Mohon tunggu...
SRI PATMI
SRI PATMI Mohon Tunggu... Mahasiswa Magister Program Studi Strategi Pertahanan - Dari Bumi ke Langit

Membumikan Aksara Dari Bahasa Jiwa. Takkan disebut hidup, jika tak pernah menghidupi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Dulu, Saya Pernah Sekolah di SLB

10 Desember 2021   23:42 Diperbarui: 11 Desember 2021   05:11 446
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Gambar : Blogpendidikankhusus.wordpress.com

Ketidakberuntungan diterima di Sekolah Negeri telah mengantarkan pada keberuntungan bertemu dengan orang-orang luar biasa. Yayasan Perguruan Markus terletak di Kebon Nanas, Tangerang. Yayasan ini menaungi pendidikan bagi semua kalangan. Mulai dari jenjang SLB hingga SMA.

Kebersamaan Dengan Siswa Luar Biasa

Adit 

Siswa penderita down syndrome bernama Adit. Pada usia 15 tahun ini, Adit duduk di bangku kelas 5 SD. Kemampuannya membaca, menghitung dan menelaah pelajaran dari Ibu Sukaesih semakin baik. Setiap hari ia mengantarkan makanan dan minuman ke kelas. Selayaknya manusia biasa, kurasa Adit sedang mengalami perasaan jatuh cinta. 

Masalah makanan dan minuman yang diberikan, ia tak pernah absen. Sesekali kado istimewa mendarat cantik di mejaku. Semua teman-teman bersorak sorai kepadaku karena disukai oleh siswa Sekolah Luar Biasa.

Terlihat seperti sebuah sarkasme dan hal yang tabu ketika seorang penderita down syndrome jatuh cinta. Aku tahu meski terasa aneh pasti hatinya sedang berbunga selayaknya pria yang sedang dimadu asmara. Beberapa kalimat dalam sepucuk surat yang ia tinggal diatas mejaku berisi pesan yang sangat romantis. 

Untuk merayakan dan berbagi kebahagiaannya, kadang-kadang Adit mengajak Geri untuk makan bersama di kantin. Semangkuk Indomie dilahap habis sambil bercerita dan tertawa selayaknya manusia biasa yang dilanda asmara. 

Geri 

Orang luar biasa selanjutnya adalah Geri, seorang penderita down syndrome. Usia Geri 17 tahun dan sekarang duduk di kelas 4 SD. Sayangnya, Geri adalah siswa SLB yang paling ditakuti oleh perempuan. Pasalnya, ia selalu mengejar-ngejar perempuan. Ia berusaha untuk melakukan perilaku asusila. 

Pak Ma'ruf, seorang guru olahraga lebih ekstra menjaga Geri. Jika Geri sudah mulai mengejar-ngejar perempuan, Pak Ma'ruf memerintahkan Geri untuk tiarap di lapangan. Seperti biasanya, Geri berusaha untuk mengontrol libidonya dengan cara seperti push up. Setelah 10 menit, ia kembali bermain bersama dengan Adit. 

Disaat seperti ini, Adit berusaha untuk menjadi pendengar yang baik dan teman akrab bagi Geri. Perubahan fisik pada remaja dan gejolak hormonal dalam diri Geri memunculkan dorongan yang kuat terhadap perilaku sosialnya. Meski demikian, Geri sangat ahli dibidang olahraga khususnya lari dan lempar cakram.

Dorongan Seksualitas Remaja Down Syndrome 

Menginjak usia remaja, selayaknya remaja pada umumnya mereka merasakan kondisi serupa. Seks bagi penderita down syndrome masih dianggap tabu, menyeramkan, menakutkan dan diabaikan oleh banyak orang tua dan lingkungan sekitarnya. Mitos penderita down syndrome tidak mengalami perkembangan hormon seksual adalah hal yang salah. Selayaknya manusia pada umumnya, mereka mengalami perasaan yang sama sewajarnya remaja yang mulai mencari kedewasaan diri.  Memiliki hasrat dan dorongan seks yang harus keluar dalam kehidupan sehari-hari. 

Mitos tersebut dipengaruh oleh pola pikir masyarakat bahwa penderita down syndrome mengalami keterlambatan menyerap informasi secara kognitif dan hal itu akan berpengaruh pada kebutuhan seksnya sebagai manusia. Itu semua salah! Isu-isu yang kerap kali muncul pada penderita down syndrome dalam hal merawat diri, kebersihan, dan perilaku sosial yang kurang sopan.

Sejak kecil, penderita down syndrome memiliki ketergantungan kepada lingkungan sekitarnya seperti pengasuh, orang tua, dan teman-temannya. Inilah yang membuat mereka tidak bisa membedakan ruang publik dan ruang privasi, bagian tubuh seksual dan non-seksual. 

Kebutuhan seks adalah hal yang alamiah. Urgensi pendidikan seksual dan sosial bagi penderita down syndrome harus segera dilaksanakan di lingkungan formal dan informal. Dimana pendidikan itu memenuhi komponen-komponen berupa :

1. Selfcare 

Mereka diberikan pemahaman mengenai perawatan diri, kebersihan, kesehatan, pakaian, kebutuhan pribadi lainnya.

2. Anatomi dan fisiologis
Memperkenalkan anatomi reproduksi dan fungsinya didalam kehidupan.

3. Empowerment
Selayaknya manusia, berikan kebebasan pada penderita down syndrome untuk memilih dan menentukan keputusan hidupnya.

4. Relationship 

Mereka diajarkan untuk membedakan batasan dalam hubungan dengan lingkungan sekitar. Sehingga mereka dapat memilih perilaku sosial yang tepat dalam percakapan, sentuhan dan interaksi sosial. 

5. Ketrampilan Sosial 

Penderita down syndrome diajarkan mengerti bagaimana akibat dari sebuah afeksi penolakan, bagaimana mengekspresikan dan menyampaikan afeksi kepada orang lain dengan cara yang sopan, ramah dan memiliki tata krama. 

6. Kesempatan Sosial 

Berikan ruang pada mereka untuk turut partisipasif dan memiliki hubungan sosial dengan orang lain. Persahabatan akan menguatkan dan menjadikan mereka mengerti lingkungan sosial secara menyeluruh. 

Penderita down syndrome mengalami perkembangan seksualitas secara biologis yang sama dengan remaja umumnya. Pemahaman gender sudah dipahami secara sederhana dengan mengenali penampilan fisik yang nampak dari luar. 

Hanya saja mereka masih belum mengerti bagaimana harus berperilaku dan bertindak didalam lingkungan. Pemahaman mereka terhadap hubungan percintaan sebatas kedekatan antara laki-laki dan perempuan. Pilar yang menguatkan hubungan dalam naungan cinta, kasih dan sayang masih belum dipahami secara mendalam. 

Kebanyakan orang tua dan guru masih belum siap untuk menjelaskan edukasi seks dan bingung bagaimana menjelaskan pada anak-anaknya. Untuk selanjutnya, Pemerintah memberikan workshop atau materi seks edukasi terhadap tenaga pengajar SLB. Hal ini mengurangi dan mencegah tindakan melecehkan dan dilecehkan bagi penderita down syndrome. Mereka membutuhkan dukungan yang positif dari lingkungan dan sekitar. 

Bogor, 10 Desember 2021

Salam, 

Sri Patmi 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun