Memasuki tanggal 6 Syawal 1443 Hijriah. Lebaran telah berlalu beberapa hari lalu. Meski arus balik telah terjadi tanggal 6 Mei kemarin, suasana lebaran masih terasa. Terlihat sejumlah kendaraan yang hilir mudik untuk menikmati momen kebersamaan dengan keluarga dan mempererat silaturahmi.Â
Rasanya tak cukup waktu cuti bersama 5 hari untuk menjalin silaturahmi. Beberapa adab yang perlu diperhatikan dalam silaturahmi yaitu niat baik dan ikhlas, mengharap pahala, memulai silaturahmi dari yang terdekat, jangan berharap mendapat balasan dari orang lain, terus menyambung silaturahmi dengan orang yang memutusnya dan bersabar menanggungnya.
Fenomena yang sering terjadi saat berkumpul yaitu adanya gadget yang mengisi momen kebersamaan. Bagai dua sisi mata uang, gadget ibarat senjata yang berdampak positif dan negatif tergantung pemiliknya. Anekdot yang sering terdengar "gadget menjauhkan yang dekat, mendekatkan yang jauh".
Kian hari momen lebaran memang tak sehangat dulu dan bergeser essensi nilainya secara perlahan. Broadcast template ucapan kepada semua orang melalui jejaring sosial. Berkumpul dan asik dengan gadget masing-masing padahal sedang interaksi sosial secara langsung.Â
Tak dapat dipungkiri memang seluruh rangkaian kehidupan saat ini ketergantungan terhadap gadget. Apalagi aktivitas kantor, belajar, berdagang dan komunikasi sehari-hari menggunakan gadget. Memang sudah menjadi kebutuhan tetapi penggunaan dapat dikontrol agar tidak berlebihan.
Jangan lakukan 3 hal dalam penggunaan gadget selama interaksi dengan sanak saudara :
Phubbing
Phubbing merujuk pada perilaku individu yang sibuk melihat gadget saat melakukan komunikasi interpersonal. Phubbing adalah singkatan dari phone dan snubbing, istilah tersebut diciptkan oleh Alex Haight mahasiswa Australia yang magang di sebuah perusahaan periklanan terkenal di Australia dan tergabung dalam jaringan agen periklanan amerika yang biasa disebut McCann.
Kebiasaan ini berpengaruh buruk terhadap jalinan silaturahmi, tidak menghargai dan menyinggung perasaan lawan bicara. Ada dua dimensi phubbing yaitu gangguan komunikasi (disturbance communication) dan obsesi terhadap ponsel (phone obsession).
Ada 4 hal yang mempengaruhi perilaku phubbing yaitu kecanduan gadget, kecanduan media sosial, kecanduan game, faktor pribadi dan situasional (menunggu kabar atau berita penting sehingga mengakibatkan penggunaan gadget secara intens).
Oleh sebab itu, penggunaan gadget saat silaturahmi dan komunikasi secara langsung sebaiknya dapat dilakukan dengan bijak. Jika mengharuskan menerima panggilan telepon atau kondisi darurat dan harus memegang gadget, menjauhlah dari acara kumpul keluarga. Kumpul setahun sekali pada momen yang tepat dan hati yang kembali suci, memulai untuk menumbuhkan cinta kasih, membina hubungan yang retak adalah perpanjangan essensi nilai pesantren Ramadhan selama 1 bulan.
FOMO
Fear of missing outdan late response adalah gejala ketakutan ketinggalan informasi, respons yang lambat sehingga selalu tergantung pada koneksi internet. Beberapa orang tua sering mengeluhkan ketika seorang anak tidak mau  diajak silaturahmi ke rumah keluarga yang susah sinyal. Khawatir tidak dapat mengakses game online, sosmed dan kurang eksis selama silaturahmi.
FOMO sindrom modern bagi masyarakat modern yang terobsesi untuk terhubung sepanjang waktu. Apabila tertinggal info dianggap tidak up to date dan kudet. Faktor yang mempengaruhi FOMO yaitu Tidak terpenuhinya kebutuhan psikologis akan relatedness, Tidak terpenuhinya kebutuhan psikologi akan self, jenis kelamin, usia, komunikasi anak dengan orang tua.
FOMO menjadi syndrome gangguan kejiwaan apabila sudah menimbulkan sikap impulsive seperti marah saat main game diganggu, segala keinginannya harus dipenuhi buru-buru, melawan orang tua. Mendidik anak zaman sekarang memang susah-susah gampang.Â
Slacktivisme
Saya secara pribadi akan mengabaikan pesan yang bermuatan broadcast message dengan template secara umum sama dengan yang lain. Misalnya "Minal Aidin Walfaidzin Mohon Maaf Lahir Batin, Si Anu dan Family". Meski isi pesannya terdapat niat yang baik, hal ini justru kurang pantas dilakukan. Media sosial akhirnya menjebak dalam slacktivisme.
Istilah ini merujuk pada sikap individu dalam penggunaan sosial media dimana like, comment dan follower menjadi bentuk sentuhan dan dukungan padahal hanya jebakan. Dalam menyambut momen lebaran dan silaturahmi secara online, cobalah untuk menyampaikan ucapan dengan menyebut "NAMA" si penerima pesan, kirimkan melalui jalur pribadi.
Tidak ada yang salah dengan ucapan digital, tetapi jika disebar secara massif apalagi templatenya hanya itu-itu saja menunjukkan kurangnya sikap penghargaan terhadap orang lain, malas, mengabaikan kebaikan hari yang fitri. Jika belum sempat bertamu, jaga adab selama berselancar di medsos dengan orang lain. Agendakan waktu bertamu, karena tidak ada silaturahmi terindah selain pertemuan.
Semoga silaturahmi sanak family tetap menjaga keutuhan tegaknya bangunan persaudaraan.
Bogor Barat, 7 Mei 2022
Salam,
Sri Patmi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H