Pada tanggal 18 November 2016, sekolah Emma sedang memeriahkan acara pesta kemenangan turnamen football. Karena Emma sudah putus dengan Riley, orang tuanya mengizinkan Emma untuk pergi ke acara tersebut. Toh memang tidak ada Riley disana.
Ditengah pesta, Emma menerima pesan ancaman isnya adalah "Aku punya seseorang yang kau cintai. Aku akan menyakitinya. Keluarlah kau kalau tidak mau melihatnya tersakiti!". Emma mengira itu hanyalah prank atau Riley yang sengaja cari-cari perhatian saja.
Pesan kedua diterima "Dia berada ditempat sampah diluar rumah tempatmu berada sekarang. Sayang sekali ternyata kau tidak menghargai hidup orang yang kau cintai". Waduh... mulai panic Emma, ia keluar ditemani dengan teman-temannya. Betapa terkejutnya ketika ia melihat pria sedang terkapar dan tengkurap disemak-semak depan rumah pesta itu berlangsung.
Saat dicek, ternyata Riley. Ia bertingkah seperti orang kebingungan, seperti orang yang sedang diculik. Emma menyadari tabiat sang mantan yang suka drama dan merasa janggal. Riley terus bertingkah, meyakinkan orang-orang dengan menelpon Noah menceritakan apa yang sedang ia alami. Noah juga sebenarnya kurang percaya, tapi tetap dijemput oleh Noah. Emma tetap merasa sang mantan sedang drama, ia memperingatkan Riley untuk tidak mengganggu hidupnya lagi karena Emma sudah moved on.
Keesokan paginya pukul 10:15, Emma akan bergegas menjemput ibunya sehabis pulang dari luar kota. Sebelum berangkat, ada yang menggedor pintu rumahnya membabi buta. Emma ketakutan namun tidak ada pilihan lain ia akhirnya mengirim pesan kepada sang mantan. Memintanya untuk datang ke rumah karena ada orang yang mencurigakan di rumahnya.
Riley kan masih bucin? Ya langsung berangkat ke rumah Emma. Ibu Emma yang menunggu kehadiran Emma untuk menjemput merasa khawatir, bergegas ia pulang dan ternyata sampai di rumah, Emma tidak apa-apa. Ibunya hanya melihat Emma sedang berbicara didepan rumah bersama Riley. Ibunya meminta Riley untuk pergi dan curiga, jangan-jangan itu kelakuan si Riley untuk mengajak dia balikan. Ibunya memperingatkan, jika ada apa-apa jangan telpon mantan, tapi telpon polisi atau orang tua.
Hari Minggu, Emma pergi bekerja dan orang tuanya yang khawatir terus mengikuti serta memastikan mulai dari bekerja hingga pulang kerja. Bahkan malam itu, Emma sempat bersama dengan ayahnya sempat quality time bersama. Ayahnya sangat senang melihat Emma yang menjadi dirinya sendiri.
Tengah malam saat tertidur pulas, ayahnya mendengar suara dentuman keras didalam rumah seperti suara pintu yang dibanting. Ayahnya mendengar suara yang sama dan mengecek kamar Emma serta Evan, ternyata aman. Ayahnya sempat berpikir mungkin sedang bermimpi.
Pada tanggal 21 November 2016, pagi pukul 06:00, ayahnya membangunkan Emma ke kamarnya. Hal yang aneh adalah Emma susah dibangunkan. Ibunya menggoyang-goyangkan badan Emma tetap tidak bangun. Ibunya yang merasa curiga membalikkan badan Emma. Disitulah Emma dinyatakan meninggal.
***
Jill menelpon 911, ambulance dan polisi datang. Polisi mengira ini adalah kasus bunuh diri. Tetapi pendalaman penyelidikan terus berlanjut sampai ia melihat dua lubang kecil seukuran diameter pulpen di dinding sebelah tempat tidur Emma. Polisi menyimpulkan orang yang menembakkan peluru itu ke tubuh Emma adalah orang yang sangat tahu dimana letak tempat tidur Emma.