Mohon tunggu...
PATIMAH
PATIMAH Mohon Tunggu... Guru - GPK

Mahasiswa akhir

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

MENDAMPINGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI RA AL MADANI ULUMUL QUR'AN :Tantangan,Harapan,dan Pelajaran Hidup

3 Februari 2025   12:50 Diperbarui: 3 Februari 2025   12:50 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mendidik adalah seni. Bagi saya, menjadi seorang Guru Pendamping Khusus (GPK) di RA Al Madani Ulumul Qur'an adalah panggilan jiwa yang penuh tantangan sekaligus kebahagiaan. Setiap hari, saya berinteraksi dengan anak-anak istimewa yang memiliki kebutuhan berbeda---speech delay, tunarungu, ADHD, dan autisme. Masing-masing dari mereka memiliki cerita, perjuangan, serta harapan yang ingin mereka wujudkan.

"Setiap anak adalah cahaya yang bersinar dengan caranya sendiri. Tugas kita adalah memastikan mereka menemukan jalannya."

Namun, perjalanan mendampingi mereka tidaklah mudah. Ada banyak tantangan yang harus saya hadapi, tetapi dari sanalah saya belajar tentang makna kesabaran, ketulusan, dan keteguhan hati.

"Setiap senyum mereka adalah hadiah terindah. Mendampingi, memahami, dan merangkul perbedaan adalah bentuk cinta yang nyata.(Dokpri)"

 Dalam Mendampingi Anak ABK

Setiap anak ABK memiliki keunikan tersendiri. Tantangan yang saya hadapi pun beragam, tergantung pada kebutuhan mereka:

  1. Anak dengan Speech DelayAnak-anak yang mengalami keterlambatan bicara sering kali mengalami frustrasi karena sulit mengekspresikan keinginan dan perasaan mereka. Tantangan utama bagi saya adalah mencari cara komunikasi yang efektif. Bahasa isyarat sederhana, gambar, dan ekspresi wajah menjadi alat komunikasi utama yang saya gunakan.

  2. Anak TunarunguMendampingi anak dengan gangguan pendengaran mengajarkan saya bahwa komunikasi bukan hanya tentang suara. Saya harus belajar bahasa isyarat dasar agar dapat berkomunikasi dengan mereka. Selain itu, membangun kepercayaan diri mereka agar tidak merasa terisolasi dari teman-teman juga menjadi prioritas saya.

  3. Anak dengan ADHDAnak dengan Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) memiliki energi berlebih dan sering kesulitan untuk fokus. Mengarahkan mereka untuk tetap terlibat dalam kegiatan belajar membutuhkan strategi khusus, seperti teknik belajar multisensori dan pemberian waktu istirahat yang cukup agar mereka tidak mudah bosan.

  4. Anak AutismeSetiap anak dengan autisme memiliki spektrum yang berbeda-beda. Ada yang sangat sensitif terhadap suara, ada pula yang sulit memahami interaksi sosial. Tantangan terbesar adalah menciptakan lingkungan yang nyaman dan aman bagi mereka, sekaligus membantu mereka belajar berinteraksi secara perlahan dengan dunia di sekitar mereka.

"Ketika kita melihat keunikan dalam setiap anak, kita tidak lagi melihat keterbatasan, melainkan potensi yang luar biasa."

Harapan untuk Pendidikan Inklusi

Sebagai seorang GPK, saya memiliki harapan besar untuk pendidikan inklusi di Indonesia. Meskipun saat ini sudah banyak sekolah yang membuka pintu bagi anak berkebutuhan khusus, masih ada banyak tantangan yang harus dihadapi, seperti kurangnya tenaga pendidik yang memahami kebutuhan ABK, keterbatasan fasilitas, dan kurangnya kesadaran masyarakat tentang pentingnya inklusi.

Saya berharap:

  • Lebih banyak pelatihan bagi guru untuk memahami kebutuhan ABK.

  • Sekolah dapat menyediakan fasilitas yang lebih ramah bagi anak-anak dengan berbagai kebutuhan khusus.

  • Masyarakat lebih terbuka dan mendukung pendidikan inklusi agar anak-anak ABK dapat berkembang dengan optimal.

Pelajaran Berharga dari Anak-Anak Istimewa

Setiap hari bersama anak-anak ini memberi saya banyak pelajaran berharga. Mereka mengajarkan saya tentang arti ketulusan, keuletan, dan kegigihan. Mereka juga mengingatkan saya bahwa setiap individu memiliki potensinya masing-masing, terlepas dari keterbatasan yang dimiliki.

Ada satu momen yang sangat membekas dalam ingatan saya. Seorang anak dengan autisme yang awalnya tidak pernah menatap mata saya, suatu hari tiba-tiba mendekat dan menggenggam tangan saya. Itu adalah bentuk kepercayaan yang luar biasa dari seorang anak yang biasanya sulit berinteraksi dengan orang lain. Saat itu, saya menyadari bahwa usaha kecil yang saya lakukan selama ini ternyata berarti besar bagi mereka.

"Kesabaran, cinta, dan keyakinan bisa membuka pintu-pintu yang tampak mustahil untuk dibuka."

Menjadi pendamping bagi anak berkebutuhan khusus bukan hanya soal mengajar, tetapi juga tentang belajar dari mereka. Setiap hari adalah perjalanan baru dengan tantangan dan kebahagiaan yang berbeda. Saya percaya bahwa dengan kesabaran, cinta, dan dukungan yang tepat, setiap anak---tanpa terkecuali---bisa tumbuh dan berkembang dengan baik.

Saya berharap tulisan ini dapat menginspirasi banyak orang untuk lebih peduli terhadap pendidikan inklusi. Mari bersama-sama menciptakan dunia yang lebih ramah bagi anak-anak istimewa, karena mereka juga berhak mendapatkan tempat di dalamnya.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun