Mohon tunggu...
Patra Mokoginta
Patra Mokoginta Mohon Tunggu... Lainnya - Warga kotamobagu

Penulis Buku

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mengenal Raja Raja Manado Abad XVII (Bagian 2)

26 September 2021   08:13 Diperbarui: 29 September 2021   09:46 962
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ternate, kota asal Kaicil Tulo dengan latar Pulau Tidore, sekutu klasik spanyol di Maluku. Foto Koleksi Pribadi (Penulis)

Oleh sebab itulah, Tadohe yang ketika baru saja ditunjuk menggantikan tahta Ayahnya (Mokodompit), pada akhirnya tersingkir dengan kehadiran Kaicil Tulo.

Tulo memang seorang raja yang cerdik setelah berhasil menyingkirkan Tadohe pada 1615. Ia mampu memainkan posisi yang justru membuat Belanda dan Ternate malah merasa nyaman-nyaman saja posisi aliansinya dengan Manado selain karena Kaicil Tulo dianggap sebagai orang dari Ternate. Lopez menyampaikan hal ini: ''No poner en peligro una posible alianza con Ternate'' Artinya, hadirnya Kaicil Tulo sebagai Raja Manado justru dianggap tidak membahayakan aliansi dengan Ternate.

Setelah menjadi Raja Manado pada tahun 1616, Kaicil Tulo meminta dukungan Spanyol sehingga persekutuan dengan Spanyol tetap terjaga, dan sekaligus ia nyaman-nyaman saja ketika tak dianggap sebagai musuh Belanda maupun Ternate.

Pada saat Manado dikunjungi oleh Frater Pinto, Kaicil Tulo yang Muslim dibaptis menjadi Kristen pada tahun 1619 sebagaimana tercatat dalam Documenta Malucensia yang menceritakan tentang pertobatan Raja Manado meski pertobatan ini tidak diikuti oleh sang Ratu; ''Ase convertido el rey  y asi  los principals de su reyno. Sola la reyna persevera en su infidelidad.

Walau tidak menyebut nama Kaicil Tulo namun Huberts Jacobs memberi catatan kaki bahwa Raja yang dimaksud ini bernama Kaicil Tulo. Kakak dari Sultan Baabullah ini saat mengonversi agamanya ke Kristen diperkirakan berusia 91 Tahun.

Dalam Surat Fr. Barrada Manuel untuk Fr. Muzio Vitelleschi, bertanggal 20 November 1619,  dijelaskan juga tentang kunjungan dan pembaptisan ini ; ''Begitu tiba di Manado, Raja dan pangerannya segera menemui kami (Padri Pinto). Setelah turun, kami menemukan salib di pantai, yang kami semua kagumi ketika kami datang dari Ternate dengan penuh sukacita dan penghiburan, para Ayah menjadi yang pertama mencium, segera raja, kapten dan lebih banyak prajurit. Suara tembakan musketry yang gempita, dari sini raja membawa kita semua bermukim di perkampungan tepi sungai, namun karena tidak sehat dan karena kami bercampur dengan tentara, kami banyak menderita''.

Informasi penting lainnya tentang keberadaan sungai, menandakan tempat yang dimaksud sebagai Manado ini bukan Pulau Manado tapi di daratan besar, dimana dahulu leluhur Raja Mokodompit pernah menempatinya. Hingga tahun 1619  Kaicil Tulo maish terkonfirmasi sebagai Raja Manado, dan tahun ini adalah masa akhir kuasanya atas Manado karena Tadohe yang sebelumnya tersingkir bukan tinggal diam.

TADOHE RAJA BOLAANG

Telah di bahas sebelumnya saat Tadohe di tunjuk ayahnya ( Mokodompit) untuk menggantikan ayahnya, pemerintahahnnya di goyang oleh kubuh oposisi, bangsa bangsa dalam kerajaan bercerai berai dan salah satu kelompok yang menjadi oposisi adalah kelompok Bolaang,kembali saya mengutip dari Ridel : "kemudijen maka datanglah bangsa Bola-ang itu berparang parangan lagi membakar beberapa tampat pesisir tetapi bertsohbatlah persakutuwan bajik salaku bersaudara marika itu pula pada masanja".

Saat Tadohe tersingkir dari Manado, Tadohe bersama beberapa pengawal setianya mengambil langkah strategis lainnya.  Pergi ke Bolaang Mongondow tepatnya kotabunan, tempat kediaman Bogani Dow. Perjalanan Tadohe menuju Kotabunan terdapat dalam buku Over de voorsten van Bolaang Mongondow karya Dunne bier. Berikut Kutipannya : ''Toen Tadohe' een aankomend jongeling was geworden, ging hij met anderen op reis naar Bolaang Mongondow. Ze werden door een zwaren storm overvallen. Slechts n prauw, die waarin Tadohe' zat, werd op het strand bij de rivier Togid gesmeten''. Terjemahannya : Ketika Tadohe' telah menjadi seorang pemuda yang bercita-cita tinggi, dia melakukan perjalanan bersama orang lain ke Bolaang Mongondow. Mereka disalip oleh badai besar. Hanya satu prahu yang selamat, prahu tempat Tadohe' duduk,terdampar di pantai di tepi sungai Togid. Sengaja saya bold pada kata "pemuda yang bercita cita tinggi'' bahwa Tadohe tidak pernah patah arang untuk menggapai cita cita nya kembali sebagai Raja.

Lanjutan dari catatan Dunnebier :’Di wilayah itu (distrik Cotaboenan sekarang) pada waktu itu otoritas dijalankan oleh seorang bogani perempuan, Dow panggilannya. Dia Tingga bersama ketujuh putranya  di puncak gunung dayow. Suatu hari beberapa anak buahnya pergi ke pantai dan menemukan ada prahu yang terdampar bersama Tadohe' dan dua pendayung yang kelelahan. Mereka segera kembali dan melaporkan kepada Dow,Dow, berkata, "Mungkin mereka adalah bajak laut." Dia ingin melihat sendiri, tetapi dia tidak lagi menemukan anak laki-laki itu di sana, karena anak itu memanjat pohon tolitoi yang berada di sisi air tempatnya berdiri. Setelah mencarinya selama beberapa waktu, mereka melihat air bayangan cermin anak laki-laki yang duduk di cabang sambil kaki kiri berayun. Dan kemudian mereka segera melihat kaki sebenarnya dari anak itu. Segera mereka memilikinya di bawah kendali mereka dan dia diinterogasi. Ketika dia mengatakan dia adalah seorang bangsawan Bolaang-Mongondower, Dow tidak mau percaya begitu saja dan mengujinya'.

Ringkasnya setelah mengalami berbagai ujian dari Dow, akhirnya Tadohe berhasil meyakinkan para Bogani termasuk Dow bahwa dia adalah Putra Raja Mokodompit.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun