Suatu waktu seorang siswa bertanya : Pak... apasih enaknya jadi Guru? Saya kurang paham apa yang kamu maksud... kan begini Pak, menghadapi siswa seperti kami ini kan sangat repot, ada yang cepat mengerti, ada yang lamban. Belum lagi kalau siswa bermasalah! Kok Bapak/ Ibu Guru tidak bosen, nggak capek tu? Belum lagi katanya saya dengar gaji Guru kecil. Itumi mengapa saya bertanya pak, apasih enaknya jadi Guru, karena yang saya lihat susah memang tong kiq jadi Guru.
Ohhhh... kalau pendapat saya sih sederhana. Saya sangat bangga kalau siswa itu sopan, jujur, rajin, peduli dengan lingkungan dan sesama... trus kalau suatu waktu bertemu atau mendengar siswa yang pernah dibimbing sukses dalam hidupnya... wow rasanya amazing... nilainya tak terukur duit lho... bangga banget.
Pak... jangan kommi marah lee... (bapak jangan marah ya...) mau komi kah (bapak maukah) Â kukenalkan dengan mama saya? &%&%*&^%^%$%@^^^^*^%*&^% (anak tunggal, mamanya cerai saat dia bayi)
***
Seorang Guru yang saya kenal lain lagi dengan budaya guru lainnya.
Kemarin saya dengar bahwa beberapa siswa bimbingannya sukses memperoleh nilai sempurna pada mata pelajaran yang diampuhnya saat ujian nasional berbasis komputer.
Selang beberapa minggu, bersama beberapa rekan Guru yang lain, memprakarsai kegiatan pembimbingan, pelatihan guru-guru SMP dalam rangka peningkatan kualitas pembelajaran bahasa inggris. Pada sesi peserta cofee break, saya sempat berbincang dengan salah seorang peserta Emak yang sesungguhnya sudah level expert namun kenyataannya beliau tetap setia bahkan haus untuk terus belajar. Hari berikutnya dalam minggu yang sama, mengikuti seminar di Jakarta dan setahu saya, hari berikutnya adalah mengikuti event lomba robotics di Singapura bersama 2 orang siswa.
Sebenarnya, apasih yang dicari, diincar oleh Ibu Guru yang satu ini? Sumber tenaga apa sih yang digunakan sehingga seolah tiada capek baginya?
***
Setiap individu termotivasi, tergerak, bertindak melakukan sesuatu oleh karena alasan kebutuhan bahkan termasuk sesama kita yang dalam kondisi gila, abnormal. Juga termasuk segala jenis mahkluk hidup dalam galaxy bimasakti tergerak oleh karena faktor kebutuhan.
Berbicara tentang "kebutuhan" manusia, saya mencoba merujuk ke teori paman Abraham Maslow yang terkenal itu. Beliau memaparkan teori kebutuhan seperti yang terlihat pada gambar piramida, segitiga "illuminaty yang ditakuti para setan"... bahwa kebutuhan paling dasar manusia adalah soal fisiologis. Terpenuhinya rasa lapar, dahaga, istrahat, mck, bahkan kebutuhan seks.
Pada tingkat berikutnya adalah soal "keamanan" dimana seseorang merasa aman karena "memiliki" keuangan untuk memenuhi kebutuhan dasar, terpenuhinya persoalan rumah bersama keluarga, rasa aman dengan pekerjaan yang ditekuni, rasa aman tentang persoalan kesehatan.
Tingkatan selanjutnya adalah tentang kasih sayang, persahabatan dan pada bagian keempat adalah soal penghargaan. Setiap individu adalah berharga, percaya diri perlu dilatih, capaian prestasi, respek terhadap yang lain atau mendapatkan "penghargaan", respek dari orang lain.
Secara sederhana, seseorang bisa melangkah ke tingkat kedua rasa aman apabila kebutuhan dasar terpenuhi begitu pula tingkatan kasih sayang dan penghargaan.
Oleh paman Maslow, kelima tingkatan kebutuhan ini dibagi dalam dua kategori yaitu :
- Pada level physiological, safety, love/belonging, esteem dikenal dengan istilah "kebutuhan kekurangan". Kebutuhan ini muncul dan memotivasi seseorang ketika kebutuhan ini tidak terpenuhi.
- Tingkat paling teratas adalah self-actualization dikenal dengan "kebutuhan pertumbuhan". Kebutuhan pertumbuhan tidak muncul karena kekurangan sesuatu melainkan dari keinginan untuk tumbuh sebagai pribadi. Setelah kebutuhan pertumbuhan ini terpenuhi secara wajar dan seimbang maka seseorang dapat mencapai tingkat tertinggi yang disebut "aktualisasi diri".
Setiap individu tidak semua bergerak melalui hirarki secara urut dari tingkat rendah ke tingkatan lebih tinggi namun bisa saja bergerak secara bolak-balik di antara berbagai kebutuhan.
Kembali ke soal Guru:
Guru adalah bagian integral dari mimpi mencerdaskan kehidupan bangsa, "menciptakan" manusia yang humanis.
Guru bukan pada posisi membuat siswa menjadi cerdas karena sejatinya kecerdasan ada pada setiap individu, guru pada posisi pemicu eksternal bagi bertumbuhnya kecerdasan siswa.
Untuk dapat menjadi posisi pemicu kecerdasan pihak lain maka persyaratan wajibnya adalah seorang guru haruslah "cerdas diri sendiri" dan mampu memicu pertumbuhan kecerdasan individu lain.
Apasih yang dicari, diincar Ibu Guru "A"...? bisa jadi beliau sedang dalam tahap menggapai posisi self-actualization. Entah secara sadar atau kondisi bawah sadar beliau berjuang tanpa kenal lelah untuk mewujudkan kebutuhan.
Dari serangkaian teori dan pengalaman yang sudah diwakili kata kalimat sebelumnya, jelas dan nyata bahwa "integritas" berperan penting mengantar seseorang pada tingkat self-actualization.
Agar tidak beda paham, integritas bermakna mutu, sifaf atau keadaan yang menunjukkan kesatuan yang utuh sehingga memiliki potensi dan kemampuan yang memancarkan kewibawaan; kejujuran.
Hanya sosok Guru yang jujur, mencintai dan menyatu dengan didikanlah yang mampu mengantar seseorang menjadi sosok cemerlang, di luar dari itu dia akan mengalami berbagai masalah dan terus bolak-balik berkutat pada level kebutuhan kekurangan dan tidak akan pernah mencapai tingkatan tertinggi seperti yang disampaikan paman Maslow.
Sungguh sangat sayang jika seorang dengan tingkat pendidikan tinggi namun masih berkutat pada orientasi dan tingkah laku kebutuhan tingkat dasar...
Dan...
Kualitas pendidikan secara keseluruhan akan bertumbuh bilamana para guru terus mau bertumbuh, sadar untuk terus belajar dan ikhlas limpah syukur untuk beranjak dari satu level ke level berikutnya dan pada akhirnya menjadi sosok Self-Actualization Teacher.
Self-Actualizatin (morality, creativity, spontanity, problem solving, lack of prejudice, acceptance of facts)... apa dan bagaimana akan dibahas berikutnya...
Salam Bertumbuh...
Reference: https://www.simplyfsychology.org
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H