Indonesia pernah melakukan 2 kampanye militer besar yaitu Operasi Trikora di Papua dan Operasi Seroja di Timor Timur. Sampai dengan saat ini, sejarah panjang ini masih menjadi refleksi bagaimana upaya pemerintah untuk menjaga kedaulatan NKRI. Sebagaimana operasi militer yang seharusnya menjadi urusan dalam negeri, ternyata berbeda dengan Operasi Seroja karena banyak negara yang turut mengintervensi. Hampir sama dengan konflik Rusia VS Ukraina , meski tidak terlibat secara langsung, banyak negara yang menunggangi "permainan kepentingan"Â dalam Operasi Seroja. Akhirnya yang menjadi korban adalah ABRI, partai Fretilin, UDT, dan Apodeti serta penduduk sipil.
Disadari atau tidak, conflict of interest pelaksanaan Operasi Seroja tidak dapat dielakkan oleh para prajurit ABRI yang memegang teguh Sapta Marga, 8 Wajib TNI dan Sumpah Prajurit. ABRI mengemban 2 misi yaitu perpanjangan tangan alat negara dan misi kemanusiaan. Akibat pertikaian partai yang berkuasa menyebabkan sipil kena imbasnya. Bahkan Mayjen Benny Moerdani menganggap operasi Seroja adalah bencana militer yang tercatat sepanjang sejarah.
Alih-alih mencoba senjata perang buatan PINDAD dan test kemampuan ABRI, ternyata hasilnya jauh dari apa yang diharapkan. Perang dingin berlanjut pada pembantaian sipil. Karena 3 partai besar ini semakin membabi buta membawa kemerdekaan Timor Timur dibawah bendera partai yang dianggap Tangguh dan mampu membawa Timor Timur berdikari. ABRI pun chaos karena strategi berubah-ubah dalam pelaksanaan Operasi Seroja. Kegagalan strategi ini mengakibatkan prajurit gugur di medan perang :
- Tahun 1975 : TNI AD 133 personil, TNI AL 13 personil, dan TNI AU 1 personil jumlah keseluruhan 147 orang
- Tahun 1976 : 311 personil TNI AD, 25 personil TNI AL, 1 personil TNI AU, dan 14 personil dari POLRI jadi jumlah keseluruhan adalah 352. Lebih parah lagi karena POLRI turut menjadi korban dalam perang dingin ini.
- Tahun 1977 : TNI AD 178 personil, TNI AL 57 personil, TNI AU berjumlah 4 personil, dan 3 personil dari POLRI dengan total keseluruhan 242 orang.
- Tahun 1979 : 349 personil TNI AD, 23 personil TNI AL, 3 personil dari TNI AU, dan 4 personil dari POLRI dengan jumlah 379 orang.
Kondisi sangat menyeramkan ketika para prajurit pulang masih selamat tetapi organ tubuh tidak lengkap bahkan ada yang cacat permanen.
***
Revolusi Anyelir Timor Timur berperan penting terhadap dekolonisasi Portugal. Muncullah partai lokal yaitu APODETI, FRETILIN, UDT, TRABALISTA, KOTA. Meski satu tujuan untuk MERDEKA, partai ini memiliki ideologi yang berbeda. UDT (Uniao Democratica Timorense) menginginkan Timor Timur tetap berada di bawah kekuasaan Portugal, Sedangkan APODETI (Associacao Popular Democratica Timorense) menginginkan Timor Timur berintegrasi dengan Indonesia, dan FRETILIN (Frente Revolucionaria de Timor Leste Independente) menginginkan Timor Timur merdeka sebagai sebuah negara berdaulat. Nah dari ideologi saja sudah jauh dan tidak akan ada titik temu, sehingga terjadi pertikaian antar partai yang melibatkan sipil.
Karena apa?Â
Kekuatan 3 partai ini tidak berimbang. Ya jelas, Fretilin didukung oleh pasukan militer Timor Portugis. Sedangkan UDT didukung oleh pegawai negeri, polisi dan Jemaah gereja. Bagaimana mau berimbang? Satu pegang senjata, satu tidak bersenjata. Banyak mortir yang menyasar di Atambua, sampai perbatasan ke Indonesia. Bahkan sipil dari Timtim meminta suaka perlindungan kepada Indonesia.
Kesalahan Amunisi dan Mortir IndonesiaÂ
Grand strategy ini yang masih belum digodok dengan matang dan terkesan gegabah dalam mengambil tindakan :