Mohon tunggu...
Patra Mokoginta
Patra Mokoginta Mohon Tunggu... Lainnya - Warga kotamobagu

Penulis Buku

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pre Launching Buku Mukadimah Celebes Utara

28 Februari 2024   00:40 Diperbarui: 2 November 2024   20:47 432
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Alhamdulillah, setelah "berjibaku" dengan dokumen dan data sekitar dua tahun, akhirnya buku Mukadimah Celebes Utara bisa diterbitkan juga. Sebelum lanjut, baiknya saya tampilkan dulu Buku yang dimaksud:

Judul Buku: MUKADIMAH CELEBES UTARA
Penulis: Patra Mokoginta
Penerbit: KBM Indonesia, Jogyakarta
Ukuran: 15 x 23 cm
Halaman: xxx + 653
Berat; -/+ 1 kg

Buku setipis 670 halaman ini memang penulis harapkan menjadi membuka atau pendahuluan dalam membaca serta mempelajari sejarah tumbuh dan berkembangnya kerajaan-kerajaan kuno di Sulawesi Utara maupun Maluku Utara dalam kurun waktu abad ke-13 hingga akhir abad ke-17. Penulis sadari bahwa buku ini belum cukup untuk membahas sejarah seluruh Sulawesi Utara sebab jadi menjadi fokus tulisan adalah kerajaan-kerajaan bernuansa bahari di wilayah ini.

Proses penulisan buku ini juga tidaklah mudah apalagi wilayah yang menjadi pembahasan buku ini tidak memiliki tradisi menulis sebagaimana daerah lain (semisal jawa) terutama pada masa prakolonial ditambah kesibukan penulis selaku ASN Pemkab Bolaang Mongondow Timur hingga buku ini bisa selesai dalam waktu 2 tahun. Kendala lainnya adalah masalah biaya mulai dari riset kepustakaan hingga cetak buku ditanggung secara mandiri oleh penulis yang tentunya berharap sisa gaji selaku staf di pemkab BolMong Timur inilah yang digunakan membiayai proses penyusunan hingga cetak buku ini.

Sebagaimana daratan Celebes Utara, masa prakolonial identik dengan masa pra tulisan demikian juga wilayah Maluku Utara. Khusus Maluku Utara sebenarnya mengenal tradisi menulis namun kitab-kitab lokal era prakolonial hingga buku ini terbit belum berhasil penulis temukan. 

Beruntunglah penulis bisa mendapatkan berbagai informasi berdasarkan tradisi lisan diwilayah ini terutama daratan Halmahera. Supriyadi Pipigo atau dalam media sosial lebih dikenal sebagai Mabeno Loloda adalah salah satu generasi muda Loloda yang memiliki segudang informasi terkait sejarah Halmahera, penulis beruntung berkawan dengan orang ini. Terbukti Supriyadi sangat membantu penulis dalam sharing informasi sekaligus menjadi kawan diskusi paling aktif terkait sejarah dan budaya Halmahera.

Buku Mukadimah Celebes Utara terdiri dari 9 bagian. Bagian pertama merupakan Pendahuluan dengan menampilkan sekilas ruang lingkup pembahasan termasuk istilah tertentu yang penulis gunakan dalam buku ini.

Bagian kedua  berisi tentang permulaan berdirinya kerajaan-kerajaan Kuno di Maluku Utara. Pada bagian ini penulis menampilkan berbagai hikayat tentang awal-mula berdirinya kerajaan-kerajaan Maluku antara lain Hikayat Bikusugara dan Telur Naga, Hikayat Ternate dan Kronik Bacan. Penulis juga melakukan telaahan terhadap hikayat-hikayat ini termasuk mengulik profil diri dari seorang yang disebut sebagai Djafar Sadiq. kerajaan-kerajaan Kuno yang menjadi bahasan dalam bagian kedua ini adalah Loloda, Bacan Kuno serta Jailolo.

Bagian ketiga, membahas kerajaan kuno di daratan Celebes Utara. Mongondow yang kemudian hari dikenal sebagai kerajaan Manado dan Bolaang serta Suwawa menjadi fokus pembahasan bagian ini.

Bagian keempat, membahas  peristiwa sejarah yang terjadi pada masa prakolonial diwilayah Celebes Utara dan Maluku Utara. Untuk Maluku Utara dimulai dengan membahasa konflik yang mendera Maluku Utara serta perkembangan geopolitik dengan lahirnya konfederasi Moloku Kie Raha. Konflik akibat penyerbuan Kolano Ternate terhadap pulau Makeang dan daratan Halmahera membuat sebagian kelompok Makeang dan Loloda migrasi ke Sulawesi Utara. Selanjutnya turut diulas permulaan interaksi antara kaum migrasi Loloda dan Bacan-Makeang dengan pihak Pribumi tanah Celebes Utara, terutama Raja Mongondow (Manado) yang bernama Mokodoludut.

Untuk Celebes Utara, penulis menyajikan kepada pembaca proses bergesernya pusat Pemerintahan Mokodoludut dari Dumoga ke pulau Manado. ini semua terkait dengan lintasan pelayar pedagang yang melewati kepulauan Sangihe Talaud. Selanjutnya penulis menampilkan perkembangan kaum diaspora Loloda dan Bacan-Makeang yang telah terafisilasi dengan kerajaan Bolaang-Manado dan Suwawa.

Bagian kelima, penulis mengurai peristiwa sejarah yang berlaku atas Celebes Utara dan Maluku Utara pada masa awal kedatangan bangsa Eropa ke Nusantara. Pemahaman masa lalu atau istilah "zaman dulu" yang terekam dalam ingatan kolektif rakyat penulis ulas pada bagian kelima ini. Benteng buatan Spanyol yang oleh rakyat lokal diberi nama benteng Portugis serta kisah Boki Silagondo yang  berperang melawan Spanyol menjadi dua sampel yang diulas penulis tentang makna "zaman dulu" bagi rakyat khususnya Sulawesi Utara.

Masa awal Kolonial untuk Maluku Utara ditandai dengan tampilnya dua kerajaan terkemuka diwilayah ini yakni Ternate dan Tidore. Dua kerajaan yang bersaing bahkan sering berseteru ini kemudian didatangi oleh bangsa Eropa untuk pertama kali. Portugis dan Spanyol, dua bangsa yang sering berseteru di Eropa ini tiba di negeri Maluku, wilayah yang kini didominasi oleh Ternate dan Tidore, dua kerajaan lokal yang saling bersaing ini. Buku bertemu ruas, Ternate menjadi sekutu Portugis, Tidore menjadi sekutu Spanyol.

Sementara itu di Sulawesi Utara, kerajaan Manado menjadi kerajaan paling berpengaruh diwilayah ini. Raja Busisi menjadi raja pertama Manado yang dijumpai oleh Portugis. Di kepulauan Utara, Siau menjadi kekuatan baru yang sangat berpengaruh hingga kedaratan Celebes Utara. kelak, kerajaan ini menjadi sekutu utama Portugis dan selanjutnya Spanyol diwilayah ini.

Hal menarik lainnya dari bagian kelima ini adalah, penulis menyajikan ke pembaca perkembangan dari kehidupan kaum diaspora Loloda dan Bacan-Makeang di Sulawesi Utara termasuk membahas secara tuntas tokoh-tokoh utama kaum diaspora ini antara lain Puteri Tinomata, Ratu Daopeaygo serta Posumah.

Bagian keenam, membahas perkembangan selanjutnya dimasa Sultan Baabullah. Fokus yang diulas pada bagian ini adalah dampak perang yang dikobarkan oleh Sultan Baabullah dari Ternate terhadap Sulawesi Utara.

Misteri tentang siapa raja Manado yang dibaptis oleh bangsa Portugis menjadi pembuka dalam bahasan pada bagian keenam ini. Penulsi menampilkan dua raja Manado. Raja Manado yang dibaptis pada tahun 1538 bersama putranya yang menjadi raja Manado kemudian dibaptis oleh Diogo Magalhaes pada tahun 1563. Selanjutnya penulis menyajikan kepada pembaca perihal perang melawan Portugis yang dikobarkan oleh Sultan Baabullah.

Setelah meraih kemenangan melawan Portugis, Baabullah kembali menggelorakan penaklukaan seberang lautan. Pulau Sulawesi menjadi target. 100 negeri pun menyatakan Baabullah dipertuannya. Penguasaan atas daratan Celebes Utara kini terbagi atas dua Raja. koning van Mongonde (Raja Mongondow/Bolaang) dan koning van Ternate (Raja Ternate).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun