiap pulang sekolah, misal ada ide, saya langsung tuangkan ke dalam tulisan,” katanya.
Ketika harus merevisi tulisannya, tentu Justin perlu mengerahkan pikiran untuk menjadikan tulisannya lebih baik lagi. “Kalau pas lagi mood kurang bagus, saya selalu anggap menulis itu kan udah hobinya saya jadi kapan pun, mood pasti selalu ada, dan saya bisa merevisi,” ujar Justin.
Saat berhadapan dengan kesulitan seperti ide yang belum muncul, maka remaja yang hobi berolahraga ini tak ragu berdiskusi dengan teman dan guru pembimbing atau mentornya. “Pikiran saya jadi lebih terbuka dan kreatif dalam menulis setelah berdiskusi,” katanya.
Justin juga berpesan pada remaja yang gemar menulis untuk konsisten berkarya karena menulis adalah salah satu bagian penting untuk remaja dalam mempersiapkan diri, menghadapi masa depan.
Tak ada ruginya jika seseorang menulis, karena lewat menulis, maka seseorang akan berdampak positif bagi orang lain lewat karya atau ide-ide dan gagasan yang diciptakannya.
Patricia Astrid Nadia
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H