Mohon tunggu...
SRI PATMI
SRI PATMI Mohon Tunggu... Mahasiswa Magister Program Studi Strategi Pertahanan - Dari Bumi ke Langit

Membumikan Aksara Dari Bahasa Jiwa. Takkan disebut hidup, jika tak pernah menghidupi.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Dulu Indonesia Punya 12 Kapal Selam, Sekarang Kok Cuma 4?

15 Desember 2021   01:05 Diperbarui: 15 Desember 2021   12:05 2033
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Gambar: Tribun Bali.com

Hari H untuk pendaratan di Biak ditetapkan 17 Agustus 1962. Seluruh jajaran Komando Mandala Pembebasan Irian Barat telah siap melaksanakan pendaratan. 

Tetapi tepat sebelum pendaratan, sore hari pada tanggal 15 Agustus 1962 datang berita sandi awan terbang ke semua pesawat penerima di tiap kapal. Hal ini berarti Operasi Djajawidjaja tidak diteruskan karena Belanda bersedia menyerahkan kembali Irian Barat kepada Indonesia.

 Operasi Djajawidjaja telah berhasil memperagakan salah satu puncak kekuatan bangsa Indonesia melalui matra darat, air dan laut. Dengan operasi militer tersebut Belanda dan dunia meyakini bahwa Indonesia sungguh-sungguh akan merebut Irian Barat dengan tindakan militer, memproyeksikan kekuatan militer yang handal, dan penguasaan matra laut.

Surat perjanjian yang ditandatangani pemerintah Indonesia dengan Belanda di New York tentang pembebasan Irian Barat tak lain adalah bentuk surat tanda takluk (letter of surrender) yang seharusnya diserahkan oleh Panglima Tentara Belanda di Irian Barat kepada Panglima Belanda diatas geladak kapal Pimpinan RI Multatuli di Teluk Hollandia.

Operasi Djajawidaja adalah suatu offensive militer berskala internasional yang berhasil membawa kemenangan. Kalangan militer mengatakan hal itu karena 12 kapal selam yang bukan tandingan tentara Belanda. 

Beberapa pendapat lain mengatakan bahwa kemenangan tersebut karena masuknya pesawat pembom jarak jauh Tupolev ke jajaran AL dengan senjata torpedo kendali dan AU dengan senjata peluru kendali yang membuat Belanda gentar. Meskipun pesawat Tupalev itu belum sempat dioperasikan karena belum datang saat operasi dilaksanakan.


Penguatan Matra Laut 2021 

Menilik dari sejarah kejayaannya, Indonesia saat ini bertekad ingin memperkuat armada laut 3x lipat dari jumlah sekarang yaitu 12 kapal selam. 

Langkah itu dilakukan sebagai pengamanan wilayah maritim Indonesia dan akibat seringnya Kapal China masuk ke perairan Indonesia. Dengan luas wilayah perairan Indonesia yang sangat luas, 4 kapal selam saat ini yang beroperasi kurang sepadan untuk memaksimalkan upaya TNI AL di wilayah perbatasan utamanya perairan. Urgensi penguatan Matra laut harus dikuatkan lagi dalam bentuk Minimum Essential Force (MEF) 

Semenjak kecelakaan KRI Nanggala, saat ini Indonesia mengejar produksi  kapal selam bersama dengan Korea Selatan. Sementara Negara Prancis, Rusia, Jepang dan Turki juga menawarkan kapal selam buatan mereka ke Indonesia. Jadi, Indonesia tinggal pilih kapal selam buatan mana? 

Sumber :

Majalah Jalasena Edisi Bulan Mei 2011 Laksda TNI (purn) Wahyono S.K., Ph.D.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun