ketika letih bertarung dalam dirim
aka yang dibutuhkan tak lebih dari rumah untuk pulang
dimana setiap kepedihan
akan terkubur
kepedihan yang tak perlu keranda pengusungnya
tak perlu nisan pada sisi pemakamannya
aku pernah mengasuh segenap luka
aku pernah menjadikan airmata sebagai penawarnya
dan aku pernah diam merawat luka
tanpa temaram cahaya, tanpa sentuhan angin
tanpa percikan api
dan aku ...
tetap dalam keterlukaan
bukankah pernah kusampaikan
luka luka bagiku hanyalah anatomi rasa
yang mampu kuracik secantik mawar
sejingga senja dan sebiru rindu
maka ya,
demikianlah aku bicara luka
kepahiang, 27 april 2021
05.46 wib.
Bias Asa
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI