Mohon tunggu...
Patra Mokoginta
Patra Mokoginta Mohon Tunggu... Lainnya - Warga kotamobagu

Penulis Buku

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mengenal Raja Raja Manado abad XVII (bagian 3)

29 September 2021   10:41 Diperbarui: 2 Oktober 2021   21:31 812
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lebih lanjut laporan ini menyebutkan,  selain Raja Manado, ada 40 liga dari Ternate dikirim untuk meminta bantuan Gubernur D. Pedro de Mindiola melawan beberapa pemberontaknya. Raja Manado (Tadohe) juga mempercayakan ahli waris mudanya yang berusia 16 hingga 17 tahun untuk dibina bersama orang Spanyol, dan meminta para Bapa untuk membaptiskan mereka. Disebutkan juga bahwa Moco dibesarkan di rumah Jesuit  bersama dengan pangeran Siau yang seusianya.  

Dari catatan di atas, di peroleh informasi antara lain, Raja Manado menghadapi pemberontakan di wilayahnya. Raja Manado memohon bantuan dari pihak spanyol untuk menghadapi pihak oposisi yang memberontak. Untuk memperlihatkan harapan akan bantuan dan kepercayaan pihak Spanyol dia mengirim putra pewarisnya yang berusia dari 16 hingga 17 tahun  bersama pangeran Siau.  Pangeran Siau (Don Ventura) dan Pangeran Manado ( Moco ) umurnya sebaya dan dibesarkan dalam binaan Spanyol. Keakraban antara Pangeran Siau  (Ventura) dan  Pangeran Manado (Moco) berlanjut hingga kelak mereka berkuasa menjadi Raja. Dikabarkan pula bahwa orang-orang melayu banyak yang lari menyelamatkan diri dan mereka di selamatkan oleh kapal Galleon.

Sampai Tahun 1640-an hubungan Manado dengan Spanyol di Ternate terjalin erat. Menurut Lopez, terlepas dari segalanya, kehadiran tentara di Manado tetap ada, karena meskipun langka dan terputus-putus, pasti selalu ada garnisun yang menjadi saksi aliansi antara Manado dan Spanyol. Jika garnisun ini tidak ada,setidaknya terjalin komunikasi reguler antara Ternate dan Manado agar tidak merusak aliansi.

Namun memasuki tahun 1642, terjadi konflik besar dengan orang orang Spanyol dengan rakyat kerajaan Manado. Lopez menulis,  pada tahun 1642 beberapa desa (disebut Meados) dari kerajaan Manados bangkit melawan Spanyol, tampaknya karena perilaku orang-orang Spanyol di pedalaman dan dataran tinggi. Sekitar 22 orang Spanyol terbunuh dalam sebuah insiden di pedalaman. Dan Jesuit menjadi martir dalam konflik tersebut.

Raja Manado yang khawatir akan ada aksi balas dendam dari Spanyol, kini berupaya membangun aliansi baru dengan pihak Ternate-Belanda. Ia lantas mengutus delegasi ke Ternate meminta bantuan dari Belanda untuk menghadapi Spanyol di tahun 1643. David Henley menyebutkan,  Catatan VOC, bagaimanapun, menunjukkan bahwa meskipun utusan dari Sulawesi Utara memang mencari perlindungan Belanda dari musuh Spanyol pada tahun 1643 dan 1654, mereka datang dua kali atas nama raja Manado dan Bolaang, bukan (atas nama) komunitas dataran tinggi (suku-suku alifuru).

Stella Mantiri dalam bukunya berjudul Datoe Binankang, Raja Manado 1644-1689 Pelopor Kemerdekaan Di Nusantara Utara, menulis : ’Untuk mencegah jangan sampai orang Spanyol yang berada di Manila membalas dendam maka Raja Manado pun meminta bantuan belanda di Ternate, maka hal ini di laporan oleh Wouter Seroijen pada tanggal 21 April 1644 kepada Gubernur General dan dean pensaheta bahwa bulan februari muncul di benteng melayu Ternate sebuah perahu kecil dari Bandar Manado, membawa 8 awaknya yang atas nama Raja mereka memintakan kepada belanda dan Ternate perlindungan menghadapi bangsa Spanyol’.

Utusan Raja Manado yang berangkat sekitar akhir tahun 1643 tiba di Ternate bulan Februari 1644, dan diterima secara resmi 2 bulan kemudian. Melihat waktu pengiriman para utusan kerajaan Manado di tahun 1643 maka dipastikan Raja Manado yang di maksud adalah Raja Tadohe yang bernama Kristen Don Fernando, ayah dari Raja Loloda Mokoagow. Upaya kerja sama dengan Belanda melawan Spanyol inipun dilanjutkan oleh Raja Loloda Mokoagow Putra dari Raja Tadohe.

Dari uraian David Henley ini, bisa di lihat peliknya situasi saat itu. Suku suku alifuru di pedalaman terpecah dukungannya, kelompok kelompok alifuru lain (Tonsea, Tombulu dan lain lain ) berada dengan barisan Raja Manado-Bolaang melawan Spanyol yang di dukung oleh kelompok kelompok alifuru dari Tondano.

Tondano  sejak pecah perlawanan melawan Spanyol sejak tahun 1642 hingga tahun 1660 masih menjadi loyalis utama Spanyol di pedalaman melawan Manado-Bolaang yang didukung oleh Belanda-Ternate. Dikatakan Lopez : ‘Padahal benar Belanda berhasil membuat Manado pada tahun 1660 putus dengan Spanyol, beberapa suku pedalaman masih berbaris di samping Spanyol. Mereka adalah penghuni La Laguna atau Tondano, sekitar 30 kilometer dari Manado'.

Di wilayah pedalaman, sesama suku alifuru sering terjadi pertikaian, ini nampak pada perlawanan terhadap Spanyol tahun ini, ketika suku Tonsea, Tombulu dan lain-lain berbaris bersama Raja Manado – Bolaang, Tondano bagian dari “anak sungai’’ Suku Tonsea memperkuat posisinya bergabung dengan Spanyol. Ini sebagaimana ulasan Lopez : ’Alasan keterlibatan ini dapat ditemukan dalam berbagai alasan, yang utamanya adalah posisi mereka sebagai anak sungai dari kelompok etnis Tonsea. (lebih jauh ke utara dan bertanggung jawab atas Pemberontakan anti-Spanyol tahun 1644), dengan demikian aliansinya dengan Spanyol itu akan memperkuat posisinya di depan para pemuka suku’.

Tahun 1644 merupakan tahun yang paling bersejarah untuk Manado-Bolaang. Perlawanan Sporadis Kerajaan Manado bersama rakyatnya yang terdiri dari berbagai macam suku alfur pedalaman melawan Spanyol yang di dukung oleh suku utama di pedalaman (Tondano). Perang terbesar yang terjadi di tahun ini, mengutip dari Lopez :  “garnisun Spanyol masih berada di Manado sekarang akan menghadapi pemberontakan lokal paling kejam sampai saat ini: pemberontakan 10 Agustus 1644”.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun