Mohon tunggu...
Patra Mokoginta
Patra Mokoginta Mohon Tunggu... Lainnya - Warga kotamobagu

Penulis Buku

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mengenal Raja Raja Manado Abad XVII (Bagian 2)

26 September 2021   08:13 Diperbarui: 29 September 2021   09:46 962
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tahun 1614 Tadohe berupaya menghubungi Spanyol, meminta bantuan guna melindungi negerinya dari pengaruh Ternate. David Henley dalam artikelnya berjudul ''A Superabundance Of Centers: Ternate And The Contest For North Sulawesi'', menyebut: ''Tahun 1614, raja Manado—yang pada masa kolonial dikenal sebagai raja-raja Bolaang Mongondow—memohon kepada Spanyol melindungi mereka dari penetrasi Ternate. Secara temporal masa ini bertautan dengan periodisasi Tadohe yang memang melahirkan kepelikan tersendiri ketika mewarisi tahta ayahnya, Mokodompit.

Sementara itu di Maluku Sultan Mudaffar dan Belanda berupaya menghalau pengaruh oposisi bangsawan Ternate di Manila, Kaicil Tulo dan bekas Sultan serta para bangswan lainnya  memilih untuk memihak Spanyol, Tidore, Jailolo, dan kelompok Batasina (Halmahera).

Di Kaidipang, Dongue yang beberapa waktu lalu menyatakan setia kepada Spanyol, tiba-tiba berubah arah. Dongue memerintahkan pembunuhan kepada Fransiscan  sebagaimana terungkap dalam Documenta Malucensia  : "Dongue, Queen of Kaidipan, apostate, permits killing of Franciscan".

Dari Kaidipang Tahun 1614, posisi Dongue digantikan Banidaca. ''Only two years after this letter the ruler of Kaidipan is named Banidaca (Correspondencia 221, letter of June 29, 1614) Documenta Malucensia''.

Sementara itu pihak Ternate - Belanda berupaya untuk menghalau pengaruh Spanyol termasuk melakukan ekspedisi untuk membangun komunikasi di seberang lautan guna mengamankan aliansi Belanda-Ternate. Manado dikunjungi ekspedisi ini, sebagaimana Lopez yang turut mengutip Hanley  : “Meskipun mereka (Belanda) juga sering mengunjungi pantai utara Sulawesi, tidak adanya rempah-rempah berarti mereka memiliki sedikit minat. Sebuah ekspedisi Belanda ke Manado pada tahun 1615 dari Siau menolak tawaran untuk meninggalkan tentara di Manado karena tidak membahayakan kemungkinan aliansi dengan Ternate''.

Kunjungan ini bersamaan Tadohe sedang menghadapi kubu oposisi. Sementara itu bantuan dari Spanyol belum juga hadir. Kelompok bangsawan Ternate yang berada di Manila yang dipimpin Kaicil Tulo mulai terendus berada di sekitaran Manado. Sementara tim ekspedisi Belanda - Ternate mengambil kesimpulan Manado tidak akan membahayakan kemungkinan aliansi dengan Ternate. Sebuah situasi yang berakibat pada tahta Raja Manado.

Tahun 1615 adalah tahun genting untuk Manado. Setidaknya bagi Tadohe yang merasa masih seperti duduk di atas bara. Tahta untuknya lanjur melahirkan kubu oposisi. Ia baru sedang disibukan mengurai faksi-faksi yang tak seberapa suka dengannya, sementara kabar kedatangan rombongan Kaicil Tulo dari Manila yang betapa mudah mencaplok sokongan Spanyol, justru makin menggoyahkan tahtanya di Manado.

Pada akhirnya Tadohe tak mampu menjaga tahta yang baru saja diberikan untuknya. Konflik internal kerajaan yang telah melahirkan faksi-faksi sebagai kubu oposisi baginya, membuat Tadohe akhirnya tersingkir dari Manado. Kehadiran Kaicil Tulo dan rombongannya dari Manila yang betapa mudah mengatasnamakan Spanyol demi menghadang aliansi Ternate-Belanda di negeri rebutan ini, benar-benar memumpus harapan ia dapat menstabilkan keadaan untuk melanggengkan kekuasannya.

Tadohe dengan beberapa pengawalnya dari Siau akhirnya meninggalkan Manado menuju Bolaang Mongondow melalui jalur timur. Tahun 1616 Manado mutlak dikuasai Kaicil Tulo. Beberapa tahun kemudian Kaicil Hamzah putra Kaicil Tulo yang saat itu berada di Manila kembali ke Ternate dan terpilih sebagai Sultan Ternate. Namun hal mengejutkan terjadi, Sultan Hamzah kelak melepaskan diri dari pengaruh Spanyol dan menjalin aliansi dengan Belanda.

KAICIL TULO

Kaicil Tulo yang dalam catatan Spanyol ditulis Cachil Tulo adalah putra sulung Sultan Hairun Jamil dari Ternate sekaligus kakak tiri dari Sultan Babullah. Kaicil Tulo adalah salah satu raja Manado yang rekam jejaknya juga banyak tercatat dalam dokumen-dokumen Eropa. Di era ini, Raja Manado bukanlah sosok penuh misteri.

Profil kaicil Tulo

Andaya dalam bukunya yang berjudul Sejarah Kepulaua Rempah rempah menyebutkan, Sultan Baabullah lahir tanggal 10 Februari 1528 dan wafat tanggal 25 Mei 1583 dalam usia 55 Tahun. Kaicil Tulo disebutkan adalah kakak dari Sultan Baabullah yang berarti Kaicil Tulo lahir sebelum Tahun 1528.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun