Mohon tunggu...
Santo Oi
Santo Oi Mohon Tunggu... profesional -

Aku adalah kopi , pahit atau manis terserah caramu meracik, dan terserah kau tempatkan aku dimana selayak anganmu.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Syair Cinta

31 Agustus 2016   05:02 Diperbarui: 31 Agustus 2016   07:40 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku adalah kopi , pahit manis terserah caramu meracik, dan terserah kau tempatkan aku dimana selayak anganmu

Maaf sayang terlalu jauh aku meninakan bahagia mu, hanya itu yang bisa aku suguhkan atas nama cinta, meski tanpa permata

Akulah lelaki sejauh langkah mengembara, maka kau adalah air mata yang membawaku kembali karena kerinduanmu

Kuyup sudah tubuhku, kala kelebat halilintar menyambar anganku, jauh memang.. tapi pekatnya hadir dalam benakku, sepertimu

Ya... Anganku jauh sedalam kau menorehkan luka di sanubari terdalamku, mungkinkah terobati sedangkan kau entah dimana

Sungguh indah suguhan kopi mu pagi ini, penuh nikmat di tiap reguknya, andai kau seperti itu

Entah semanis apa kopi buatanmu, bahkan aku tak peduli sebening apa gelasnya, aku hanya menikmati saat senyummu menyertainya

Masih kopi teman pagiku, setelah semalaman dahgaku berpagut pada bayangmu, lalu bagaimana denganmu

Masih kopi teman pagiku, setelah semalaman dahgaku berpagut pada bayangmu, lalu bagaimana denganmu

Sunyi ini temani gejolak hati, dari gigil yang menggerilya hingga sukma yg tanpa asa, entahlah.. mungkin cemburu yg memaksa

Gerimis kali ini menyamarkan air mataku, ada sejuk saat dusta membawamu lena dengan berjuta kata, walau tak nyata 

Senyummu suguhkan berjuta sejuk dalam hariku, bertahanlah agar aku tak jemu menghabiskan waktu bersamamuaku masih bersama semunya kekosongan, bahkan

tanpa harapan kala kau enggan meracik nada, bersama irama yang tak pernah senada 

Temaram sinar mercuri, mengingatkanku pada senja tanpa pelangi, sementara kabut terus bernyanyi, resahkan asa yg hampir mati

Entah lewat mana harus ku lalui malam, dari gerimis tak kunjung reda, hingga bayangmu yg membawa duka

Mintalah pada angin, agar tak bosan meniup kesejukan pada senjamu, sampai aku terjaga dalam gelapmu, dan kembali menjaga malam 

sudikah kau melumat sisa dr apa yg kurasa,aku yakin terlalu pahit untuk kau tahu ada candu indah didalamnya,meski kuberharap

Tidaklah.. Kau masih tetap penaku, meski usang aku lebih santai berteman denganmu, dan aku suka tiap gurat yg kau suguhkan

Tidurlahlah sayang, walau aku tak menemanimu, semoga mimpi membawamu pada harap nyata dari setiap khayalmu, tentangku

Rintik hujan membuatku bahagia, dimana air mataku samar karena tetesnya, seperti daun kering aku berharap curahnya

Andai gerimis ini mengerti,.. mungkin rintiknya akan tersenyum, kala kusamarkan air mata karena merindu

Aku bukan pujangga... tapi indahmu membuat aku lebih mudah merangkai kata

hai mentari.. tak perlu kau iri jika aku akrab dengan rembulan, aku hanya bercengkrama dengan pekatnya, tidak melupakanmu

aku tetap setia meski serapuh apapun tangkaimu, aku tetap ingin memelukmu, sampai aku layu sebagai daun peneduhmu

lihat uratku.. aku masih milikmu, dan aku masih daun mu meski aku sedikit keriput, jadi jangan jatuhkan aku

mungkin aku bukan daun mu, hingga kau campakkan aku seperti benalu, yg hidup tanpa pelukmu

atau mungkin karena angkuhmu, hingga bianglala hempaskan aku dan samar di biasmu, antara daun atau kerikil sebagai racunmu

aku yang layu sebagai daun mu ataukah kau yang tidak mau memepertahankan dan menjatuhkan aku sebagai peneduhmu

masih tentang daun yang rindu akan makna, dimana pucuk bersenda lahirkan putik baru, maka aku akan layu

Aku tak berpikir untuk jadi selembar daun , jika kau serupa ulat yg menggigit dan menghancurkanku dg senyum palsumu

Kadang aku harus menerjang ombak, untuk sekedar bertahan hidup, meski harus berlayar dengan selembar daun

Kau di lahirkan seperti musik, menciptakan banyak harmoni, itulah kenapa hatiku selalu berdendang jika dekatmu

Aku melayang seperti daun di ranting patah, dan aku tak tahu cintaku untuk siapa, sampai tanganmu menadah

Aku ingin manjadi daun yg membuat kau nyaman jika berteduh, kalaupun aku harus gugur, aku ingin jatuh ke pangkuanmu

Kau samar diantara beberapa daun , tapi aku dapat mengenalmu, karena kau bukan sekedar daun, kau terindah diantara bunga

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun