Mohon tunggu...
Patra Mokoginta
Patra Mokoginta Mohon Tunggu... Lainnya - Warga kotamobagu

Penulis Buku

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Boltim Negeri Adat Penuh Hikayat

18 Oktober 2021   12:42 Diperbarui: 18 Oktober 2021   12:58 864
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Danau Mooat. Danau yang diwarisan secara adat untuk keturunan Tadohe. foto koleksi pribadi

Bolaang Mongondow Timur atau Boltim terletak di Provinsi Sulawesi Utara. Sebelum Kemerdekaan, wilayah ini masuk dalam pemerintahan kerajaan Bolaang Mongondow. 

Masa itu Boltim terbagi dalam dua wilayah adat kepangguluan yakni pertama Kepangguluan Kotabunan yang membentang dari Buyat hingga Jiko belanga termasuk pegunungan pakoba serta pegunungan dan perbukitan yang menghadap pantai selatan atau laut maluku antara Buyat hingga Pakoba. 

Kedua wilayah adat kepangguluan Passi yang saat ini masuk dalam wilayah administrasi kecamatan Modayag barat, Modayag dan Mooat.

Saat belum melihat langsung kondisi kotabunan, Kotabunan dalam benak saya, negeri yang jauh ( dari Kotamobagu), jalan banyak yang rusak namun warganya Makmur, daerah Penghasil Emas dan Cingkeh. Di tambah lagi kisah lisan yang di ceritakan turun temurun tentang keberadaan Inde Dow, seorang Bogani terkemuka yang konon menjadi penjaga ( Molukad) negeri kotabunan hingga saat ini menambah marwah bahwa negeri ini adalah tanah beradat.

Tahun 2005, pertama kali saya menginjakkan kaki di negeri Inde Dow ini. Saat itu saya sebagai tenaga lepas surveyor dan nginap Bersama tim kerja di desa ratatotok.  Kotabunan memang negeri kaya nan indah dengan fasilitas infrastruktur yang sangat tertinggal, jalan raya yang nyaris rusak semua apalagi di desa matabulu bagi pendatang akan sulit membedakan mana jalan raya dan mana sungai kering karena tampilannya sama... tapi itu dulu kawan, sekarang saya yakin Boltim pasti bersinar sebagai daerah otonomi baru yang giat giatnya membangun.

November 2005 saat balik dari kotabunan menuju Ratatotok, di pertengahan jalan saya dan beberapa teman seperjalanan di guyur hujan hingga harus mampir di gubuk yang ada di pinggiran danau Buyat.

Ingin sekali menceburkan diri di danau eksotik ini, tapi mendengar cerita dari empunya gubuk perihal keberadaan buaya di danau ini, niat untuk berenang di danau ini pun jadi kendor. 

Empunya gubuk pun masih coba menyemangati kami tentang amannya danau berbuaya ini, syaratnya pun cukup ringan, ucapkan saja kalimat dalam Bahasa Mongondow : '' Punu Modeong kami ompu monimu, lukadaian pa kami" ( Punu Modeong, Kami adalah cucu mu, jagalah kami). 

Masih menurut empunya cerita bahwa nelayan yang mencari ikan di danau ini belum pernah sekalipun celaka karena Buaya. Menurut saya, ini suatu tradisi unik, kearifan lokal yang harmonis dengan alam berbalut adat Mongondow. 

Saya memang menghargai tradisi dan menghormati adat Mongondow yang berlaku di wilayah ini tapi khusus berdekatan dengan Buaya kayaknya, hhmmm... Ilmu 'harmonis dengan alam' saya belum mumpuni alias saya takut dengan binatang buas ini..hehehe.

Obrolan di gubuk ini terasa lebih asik lagi apalagi kakek tua pemilik gubuk nampak akrab walau baru pertama kali ketemu. Beliau banyak bercerita tentang penamaan penamaan wilayah terkait dengan tokoh Inde Dow, Bogani dan Raja Tadohe. Sejarah desa Tutuyan, Tombolikat, Togid, gunung Buion, gunung lambung, gunung doluong, Kokapoy di pegunungan simbalang dan lain lain. 

Banyak yang dikisahkan beliau sama dengan yang di catat oleh Dunebier dalam buku overde voorsten van Bolaang Mongondou, namun ada juga hikayat hikayat yang tidak terdapat dalam buku ini. Obrolan santai lebih dari dua jam dengan kakek tua pemilik gubuk di tepi danau buyat ini, akan saya kisahkan lagi untuk kawan kawan pembaca.

Hikayat penamaan Desa Togid.

Pada masa lampau datang seorang Pangeran Bersama beberapa pengawalnya menggunakan perahu layar. Pangeran ini bernama Tadohe putra dari Raja Mokodompit dan ibunya berasal dari Sanger ( Siau). 

Tadohe memang tujuannya ke kotabunan untuk menemui Inde Dow. Tapi nahas perahu layarnya saat akan mendekati Kotabunan di hempaskan ombak hingga umbul umbul symbol kebesaran dari pangeran ini pun tersapu ombak besar. 

Tadohe dan pengawalnya terdampar di pantai dan di temui oleh Inde Dow. Inde Dow belum yakin kalau Tadohe adalah seorang Abo' ( pangeran). Inde Dow pun mengujinya dengan berucap : Jika engkau benar benar seorang Abo'/ Pangeran ( bangsawan Bolaang Mongondow) tebanglah pohon Togid ini dengan sekali tebasan pedang. Tadohe pun menyanggupinya dan sekali tebas pohon Togid pun Tumbang. 

Lokasi tumbangnya pohon Togid inilah yang menjadi Desa Togid sekarang ini. Menebang pohon Togid ini menjadi ujian terakhir dan pembuktian bahwa Tadohe adalah anak raja Bolaang Mongondow. Inde Dow pun berniat mengantar Abo Tadohe ke pedalaman Mongondow. Inde Dow Bersama rombonganya bertolak menuju Tudu Im Bakid di mulai dari wilayah kekuasaannya yakni perbukitan dan pegunungan Simbalang.

Hikayat penamaan gunung Buion.

Saat meninggalkan Togid, rombongan Inde Dow dan Tadohe ini mengintari salah satu pegunungan yang tidak terlalu tinggi yang di sisinya mengalir sungai. Tadohe pun ingin mandi di sungai, tapi saat akan mandi Tadohe lupa bahwa bajunya tertinggal di Kotabunan. 

Merajuklah pangeran yang masih remaja ini dan enggan melanjutkan perjalanan sebelum ia menggunakan bajunya yang ketingalan di kotabunan. Inde Dow pun memanggil salah satu pengawalnya untuk berbalik lagi ke kotabunan. Berbalik atau pulang lagi dalam Bahasa Mongondow di sebut Buion. 

Sejak itu gunung ini pun di sebut gunung Buion hingga sekarang. Tadohe pun masih tidak mau melanjutkan perjalanan mendapatkan bajunya lagi. Karena di anggap lama pengawal yang pertama, Inde Dow pun menyuruh pengawal lainnya untuk menyusul. Inde Dow berpesan ke pengawal yang akan menyusul pengawal pertama tadi : TUTUY AI bo POKOLIKAT. Yang artinya Ikuti dan cepat cepatlah.

Hikayat penamaan Desa Tutuyan.

Pengawal ini bergegas mengikuti pengawal pertama sampai berhasil di ikutinya. Sejak saat itu di wilayah ini di namakan TUTUYAN hingga sekarang. Saat ini menjadi Desa Tutuyan dan kemudian menjadi nama kecamatan Tutuyan, Ibukota Kabupaten Bolaang Mongondow Timur saat ini.

Hikayat penamaan Desa Tombolikat.

Setelah berhasil menemukan baju milik Abo Tadohe, para pengawal ini balik lagi menyusul rombongan Inde Dow dan Tadohe. Kedua pengawal ini masih terngiang pesan dari Inde Dow 'POKOLIKAT'. Mereka pun secepatnya meninggalkan wilayah ini guna menyusul inde Dow. Sejak saat itu wilayah ini di kenal sebagai POKOLIKAT seiring waktu berubah menjadi TOMBOLIKAT.

Hikayat Penamaan Gunung Lambung.

Kedua pembawa baju Tadohe ini saat tiba di gunung Buion sudah tidak menemukan lagi rombongan Tadohe, mereka pun bergegas melewati bukit dan gunung di sekitarnya, akhirnya mereka pun dapat menyusul rombongan inde Dow di salah satu gunung. Baju pun di serahkan ke Tadohe. Baju dalam Bahasa Mongondow adalah Lambung. 

Sejak saat itu, Gunung ini di namakan Gunung Lambung. Namun saat mendapatkan bajunya lagi Tadohe merasa perjalanan ke Tudu im Bakid di pedalaman Mongondow masih jauh Tadohe pun enggan melanjutkan perjalanannya. 

Kembali Inde Dow membujuk Tadohe. Berkata lah Inde Dow kepada Tadohe: jika engkau mau melanjutkan perjalananmu, Maka tanah dari Sini ( Gunung Lambung) sampai Tombolikat dan sekitarnya adalah milikmu sekarang juga. Dengan demikian wilayah yang membentang luas di pegunungan dan pesisir pantai ini di serahkan oleh pemiliknya  (Inde Dow) kepada Tadohe yang kelak menjadi raja Bolaang Mongondow.

Hikayat Penamaan Gunung Doluong.

Saat tiba  di pegunungan yang masuk pedalaman Mongondow rombongan ini pun mencari tempat untuk rehat sekaligus memasak guna menambah bekal perjalanan selain untuk di makan saat itu. 

Wajan atau belanga yang sangat besar ini pun dicarikan tempat dudukannya. Wajan yang di gunakan kategori besar karena untuk memasak makanan Inde Dow, Tadohe beserta seluruh rombongan penggiringanya. 

Tempat dudukan wajan dalam Bahasa Mongondow di sebut Doluong. Sejak saat itu nama gunung ini di kenal sebagai gunung Doluong yang terdiri dari tiga gunung tempat pengambilan batu untuk di jadikan Doluong atau dudukan wajan. 

Pegunungan Doluong saat ini masuk dalam Kawasan Hutan Lindung Simbalang. Kawasan yang di kuasai oleh Inde Dow dan menjadi waris dari masyarakat adat swapraja Bolaang Mongondow.

Hikayat Penamaan pegunungan Kokapoy.

Setelah rehat di pegunungan Doluong, rombongan ini pun menyusuri lembah dan pegunungan di sekitarnya sebagai jalan menuju Tudu im bakid. Di pegunungan ini, Danau Mooat sudah kelihatan. Inde Dow memperhatikan dari jauh danau ini. Danau Mooat di kuasai oleh seorang Bogani bernama Dugian. Dugian ini di yakini sebagai leluhur dari orang orang moyag saat ini. Akhirnya rombongan ini sudah bisa melihat posisi berdirinya Bogani Dugian, sang pemilik Danau Mooat. Inde Dow pun memanggil Bogani Dugian karena jarak yang jauh, Inde Dow bertepuk tangan sekali kali melambaikan tangannya kearah Bogani Dugian. Rombongan ini pun akhirnya terlihat oleh Bogani Dugian. Memanggil dengan cara bertepuk tangan dalam Bahasa Mongondow adalah KOKAPOY. Lokasi ini sejak saat itu di sebut KOKAPOY yang juga berada di tengah tengah Hutan Lindung Simbalang saat ini. Wilayah milik dari Inde Dow yang kemudian secara turun temurun menjadi salah satu lokasi suci oleh para Ibolian. Ibolia saat melakukan upacara pengobatan, salah satu tahapan ritualnya mo Kokapoy atau memanggil arwah arwah leluhur.

sebagian wilayah Kokapoy saat ini telah menjadi desa yang mayoritas penduduknya warga Boltim yang berasal dari Maluku utara dan Minahasa selatan.

Hikayat Kepemilikan Danau Mooat.

Nelayan Mongondow di Danau Mooat tahun 1917. sumber https://goteborgsstadsmuseum.se/en/
Nelayan Mongondow di Danau Mooat tahun 1917. sumber https://goteborgsstadsmuseum.se/en/

Danau Mooat pada awalnya menjadi milik salah satu panglima perang kerajaan Bolaang Mongondow yang bernama Bogani Dugian, yang Makamnya terletak di Desa Moyag Kotamobagu. 

Ketika rombongan Inde Dow dan Tadohe tiba di Danau Mooat, rombongan ini di sambut oleh Bogani Dugian. Mooat berasal dari bahasa Mongondow yang artinya tanah yang timbul di tengah air. ini terkait keberadaan daratan ( pulau kecil) di danau ini.

Saat rehat di sekitar danau Mooat, Tadohe ingin balik ke Togid, Tidak mau lagi melanjutkan perjalanannya ke Tudu im Bakid. Rombongan pun berusaha mencegah Tadohe Kembali ke Togid. 

Bogani Dugian pun turut membujuk calon raja Bolaang Mongondow ini agar mau melanjutkan perjalanan ke Tudu im Bakid. 

Maka berkatalah Bogani Dugian kepada Abo' Tadohe : 'jika Engkau tidak Kembali ke Togid dan melanjutkan perjalanan ke Tudu Im Bakid maka Danau beserta daerah di sekitarnya menjadi milikmu sejak saat ini juga. Maka sejak saat itu kepemilikan danau Mooat dari Bogani Dugian beralih ke Tadohe dan keturunannya yang menjadi raja raja Bolaang Mongondow.

Sekitar tahun 1930an, Danau ini di sewa oleh salah satu keluarga Mamonto kepada Raja Bolaang Mongondow saat itu. 

Sebagaimana di ketahui Raja Raja Bolaang Mongondow adalah keturunan dari Raja Tadohe. Sewa pakai dari keluarga Mamonto ke Raja Bolaang Mongondow pada akhir penyewaan tidak di ketahui lagi karena seharusnya di kembalikan lagi ke Raja tapi kerajaan Bolaang Mongondow keburu bubar pada tahun 1950an. 

Danau Mooat sekarang ini masuk dalam wilayah administrative kabupaten Bolaang Mongondow Timur, salah satu kabupaten hasil pemekaran dari Bolaang Mongondow, negeri pewaris Tanah adat kepangguluan Kotabunan dan kepangguluan Passi ( Modayag).

Lets Eksplore Boltim. Keindahan alam Boltim seindah adat dan tradisi Bolaang Mongondow yang terus bertahan hingga saat ini. Negerinya indah orang nya ramah tamah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun