Transformasi digital di era industry 4.0 telah mengubah wajah baru Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) untuk mewujudkan kemandirian ekonomi yang berkelanjutan dan inklusif. Potensi kekayaan alam, sumber daya manusia dan peluang sebagai negara agraris menjadi faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalam perekonomian global. Dalam pelaksanaannya, pelaku UMKM telah memiliki kesiapan mental untuk penerapan literasi digital. Namun, hal tersebut tidak akan berjalan sinergis tanpa adanya upaya simultan dan bertahap dalam pengawalan dan perbaikan teknologi digitalisasi pada usaha pertanian. Usaha pertanian subsektoral perikanan untuk jenis lele menjadi sektoral penunjang ketahanan pangan Indonesia. Dengan urgensi tersebut, maka pengaplikasian digitalisasi usaha pertanian harus dikawal mulai dari mata rantai produksi hingga distribusi skala Nasional dan Internasional.
Trison Sebagai Pencetus Ide Kampung Lele CisokaÂ
Bapak Trison selaku Dosen Universitas Muhammadiyah Tangerang (UMT Indonesia) sebagai penggagas terciptanya pemberdayaan ekonomi masyarakat melalui UMKM perikanan. Bertempat Di Desa Cisoka, Kabupaten Tangerang, beliau mengembangkan aspek penting didalam kehidupan masyarakat berupa pemberdayaan masyarakat, pengembangan bisnis, pelatihan agricultural. Hal ini senada dengan catur dharma pendidikan Muhammadiyah berupa pendidikan, pengajaran, pengabdian untuk masyarakat dan al islam dan kemuhammadiyahan. Dimulai sejak awal tahun 2020, beliau dengan dibantu kakaknya dari Lampung mengembangkan ide dibidang pertanian dan perikanan. Fokus pengembangan bisnisnya adalah ikan lele sebagai komoditas penunjang kebutuhan pasar.Â
Pertama kali UMKM ini dikenal dijagad maya melalui akun channel youtube Rudiantara. Pemanfaatan media baru Youtube yang digunakan oleh Kampung Lele JJ Cisoka menunjukkan pengaruh korelasi positif sebagai sarana media promosi dan penyiaran langsung kepada yang menjangkau seluruh kalangan di dunia maya. Dengan demikian, dengan adanya promosi secara massif di dunia maya, Kampung Lele JJ Cisoka mempengaruhi kemandirian warga desa sekitarnya dan mampu memenuhi kapasitas skala ekonomi mikro di Cisoka bahkan Indonesia secara keseluruhan. Kebangkitan perekonomian Desa Cisoka ini mampu memberikan stimulus positif terhadap pengembangan sektoral perekonomian daerah lainnya di Indonesia. Hal ini terbukti dengan pelatihan terhadap perwakilan lebih dari 330 orang pemuda daerah diseluruh Indonesia. Eksistensi media baru berupa jejaring sosial Whatsapp dan Youtube memiliki banyak manfaat terhadap kehidupan manusia. Kampung Lele JJ Cisoka mengoptimalkan kehadiran media youtube dan memberikan metode persuasi yang meyakinkan kepada native digital untuk produktif, menghasilkan uang dan mandiri ekonomi melalui dunia pertanian khususnya perikanan lele.
Hasil analisa ini diperkuat dengan matrix wawancara terhadap autoamnesa dan aloamnesa, dimana channel youtube menjadi kampanye perubahan mindset petani lele untuk mandiri secara ekonomi. Â Lewat channel youtube itu, dosen tersebut membagikan pengalamannya dan mengajak masyarakat bahkan penonton untuk belajar bersama di Cisoka. Hal yang tidak mudah untuk langsung percaya terhadap orang asing yang baru dikenal didunia maya apalagi sampai berinvestasi tanpa ketidakpastian. Dengan reputasi yang telah dibentuk secara baik oleh Dosen dan Kampung Lele tersebut, pada akhirnya beberapa investor telah bergabung menjadi petani lele. Ada yang ikut merawat, investasi dalam bentuk uang, menjadi pekerja dan menjalani pelatihan mulai dari pembibitan hingga pasca panen bahkan Kampung Lele JJ Cisoka juga menerima hasil panen lele warga sekitar.
Pemberdayaan Masyarakat, Pengembangan Bisnis dan Pelatihan Agriculture
Secara detail, aspek ini meliputi pemberdayaan public dilakukan dengan metode yang sederhana berupa kembali pada alam dan merawat sesama makhluk hidup dengan segala ketulusan. Dosen tersebut mendobrak reputasi jika petani itu miskin dan dipandang rendah. Dosen tersebut memberikan penyuluhan dan pengawalan mulai dari pembibitan hingga pasca panen, bahkan berusaha mengentaskan kemiskinan petani akibat permainan harga yang dilakukan tengkulak. Selain itu, Kampung Lele JJ Cisoka juga menciptakan pasar bebas dan harga yang kompetitif disekitar wilayah Tangerang.
Dalam persepektif pengembangan bisnis, Kampung Lele JJ Cisoka memberikan strategi win win solution. Aspek pembagian keuntungan bagi investor berdasarkan MOU dan tidak merugikan satu dengan yang lainnya. Untuk awal, Kampung Lele JJ Cisoka memberikan panduan untuk memelihara ikan lele, menyiapkan air dan ramuannya berupa probiotik yang tidak harus dicultur beberapa sehingga memudahkan petani pemula untuk merawat lele. Secara hitungan bisnis, Kampung Lele ini menawarkan formula Food Counting Ratio (FCR) pakan yang menjanjikan. Asumsi FCR pakan 8 Kwintal dengan hasil 1 ton daging lele.Â
Dalam sudut pandang pelatihan dibidang pertanian, Kampung Lele JJ Cisoka selama masa riset 6 bulan pada tahun 2020, perintis ide tersebut memberikan uang pelatihan sebesar 1.500.000 per bulan, makan 3x dalam sehari. Selama uji coba dan riset, perintis mengajak untuk belajar bersama dan diberikan dana untuk riset. Jadi dapat dikatakan kerugian akibat riset yang gagal menjadi tanggung jawab penuh perintis ide Kampung Lele tersebut. Setelah berhasil terhadap penemuannya, perintis Kampung Lele memberikan panduan dan caranya kepada masyarakat untuk merasakan buah manisnya secara gratis. Sayangnya, wadah untuk mengembangkan digitalisasi pertanian ini belum dinaungi secara sistematis oleh pemerintah. Sebagian besar, para petani tidak bernasib seberuntung Pak Trison yang merasakan sukses dari ikan lele. Para petani masih harus berurusan dengan sistem dan sifat Machiavelli para tengkulak yang harganya sangat mencekik.Â
Transformasi digital ini yang diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap kemandirian ekonomi di era industry 4.0. Perlu adanya upaya dari Pemerintah untuk memaksimalkan potensi dan sebuah mimpi besar terhadap para petani terhadap perkembangan ekonomi mikro dan makro. Jika melalui media baru youtube saja petani lele dapat menciptakan langkah ekonomi berkelanjutan, maka digitalisasi dengan didukung peran otoritas, infrastruktur, dan wewenang pemerintah diharapkan dapat menyelamatkan perekonomian secara global dan mengubah wajah baru UMKM di Indonesia yang bertransformasi dalam bentuk digital. Pada hakikatnya, usaha pertanian secara penuh perlu mendapatkan dukungan digital berupa aplikasi yang memungkinkan pengembangan bisnis. Gagasan sederhananya adalah aspek permodalan yang didukung dengan nilai investasi hitungan seperti saham. Siapapun dapat berinvestasi dan mendapatkan hasil dari keuntungan bisnis pertanian dengan aplikasi tersebut. Aplikasi terintegrasi dalam satu modul mulai dari aspek investasi, produksi, dan distribusi pada market yang jelas. Inilah wajah baru UMKM yang bertransformasi digital guna mewujudkan kemandirian ekonomi di era industry 4.0.
Secara global, Indonesia dengan segala potensi SDA dan SDM siap untuk mengembangkan aspek perekonomian mikro pada usaha pertanian. Peluang lainnya adalah dengan adanya transformasi digital dengan kondisi Indonesia dalam Grafik Indeks Evolusi Digital Plotting the Digital Evolution Index tahun 2017 berada dalam kategori Break Out, yaitu negara dengan skor relatif rendah, tetapi akan berevolusi secara cepat dan memiliki potensi untuk menjadi negara dengan ekonomi digital yang kuat. Kesiapan ini harus dikawal langkah pelaksanaannya terhadap pengembangan usaha pertanian.
Potensi kolaborasi Indonesia dengan World Bank antara lain dengan program dan pelatihan literasi digital untuk menambah keahlian digital, khususnya untuk meningkatkan adopsi teknologi digital untuk UMKM, lalu saling berbagi informasi tentang best practices dalam menciptakan talenta digital dengan negara-negara anggota World Bank lainnya. Dalam bentuk asistensi teknis untuk membangun kerangka kebijakan yang bagus dalam rangka menguatkan ekosistem ekonomi digital di Indonesia, serta program capacity building untuk mendukung program talenta digital yang sudah ada di Indonesia.
Pesan Moral dari Dosen dan Kampung Lele CisokaÂ
"Berbagilah dengan segala ketulusan dan keikhlasan. Tidak akan rugi orang yang berbagi ilmu untuk orang lain. Ketika riset kami gagal, kami menanggung kegagalannya sendirian. Tetapi ketika riset kami berhasil, kami membagikannya secara gratis supaya orang lain ikutan berhasil"Â
Salam,Â
Sri PatmiÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H