Mohon tunggu...
Simon Morin
Simon Morin Mohon Tunggu... Freelancer - Politisi Indonesia dari Papua

Mantan Anggota DPR-RI (1992 - 2009) Mantan Anggota DPRD Province Irian Jaya (1982 - 1992) Mantan Pegawai negeri sipil daerah Irian jaya (1974 - 2004)

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Permata yang Dititipkan Tuhan

13 Agustus 2019   21:15 Diperbarui: 13 Agustus 2019   21:15 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Sang rabbi dengan tegas berkata: "Tak boleh ada seorang pun merasa kehilangan atas sesuatu yang bukan miliknya. Menahan kedua batu permata itu adalah sama dengan niat buruk untuk mencurinya. Kita akan mengembalikannya dan aku akan membantu mengatasi kesedihan hatimu karena kehilangan itu. Kita akan bersama-sama mengembalikannya sekarang juga." 

"Seperti yang anda pintakan, kekasihku. Permata-permata yang tak ternilai harganya itu akan dikembalikan. Dalam kenyataannya, sudah dikembalikan. Dua batu permata yang tak ternilai harganya itu, adalah kedua putera kita. Tuhan telah mempercayakan pemeliharaannya kepada kita, dan sewaktu anda bepergian Ia telah datang dan menjemput mereka pergi. Sekarang mereka sudah tiada lagi."

Sang rabbi barulah memahami makna pesan isterinya. Ia lalu memeluk isterinya dan keduanya bersama-sama meratapi kepergian kedua putera kekasih mereka. Sejak itu, mereka saling menghibur dan menguatkan demi mengatasi kesedihan hati mereka.                                                                                         

(Sumber: Paulo Cuelho dalam "Like the river flowing" --terjemahan bebas S.P. Morin)

Anak-anak dan cucu-cucuku,

Kematian dari orang-orang yang kita cintai sering mengundang pertanyaan-pertanyaan seperti:

Mengapa Tuhan melakukan hal seperti itu terhadap diriku atau keluargaku?

Apa dosaku atau dosa keluargaku terhadap Tuhan sehingga dengan tega-Nya Ia mendatangkan bencana seperti itu?

Mengapa orang-orang yang terang-terangan melakukan kejahatan seakan dilindungi sedangkan aku atau keluargaku yang berusaha menaati perintah-perintah-Nya justru dihukum Tuhan?

Sebagai manusia, pertanyaan-pertanyaan filosofis seperti ini tak dapat dihindari sepanjang kematian membayang-bayangi kehidupan kita.

Namun cerita ini bertujuan mengajarkan kepada kita suatu pemahaman, bahwa orang-orang yang kita cintai khususnya anak-anak, isteri, suami atau anggota-anggota keluarga kita adalah permata yang dititipkan oleh Tuhan kepada kita untuk disimpan dan dipelihara sampai tiba waktunya diambil kembali oleh Sang Pemiliknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun