Mohon tunggu...
Patricia Grace Nathania
Patricia Grace Nathania Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Sedang berprogress

Selanjutnya

Tutup

Gadget Pilihan

Cara Menghindari Scam di E-commerce

16 Juni 2022   00:25 Diperbarui: 16 Juni 2022   00:46 713
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Media sosial adalah fenomena modern, yang merupakan cara konsumen berevolusi serta mencari informasi, berkomunikasi satu sama lain dan berinteraksi dengan bisnis. Ada tiga miliar pengguna aktif media sosial, seperti Facebook, Twitter, WhatsApp, dan Instagram, dengan jumlah yang meningkat sekitar satu juta setiap hari. 

Meluasnya penggunaan media sosial memberikan banyak peluang bagi penjahat untuk terhubung dengan konsumen dan melakukan penipuan, menggunakan berbagai taktik. 

Penipuan merupakan aktivitas kriminal yang dirancang untuk menipu seseorang agar mendapatkan uang atau detail informasi pribadi. Metode terus berkembang saat scammers mencari cara baru untuk melakukan penipuan dan menghindari deteksi penipuan.

 Konsumen kemungkinan bisa dihubungi oleh penipu melalui banyak media seperti melalui telepon, pos, email atau bahkan di depan pintu mereka. Dalam sejarah panjang penipuan, internet adalah cara yang relatif baru bagi penipu untuk menargetkan calon korban dan mereka bisa dengan cepat menemukan kembali trik lama untuk platform digital baru.

Scammers terus-menerus menemukan cara baru dan inovatif untuk mengelabui orang agar mendapatkan uang atau mengambil data pribadi, yang dapat digunakan untuk keuntungan finansial. Terdapat beberapa alasan mengapa banyak ditemukan penipuan yang terjadi di media sosial, sebab media sosial merupakan tempat dimana setiap orang menggunakan hal tersebut untuk kegiatan yang entertaining. 

Media sosial memberi penipu kemampuan untuk menyembunyikan identitas dan motif mereka yang sebenarnya di balik anonimitas profil dan akun palsu, yang mereka gunakan untuk menyesatkan konsumen, meniru sumber tepercaya, dan membuat penawaran yang terlalu bagus untuk menjadi kenyataan. Penipuan ini mungkin sulit dikenali karena tampaknya berasal dari sumber tepercaya seperti keluarga, 'friends', 'followers', anggota komunitas online, atau brand terkenal.

Penipuan media sosial berpotensi menyebabkan kerugian signifikan bagi konsumen dalam hal kerugian finansial, kesejahteraan emosional, dan penurunan kepercayaan. 

Tindakan mendesak diperlukan untuk melindungi konsumen dan meminimalkan kerugian. Umumnya scam di media sosial bertujuan untuk menipu orang dengan mengeluarkan sejumlah uang atau mengungkapkan data pribadi yang sensitif -- seperti alamat email, kata sandi, dan tanggal lahir -- yang bertujuan untuk memfasilitasi pencurian ID (dikenal sebagai phishing) yang kemudian dapat digunakan untuk keuntungan finansial. 

Bentuk scam di media sosial umumnya ditemukan dari e-commerce. Penipu mengklaim sebagai penjual online di situs Marketplace. Konsumen membayar barang, yang kemudian berubah menjadi barang palsu atau kualitas buruk. 

Dalam beberapa kasus, ditemukan dimana konsumen tidak menerima barang pembeliannya. Di beberapa negara, penipuan e-commerce bahkan bisa melibatkan barang-barang teknologi seperti telepon seluler, atau barang dengan harga tinggi seperti kamera atau tiket acara.

Terdapat beberapa hal yang bisa dilakukan untuk melawan penipuan di e-commerce. (1) konsumen bisa memulai dengan beralih menggunakan media sosial lain untuk mencari tau informasi resmi terkait dugaan penipuan atau membagikan peringatan kepada pengguna sosial media yang lain. 

Ketika konsumen mulai mencurigai bahwa mereka didekati atau akan terkena penipuan, konsumen bisa meminta berbagai macam organisasi dan individu untuk memverifikasi situasi yang sedang dialami -- seperti apakah brand yang akan dibeli merupakan barang original atau brand yang mungkin ditiru oleh scam. 

(2) peran organisasi konsumen. Konsumen harus dibekali terkait informasi bagaimana penipuan sering membuat konsumen menjadi tidak sadar bahwa mereka sedang ditipu. Konsumen harus banyak bertanya kepada komunitas untuk menghindari terkena scam. 

Bank juga berperan penting dalam penipuan karena bank merupakan pihak ketiga dalam menyalurkan uang dari konsumen menuju penipu. Hal yang bisa dilakukan adalah memberikan peringatan rutin kepada pelanggan tentang risiko penipuan, melalui situs web perbankan online, aplikasi, dan posting media sosial.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun