Satu-satunya nama yang terus keluar dari mulut-mulut orang yang diinterogasi adalah Riley. Bukan hanya Riley, Alex dan Noah (teman Riley) ikut diinterogasi. Alex dan Noah menyampaikan jika belum lama Riley mencoba untuk bunuh diri. Mereka merasa Emma pun akan melakukan hal yang sama karena pasangan ini sama-sama bucin. Alex menambahkan keterangan kepada polisi, jika 2 hari sebelum Emma meninggal, Riley pernah mencuri pistol milik kakeknya karena ia takut kejadian penculikan pada dirinya akan terulang lagi.
Riley sempat berjanji pada Alex, jika senjata api itu tidak akan digunakan untuk hal-hal yang negatif. Karena teman-temannya juga merasa khawatir Riley membawa pistol tersebut. Alex khawatir jika Riley akan bertindak bodoh ikutan bunuh diri gara-gara Emma meninggal.
Setelah penyidikan dan penyelidikan selama 1 minggu, Riley tetap menjadi tersangka utama dalam kejadian ini. Saat interogasi, malam kejadian Emma tertembak Riley sedang di rumah Noah. Ketika ditanya polisi "kamu menginap disana?" jawaban Riley "Saya sepertinya yakin pak menginap disana". Lah? Kok jawabannya aneh? Selama 2 jam interogasi, Riley sama sekali tidak menyebutkan nama Emma dan mengganti sebutan Emma menjadi "The Girl".
Riley juga bertanya pada detektif, "Memang saya tersangka pak? Kok saya ditanya banyak sekali gara-gara kasus ini? Semoga saya bukan tersangka ya pak?". Kalimat ini terus diulang oleh Riley. Riley meneruskan "Semoga bapak tidak curiga ya pak? Soalnya saya tidak mungkin menyakiti perempuan itu?". Karena pernyataan Riley yang selalu janggal, tanpa berbelit-belit, "Apakah kamu yang menembak Emma?".
Riley jelas mengelak dengan tegas dan menyampaikan saat kejadian itu, ia sangat terpukul. Riley sempat mengalami emotional breakdown/galau sambil memandangi foto mereka berdua. Detektif yang curiga mengatakan "kamu sampai menangis-nangis tapi nama perempuan itu tidak pernah kamu sebut?".
Detektif menanyakan lagi tentang kepemilikan senjata api Riley. Tapi Riley menyangkal tidak pernah memiliki senjata api bahkan tidak pernah mencuri dari kakeknya. Sepertinya Riley tidak tahu jika teman-teman mereka sudah diinterogasi terlebih dahulu. Riley tetap bersikeras ia tidak memiliki senjata api. Riley dibebaskan karena belum memiliki bukti kuat.
Tak lama kemudian, Riley menelpon Noah, bagaimana caranya untuk menghilangkan sidik jari dari senjata api? Noah merasa aneh dengan pertanyaan Riley, karena memang Noah tidak curiga bahwa yang membunuh Emma. Malahan, Noah sangat khawatir jika Riley akan ikutan bunuh diri setelah mendengar sang mantan meninggal. Riley berkelit, alasan ia bertanya seperti itu karena temannya bertanya.
Riley protes atas kesaksian Alex kepada polisi tentang kepemilikan senjata api. Noah membenarkan kesaksian Alex. Justru Noah semakin curiga, mengapa Riley berkelit padahal ia pernah menunjukkan senjata api itu kepada mereka. Noah langsung cerita ke Alex, dan mereka juga akhirnya jadi curiga karena Riley sempat meminta mereka untuk berhenti memberi kesaksian pada polisi. Bahkan Riley juga sempat meminta waktu bagaimana melenyapkan senjata api yang dia pegang karena ia tidak mau dipersalahkan atas segala sesuatu yang tidak pernah ia lakukan.
Untungnya, Alex dan Noah memutuskan untuk bekerja sama dengan polisi. Keesokan harinya, Alex dan Noah pergi ke rumah Riley dengan alasan mau nongkrong dan main game. Hal yang tidak diketahui oleh Riley, Alex dan Noah ini sudah dibekali mic dan kamera tersembunyi dibalik gantungan kunci oleh tim kepolisian.
Gantungan kunci itu diletakkan tepat didepan sofa tempat Riley duduk. Tugas Alex dan Noah menggiring percakapan kearah Emma. Riley tidak merasa curiga sama sekali. Alex sempat bertanya "kenapa kamu tidak memberikan senjata itu kepada polisi?"Â Riley menjawab "Pokoknya senjata itu harus dihilangkan, fixed no debat!".