Mohon tunggu...
SRI PATMI
SRI PATMI Mohon Tunggu... Mahasiswa Magister Program Studi Strategi Pertahanan - Dari Bumi ke Langit

Membumikan Aksara Dari Bahasa Jiwa. Takkan disebut hidup, jika tak pernah menghidupi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Hukum Prancis Abad 13 : Ketika Martabat Perempuan Menjadi Harga Diri Pria

15 Februari 2022   17:28 Diperbarui: 4 Maret 2022   18:16 1463
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Gambar : obsessionnews.com


Dua orang pria bertarung demi sebuah kehormatan perempuan dengan hukum Tuhan. Jika orang benar, maka akan dilindungi dan mendapat pertolongan dari Tuhan. Dan Tuhan bersama dengan orang benar...

Pada tanggal 13 Desember 1386 di Prancis, seorang perempuan dengan rambut pirang panjang dikepang dan mengenakan baju serba putih. Dilain sisi, dua orang pria mengenakan baju ksatria serba hitam bersiap untuk memulai pertarungan. Di arena pertempuran, seorang pria membacakan aturan main saat duel sedang dilakukan. Aturannya adalah Boleh menggunakan senjata apapun yang mereka sukai. Asalkan senjata itu tidak mengandung sihir, guna-guna, hal gaib dan sejenisnya. Apabila mereka ketahuan menggunakan ilmu sihir, mereka akan dihukum atas nama Tuhan. Dengan disaksikan oleh Ratu Issabeu dan Raja Charles VI, bangsawan, ksatria serta masyarakat Prancis, kedua pria itu dipanggil ke arena pertempuran. Perintah pertarungan dimulai oleh Raja Charles, kedua pria itu mulai bertarung mempertaruhkan kehormatan.

KEBENARAN JEAN DE CARROUGES

Perang Limoges yang terjadi pada tanggal 19 September 1370 menyisakan sejarah panjang untuk dua sahabat. Jean De Carrouges dan Jacques Legris adalah pasukan Prancis yang mendapatkan mandat untuk melawan pasukan Inggris. Mereka bersahabat sangat dekat dan terikat. Tugas pasukan Prancis mempertahankan jembatan yang memisahkan wilayah Prancis dan Inggris. Saat itu, pasukan Inggris sangat pandai memprovokasi sehingga menyulut kemarahan pasukan Prancis. Dalam pertempuran itu, Jean hampir terbunuh pasukan Inggris dan Jacques Legris segera memerintahkan pasukan Prancis menyerang dan menyelamatkan Jean. Tapi.. pasukan Prancis kalah dan wilayah Limoges dikuasai oleh pasukan Inggris. Hal itu memancing kemarahan Pierre dan ia memutuskan menarik mundur pasukan dari Limoges.

Tahun 1377, setelah 13 tahun pertempuran Limoges, Pierre mengadakan pesta di Benteng Belleme. Dua sahabat itu datang dan pesta dipimpin oleh ayah Jean yang menjabat sebagai kapten. Nantinya jabatan tersebut akan jatuh kepada Jean setelah ayahnya meninggal, begitulah hukum disana waktu itu.

Selang beberapa tahun, Jacques Legris memungut pajak pada Jean. Sayangnya, Jean sedang tidak memiliki uang karena kondisi ekonomi sedang sulit serta wabah penyakit sedang melanda tempatnya tinggal. Jean bersikukuh bahwa ia telah berjasa untuk negara dan dirasa itu sudah cukup.

Legris bersikeras, perjuangannya sebagai tentara masih tidak cukup. Atas alasan persahabatan, akhirnya Legris luluh dan membantu Jean. Tapi, ia meminta jaminan untuk dibawa ke Raja Pierre.

Jean memberikan senjata yang ia buat di asrama Laksamana De Vienne. Disinilah, Legris mengetahui bahwa sahabatnya ikut perang bersama Laksamana. Legris tahu jika Jean ikut perang untuk sesuap nasi dan khawatir apabila Jean terbunuh di Medan perang hartanya akan jatuh pada negara. Karena Jean tidak memiliki pewaris harta. Jean terpaksa melakukannya karena tidak ada pilihan lain.

***

Tahun 1380, Jean berperang di wilayah Normandia. Mereka menang dan pesta di rumah Robert yaitu seorang pasukan Prancis yang bersekutu dengan Inggris namun pengkhianatan itu diampuni raja. Robert memiliki putri cantik bernama Marguirite. Robert berjanji siapapun yang menikahi anaknya akan mendapat lahan sebagai mahar pernikahan dengan konsekuensi si pria mau menerima aib ayahnya yang pernah menjadi pengkhianat negara.

Jean dan Marguirite jatuh cinta pada pandangan pertama. Mereka menikah dengan mahar sebidang tanah dan tambahan tanah lainnya. Namun sayangnya, 1 bidang lahan yang diminta oleh Jean sudah diberikan kepada Legris untuk jaminan karena Robert memiliki hutang.

***

Saat pulang dari Paris setelah mengajukan banding atas hutang mertuanya, Jean mendapatkan kabar ayahnya telah meninggal. Di benteng Belleme, Jean menemui ibunya. Nicole (ibu Jean) meminta Jean pergi dari benteng karena ia tidak akan menjadi kapten di benteng itu. Hal tersebut terjadi akibat Jean telah menggugat sebidang tanah itu pada Pierre.

Keretakan hubungan persahabatan Jean dan Legris semakin parah, apalagi Pierre telah memilih Legris sebagai kapten di Benteng Belleme. Jean tidak menerima keputusan itu dan protes pada Raja. Sayangnya, protes tersebut ditolak. Jean bercerita pada istrinya dan merasa Legris telah menghasut Raja Pierre.

***

Satu tahun kemudian...

Jean dan Legris bertemu lagi di acara pesta kelahiran anak pertama teman Jean (Chrispine). Marguirite diminta memberikan ciuman persahabatan pada Legris sebagai bentuk tidak ada dendam antara Jean dan Legris. Pertemuan tersebut membuat Legris jatuh cinta pada istri Jean.

Tahun 1835, Jean dikirim ke Skotlandia untuk berperang dan diangkat menjadi ksatria. Dalam perang tersebut, pasukan Prancis pulang membawa kemenangan. Jean langsung pergi ke Paris untuk meminta bayaran 300 keping emas dengan waktu tempuh perjalanan 1 Minggu.

Sepulang dari Paris, ia melihat sikap istri dan ibunya yang aneh. Saat di kamar, istrinya bercerita jika saat ia pergi ke Paris dan ibunya pergi ke Saint Marry membawa semua pelayan. Ada pria datang ke rumahnya dan memaksa Marguirite melakukan hubungan badan. Pria itu adalah Jacques Legris.

***

Jean mengumpulkan teman-temannya dan bermaksud meminta keadilan terhadap istrinya. Mereka ragu, karena Legris adalah orang kepercayaan Pierre, sang pejabat negara. Mustahil rasanya untuk membawa kasus itu ke pengadilan.

Jean mengatur strategi agar teman-temannya menyebarkan berita sampai ke Paris agar Raja mendengar dan mengadili Legris. Sementara Jean menemui Raja Charles untuk mengajak duel Legris sampai mati untuk membela kehormatan istrinya. Jean ingin Tuhan yang memberikan keadilannya pada Jean. Sebenarnya tradisi ini sudah ditiadakan sejak zaman Raja Charles VI, tetapi dengan pertimbangan tradisi ini tidak menentang apapun, akhirnya Charles mengabulkannya. Duel tersebut menunggu 32 persetujuan anggota dewan.

KEBENARAN JACQUES LEGRIS

Setelah pertempuran Limoges, Legris menemui Pierre dan menjelaskan kekalahan perang tersebut. Mereka semakin dekat dan akrab. Memiliki hobi dan kesamaan dalam kehidupan. Pierre menunjuk Legris sebagai akuntannya dan kolektor atas sewa yang jatuh tempo dan kredit macet. Salah satunya adalah mertua Jean. Jean yang tidak suka menggugat Pierre. Atas gugatan tersebut, Pierre marah dan memilih Legris sebagai Kapten Benteng Belleme. Jean mendatangi Pierre untuk meminta jabatannya tetapi malah dicemooh oleh Pierre dan Legris.

Saat acara pesta Chrispine, Legris memberikan ciuman persahabatan yang dianggap kurang ajar oleh Marguirite. Legris malah merasa jika istri Jean itu sengaja menggodanya. Legris mendekati istri Jean dan membahas hobi mereka yang sama yaitu membaca novel. Bahkan Legris terus memandangi kecantikan istri Jean hingga terbawa mimpi.

Ternyata.. saat Jean pergi perang ke Skotlandia, Legris terus memandangi istri Jean. Sebelum pergi ke Paris untuk mengambil bayaran perangnya, Jean bertemu Legris. Sayangnya, pangkat ksatrianya direndahkan oleh Legris.

Saat Jean pergi ke Paris, Legris datang ke rumahnya dan mengungkapkan segala perasaannya. Istri Jean terkesan marah dan menolak tetapi ia malah menuntun dan berjalan kearah kamar mengajak Legris bercinta. Meski terlihat melakukan perlawanan, tetapi istri Jean seakan tidak maksimal dan menikmati hubungan mereka.

Legris melakukan pengakuan dosa karena telah melakukan zinah. Namun, mereka melakukan itu karena suka sama suka. Pierre mendengar berita pemerkosaan itu dan memberikan hukuman pengadilan pada Legris.

Di ruang persidangan, Legris membantah semua tuduhan Jean atas pemerkosaan itu. Bahkan Legris menerima tantangan Jean untuk duel sampai mati.

KEBENARAN MARGUIRITE

Tanah mahar yang dijanjikan kepada Jean tetapi diberikan untuk membayar hutang adalah permulaannya. Jean merasa kesal dan meminta Marguirite agar segera memberikannya keturunan. Sikap Jean itu, membuat Marguirite berpikir Jean menikahinya untuk harta dan urusan duniawi saja. Pernikahan itu tidak mencukupi nafkah batinnya.

Marguirite membicarakan ketampanan Legris bersama teman-temannya saat acara pesta Chrispine. Marguirite mengatakan Legris memang tampan tetapi ia tidak mempercayainya. Jean dan Marguirite memiliki banyak perbedaan dalam mengelola bisnis.

Jean mengharapkan peternakan kudanya melahirkan kuda perang terbaik sehingga ia mengurung kuda-kudanya dari lingkungan luar. Saat Jean pergi perang ke Skotlandia, Marguirite mengambil alih urusan peternakan dan mengubah aturannya. Istri Jean itu menetapkan sewa terhadap para pelayannya untuk memperbaiki keuangan mereka.

Marguirite mendatangi tabib untuk memeriksa kesuburannya karena sejauh ini ia belum hamil. Tabib mengatakan Marguirite tidak pernah menikmati nafkah batin yang diberikan suaminya.

Sepulang dari tabib, Marguirite dan Marry pergi membeli gaun untuk menyambut kehadiran suaminya. Disana, mereka bertemu Legris. Marguirite mengatakan pada Marry, Legris memang tampan tapi memiliki banyak sifat tercela.

Sepulangnya Jean dari Skotlandia, istrinya menyambut Jean dengan gaun baru. Tetapi, Jean mengatakan gaun itu membuat dirinya terlihat seperti pelacur karena garis lehernya terlihat pendek.

Saat itu, ibu Jean pergi dengan membawa semua pelayan dan membiarkan Marguirite sendirian agar kesal. Marguirite sudah memberitahu ibunya, Jean akan marah jika tahu ia sendirian di rumah. Saat itulah Legris datang ke rumah dan menodainya. Setelah kejadian itu, istri Jean trauma dan tidak mau keluar kamar. Marry (sahabat Marguirite) sampai mendatanginya karena ia tidak keluar kamar selama beberapa hari.

Jean yang mengetahui hal tersebut mencekik dan menanyakan "apakah Marguirite menggoda Legris?". Saat Jean mengumpulkan teman-temannya mengatur strategi untuk mengadili Legris, Marry menganggap Marguirite berbohong dan sengaja membiarkan Legris melakukan hal itu padanya. Marguirite tidak setuju jika Jean menyebarkan berita itu ke seluruh penjuru negeri karena malu. Bahkan Ibu Jean tidak setuju jika Marguirite menuntut keadilan. Bahkan ibu Jean sempat bercerita jika ia dulunya menjadi korban pemerkosaan tetapi hanya diam dan tidak menuntut pelaku.

***

Dalam persidangan, 32 anggota dewan menganggap Marguirite menikmati kejadian pemerkosaan tersebut. Karena mitos yang berlaku disana, seorang wanita akan hamil apabila ia merasakan kebahagiaan. Dan saat persidangan berlangsung, Marguirite sudah hamil 6 bulan. Setelah 5 tahun pernikahannya, Marguirite belum memiliki keturunan. Marguirite semakin terpojok saat Marry memberi kesaksian tentang obrolan mereka yang mengatakan Legris mempesona dan tampan. Marguirite membantah, meski ia mengatakannya bukan berarti ia menyukai Legris.

Persidangan memutuskan, jika Jean kalah dalam duel maka Marguirite harus dibakar hidup-hidup bersama bayinya. Marguirite menyanggupi dan merasa dirinya benar telah dilecehkan oleh Legris.

***

Tanggal 28 Desember 1386 Jean menemui istrinya untuk mengatakan jika duel siap dilaksanakan. Saat itu, bayi mereka sudah lahir.

Keesokan harinya ...

Duel dilaksanakan disaksikan oleh kaum bangsawan, raja, ksatria dan masyarakat. Segala senjata digunakan dan Jean berhasil memenangkan duel terakhir.

Secara hukum, Legris dianggap bersalah karena Tuhan telah menghukumnya dengan kekalahan dan kematian. Selang beberapa tahun kemudian Jean meninggal dalam perang salib. Dan Marguirite De Courages menikmati hidup dengan bahagia bersama anaknya. Hingga akhir hayatnya, ia tidak pernah menikah lagi dengan pria lain.

***


Perspektif Rape Culture, Budaya Patriarki dan Dalil Negasi Di Masyarakat 

Tiga sudut pandang ini merepresentasikan isu harta, tahta dan wanita. Martabat perempuan, harga diri laki-laki. Hukum di Prancis pada abad 13 ini menggambarkan keadaan yang related pada masa kini. Kasus perkosaan adalah bentuk intimidasi yang membuat perempuan memiliki rasa takut akan diserang dan hal ini membatasi perempuan dalam berperilaku.

Dimana Rape Culture memiliki perspektif :

Ilustrasi Gambar : linimasa.com
Ilustrasi Gambar : linimasa.com

Piramida di atas menjelaskan hal-hal sederhana secara umum berdasarkan bagaimana kasus perkosaan dapat terjadi di masyarakat. Kasus perkosaan berawal dari lapisan paling bawah yang paling mudah diidentifikasi dan terjadi seperti lelucon perkosaan dan lelucon-lelucon seksis yang kebanyakan dilontarkan oleh laki-laki, lapisan paling bawah ini disebut normalisasi. 

Meskipun tidak semua lelucon-lelucon ini mengakibatkan terjadinya kekerasan secara langsung, lelucon-lelucon tersebut menggiring opini dan perspektif masyarakat. Pembentukan pandangan akan posisi perempuan yang selalu inferior dibandingkan dengan laki-laki yang adalah superior. Selain itu, ada beberapa perilaku yang berhubungan dengan kasus perkosaan yakni: menyalahkan korban, objektifikasi seksual, slut shaming, membenarkan dan membiarkan perkosaan.

Dalil negasi terhadap korban seperti menyalahkan korban dan menempatkan perempuan sebagai pihak yang bertanggung jawab atas kekerasan seksual yang dialaminya, masih terus berlangsung hingga sekarang. Perempuan menjadi sasaran yang disalahkan, dibully termasuk dalam konteks perselingkuhan, poligami dan kejahatan perkawinan lainnya. Sementara pelaku utama justru lolos dari penghakiman sosial.

Skenario dimana korban disalahkan dan diberikan tanggung jawab atas viktimisasi dirinya sendiri sudah umum dan merupakan hal yang normal bagi masyarakat kita dalam menghadapi kasus perkosaan. Jika seorang perempuan diam tidak memberikan perlawanan saat diperkosa maka ia adalah salah. Namun demikian, jika seorang perempuan melakukan perlawanan dan mendapatkan perlakuan lebih buruk karenanya maka ia adalah salah.

Dalam kajian psikologis dan biologis tonic immobility (imobilitas tonik) yakni keadaan penghambatan motorik sementara yang tidak disengaja. Imobilitastonik merupakan reaksi defensif biologis yang muncul ketika seseorang berada dalam keadaan terancam seperti korban perkosaan.

Motivasi pemerkosaan dibagi dalam empat golongan yaitu usia korban, penggolongan sifat serta suasana yang menyertai, objek dan dominasi kekerasan. Hal ini memang sangat pelik dan memilukan bagi perempuan. Dalam KUHP, kekerasan seksual dianggap sebagai pelanggaran kesusilaan dan bukan sebuah tindak kriminal akibatnya si pelaku dihukum tidak sepadan dengan trauma seumur hidup yang dirasakan oleh perempuan. Korban yang tidak didukung secara moral akan mengalami post traumatic stress disorder (PTSD) berupa gangguan secara emosi, mimpi buruk, sulit tidur, depresi, ketakutan, susah makan dalam jangka waktu lama. Penderitaan korban pemerkosaan semakin bertambah ketika dalam proses peradilan korban hanya menjadi saksi, dalam hal ini saksi korban.

Secara sederhana, budaya pemerkosaan adalah lingkungan dimana kekerasan seksual mengakar dan dinormalisasi dalam media  dan masyarakat. Hal ini seringkali ada, meski tidak secara eksklusif, dalam masyarakat yang sangat patriarkis dimana dinamika gender melenceng, dengan perempuan sebagai subordinasi laki-laki, dan kurangnya kesetaraan gender secara umum. Pada akhirnya, kebanyakan perempuan merasa cukup diam dan tidak melaporkan kejadian pelecahan seksual tersebut. Disisi lain, dalam kisah heroik Jean, memilih memberlakukan hukum Tuhan untuk mengadili pelakunya.

***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun