Mantiri dalam bukunya yang berjudul Datoe Binankang, Raja Manado 1644-1689 Pelopor kemerdekaan di Nusantara Utara menyebutkan bahwa "Untuk mencegah jangan sampai orang Spanyol yang berada di Manila membalas dendam maka Raja Manado pun meminta bantuan belanda di Ternate, maka hal ini di laporkan oleh Wouter Seroijen pada tanggal 21 April 1644 kepada Gubernur General dan Dean Pensaheta bahwa bulan februari muncul di benteng melayu Ternate sebuah perahu kecil dari Bandar Manado, membawa 8 awaknya yang atas nama Raja mereka memintakan kepada belanda dan Ternate perlindungan menghadapi bangsa Spanyol". Utusan yang terdiri dari 8 orang ini tiba di Ternate bulan Februari 1644 dan permintaan para utusan ini ditanggapi nanti bulan April.
Wilken dan Swarzh dalam Verhaal eener reis naar Bolaang Mongondou, met woordelijke vertaling mencatat 2 nama dari 8 orang ini yakni Loloda Mokoagow dan Bantong. Wilken dan Swarzh juga mencatat bahwa ketika tiba di Ternate, Sultan Ternate mengadakan sambutan dan jamuan kepada para delegasi utusan raja Manado ini. Untuk mempererat persahabatan, Sultan meminta Loloda Mokoagow menurunkan pengawal terbaiknya untuk bertarung dengan prajurit terbaik milik Ternate.
Karena ini bagian dari hiburan para raja dan bangsawan termasuk penghormatan kepada tamu oleh pihak Ternate, Loloda Mokoagow setuju permintaan sultan Ternate ini. Bantong yang sudah berusia uzur dan kurus ini mewakili Loloda Mokoagow sementara Sultan Ternate menurunkan seorang prajurit perkasa bernama Pata Besi yang memiliki postur lebih tinggi dan berotot ketimbang Bantong yang kurus dan sudah tua.
Uji tanding persahabatan ini pun dimulai. Mula-mula penonton merasa iba kepada Banton lebih kecil dan kurus ini tentunya mereka yakin Pata Besi akan memenangkan pertarungan ini secara mutlak. Pata Besi  yang menggunakan parang besar (kampilan) serta berotot ini memiliki kekuatan fisik yang sangat besar ketika menyerang Bantong namun Bantong lebih licah dan cepat. Hanya sekejap pisau kecil Bantong telah menghunjam tubuh dan merobohkan Pata Besi. sorak sorai pun terhenti, epnonton kaget bahkan sultan pun tidak mengira Pata Besi akan tumbang. Hanya Loloda Mokoagow dan pengawal lainnya yang yakin Bantong pasti menang. Track Record Bantong sudah teruji di seantero daratan Celebes Utara bahkan hingga kepulauan Philipina.
Sultan Ternate (Sultan Hamzah) sangat antusias untuk membantu raja Manado. Sultan mendesak agar Gubernur Ternate segera mengirim bantuan ke Manado bersama pasukan Ternate namun karena Ternate saat itu juga masih terancam dengan Spanyol yang berniat menyerang Halmahera maka kosentrasi Belanda dan Ternate tahun ini untuk membuat benteng di Akelamo (Halmahera)dalam rangka menghadapi kemungkinan serbuan Spanyol.
Sultan Ternate dan otoritas Belanda berjanji kepada Loloda Mokoagow bahwa mereka akan mengirim pasukan perang untuk membantu Manado melawan Spanyol. Bahkan lokasi pendaratan pasukan Belanda dan Ternate di Manado telah dibahas bersama. Akhirnya para utusan raja Manado ini kembali ke berlayar ke Manado.Â
Ketika tiba di Manado awal agustus 1644 kondisi Manado makin memanas. Penyerbuan ke orang-orang Spanyol kembali terjadi bersamaan itu Raja Tadohe yang telah berusia 60 tahun ini jatuh sakit. Puncak peperangan ini terjadi tanggal 10 agustus 1644. Sekiatr 10ribu pasukan Waraney dari pedalaman memburu orang-orang Spanyol. Pembantaian besar-besaran pun terjadi terhadap orang-orang Spanyol. Tentara Spanyol yang selamat lari ke pesisir dan bersembunyi di gudang-gudang tua.
Pembesar kerajaan Manado pun berinisatif untuk membawa Raja Tadohe ke tempat paling aman yakni negeri Mongondow. Tadohe yang sedang sakit keras diantar serta dikawal langsung oleh Bantong dan Loloda Mokoagow bersama ratusan prajurit menuju Mongondow.
Di Mongondow, sakit yang diderita Tadohe tak urung sembuh. Akhir tahun 1644, Tadohe meminta para Bogani agar pangeran Loloda Mokoagow dilantik sebagai raja menggantikan dirinya. Atas permintaan Raja, para Bogani pun melakukan prosesi adat pelantikan Loloda Mokoagow sebagai raja.
Loloda Mokoagow menjadi raja Manado masih ditahun yang sama ketika dia kembali dari Ternate yakni tahun 1644. Wilken dan Swarzh menyebutkan "setelah Loloda Mokoagow kembali dari Ternate, dia menyandang gelar Datoe Binangkang". Sesuai tradisi adat Mongondow gelar Datoe Binangkang ini diperoleh oleh Loloda Mokoago karena dia adalah Raja turunan Jajubangkai-Binangkang bukan karena pertemuannya dengan sultan Ternate.
Tahun 1645, Loloda Mokoagow yang kini bergelar Datoe Binangkang kembali ke istananya di Manado. Sampai berakhir tahun 1645, bantuan Ternate tak kunjung datang demikian juga aksi balas Spanyol atas Manado tak kunjung terjadi.